Berita Bulungan Terkini
Cerita Dewi Tenaga Pendamping ODHIV: Mereka Butuh Teman dan Dukungan untuk Kuatkan Mental
Begini cerita Dewi relawan pendamping bagi pasien HIV/AIDS di Bulungan Kalimantan Utara . Ia mengatakan, pasien wajib minum obat.
Penulis: Edy Nugroho | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, BULUNGAN - Dewi namanya. Dia bukanlah seorang dokter. Juga bukan tenaga medis. Namun dengan telaten, dia melayani seorang pasien yang mengidap penyakit. Bahkan tidak hanya ketika di rumah sakit. Di mana pun si pasien yang didampingi itu berada, Dewi selalu mendampingi. Meski tidak harus bersama.
Ya. Dewi adalah seorang relawan pendamping orang dengan HIV (ODHIV) di Bulungan, Kalimantan Utara.
Tak mudah menjadi pekerja ini. Tantangannya besar, juga beresiko dan harus punya ekstra kesabaran.
Tapi Dewi bisa menjalani itu dengan senang hati. Sejak 2019 hingga kini, dia setia mendampingi mereka yang didiagnosis mengidap HIV/AIDS.
Ikhlas. Itu menjadi kunci utama, sehingga seorang Dewi bisa bekerja dengan sepenuh hati melayani para pengidap HIV/AIDS. Penyakit yang konon belum ditemukan obatnya.
Baca juga: Januari hingga Juni 2025 Pengidap HIV Baru di Bulungan 21 Orang, LGBT dan Pelanggan Pekerja Seks
Di bawah naungan komunitas Mahakam Plus, Dewi mulai bergabung untuk menjadi tenaga pendamping ODHIV sejak 2019. Di Bulungan Kalimantan Utara.
Tidak ada bekal ilmu medis, dia juga bukan dokter, hanya berbekal satu kalimat.
"Demi kemanusiaan". Niat untuk membantu sesama. Menghilangkan stigma negatif bagi para pengidap HIV. Juga memutus diskriminasi terhadap mereka.
"Mereka butuh teman, mereka butuh dukungan. Bulan malah dijauhi, apalagi ditakuti. Support, perhatian dan kasih sayang sangat mereka butuhkan," kata Dewi dalam wawancara eksklusif dengan TribunKaltara.com di acara Saksi Kata, Selasa (28/10/2025).
Ia mengatakan, untuk menjadi tenaga pendamping penderita HIV, salah satunya persiapan yang harus dimiliki adalah kesiapan fisik dan mental untuk menjangkau para penderita HIV/AIDS di Bulungan.
Kedua bekal persiapan tersebut yakni sering menemui ada keluarga penderita yang tidak kuat melihat keluarganya terpapar penyakit tersebut.
Atas kondisi itu petugas harus siap membangkitkan mental para pengidap HIV dan juga untuk keluarga penderita.
Baca juga: Dinkes Nunukan Catat 36 Pasien HIV Tahun 2024, Hingga Mei 2025 Ada 8 Kasus Baru: Usia Produktif
Hal lain persiapan fisik karena berada di wilayah pelosok kecamatan dalam kondisi tersebut penting tenaga pendamping harus menjangkaunya.
"Salah satu contohnya, jika pasien HIV tiba-tiba kondisinya drop dan harus dirujuk ke RS saat malam hari dan sangat dibutuhkan pendampingan saat di layanan,” kata Dewi.
Dia mengisahkan, suatu ketika ada rekan pengidap HIV di daerah Sekatak. Karena waktu itu belum ada obat di Puskesmas, maka harus di rumah sakit.
Dengan biaya sendiri, Dewi dan rekannya harus menjemput untuk dibawa ke rumah sakit di Tanjung Selor -- ibukota provinsi Kaltara.
"Waktu itu uang nipis, ada mobil tapi BBM-nya pas-pasan. Kami pun nekat pergi ke Sekatak, dengan bekal mie instan untuk makan di perjalan. Alhamdulillah bisa kami ambil, dan kita bawa ke rumah sakit," kenangnya.
Hal terpenting yang harus dilakukan terhadap rekan pengidap HIV adalah, dukungan mental. "Percuma dia rutin minum obat, kalau stres, putus asa. Yang ada mereka akan drop, dan itu bahaya bagi penderita HIV. Makanya harus ada pendamping yang menguatkan mentalnya," kata Dewi lagi.
Tiap hari Dewi harus mendampingi pasien yang didampingi. Meski tidak harus bertemu langsung, komunikasi dan interaksi lewat pesan singkat, maupun telepon selalu dilakukan.
"Mereka harus selalu didampingi, dikuatkan mentalnya. Karena terkadang stigma timbul bukan dari orang lain. Namun juga dari dirinya sendiri. Merasa terasingkan, putus asa, takut dan lainnya. Itu harus dihilangkan. Caranya dengan selalu kita berikan support, kita ajak bicara. Kita harus menjadi teman curhatnya," kata Dewi lagi.
Diungkapkannya, HIV/Aids memang tidak ada obatnya. Namun bagi pengidap dapat bertahan hidup, dengan rutin minum obat, serta selalu menjaga kondisi kesehatan maupun mentalnya. Serta selalu diyakinkan untuk percaya diri.
“Kita selalu ingatkan (minum obat ARV/ Anti Retrovirus). Jika kondisi pasien yang lagi tidak memungkinkan untuk mengambil obat ARV, terkadang saya selaku pendamping harus mengantarkan obatnya ke rumahnya. Meski rumahnya ada yang di pelosok kecamatan," ungkap nya.
Sedangkan untuk sukanya, kata Dewi, hari merasa senang jika melihat pengidap HIV bisa tetap ceria, percaya diri.
"Ada kebahagiaan juga, kita bisa lebih kenal dengan ODHIV dan keluarganya. Terlebih lagi bisa mengedukasi ODHIV untuk tidak berperilaku menularkan," ujarnya.
PENGIDAP HIV MENINGKAT
Di Kabupaten Bulungan sendiri, hingga Juni 2025, tercatat ada 300 lebih orang terpapar penyakit HIV/AIDS. Sebuah fenomena yang mengkhawatirkan. Apalagi kata Dewi, jumlahnya cenderung mengalami peningkatan tiap tahun.
Dijelaskan, orang yang mengidap HIV memiliki gejala umum, mengalami diare terus menerus, serta berat badan yang menurun drastis.
"Namun bukan berarti orang yang kurus itu, pengidap HIV. Semua hanya bisa terdeteksi melalui tes darah," ujarnya.
Pihaknya, bersama Dinas Kesehatan selalu berupaya mencegah penyebaran HIV. Yakni melalui penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat, tentang bahaya HIV dan bagaimana pencegahannya.
Dewi mengatakan, HIV/AIDS tidak mengenal usia. Siapa pun bisa terkena. Hanya saja ada beberapa kalangan yang sangat rentan tertular. Yaitu pelaku seks bebas, pemakai narkoba, serta kalangan LGBT (lesbi, gay, biseksual dan transgender). Utamanya lagi pelaku LSL atau pelaku seks lelaki dengan lelaki.
(*)
Penulis: Edy Nugroho
| Peringati Sumpah Pemuda, KNPI Bulungan Apel Kebangsaan dan Deklarasi Kepemudaan di Tugu Cinta Damai |
|
|---|
| Buka MTQ ke-50 Tingkat Bulungan, Bupati Syarwani: Komitmen Wujudkan Pemuda Berakhlak dan Beriman |
|
|---|
| Rp 28, Miliar untuk Tingkatkan Jalan Tanjung Selor - Tanjung Palas Timur, Target Selesai Tepat Waktu |
|
|---|
| Pembangunan IPA Tanjung Palas Bulungan Ditarget Rampung Akhir Tahun, Siap Layani 1.800 Rumah Tangga |
|
|---|
| Berikan Panggung Petani Kakao, Bupati Bulungan Inginkan Festival Cokelat jadi Ajang Lomba Antar Desa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/Dewi-pendamping-HIV-01-29102025jpg.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.