Berita Nunukan Terkini
Ayam Potong Asal Malaysia dan Berau Masuk ke Nunukan, Harga Jual Lebih Murah, Peternak Lokal Geram
Ayam potong asal Malaysia dan Berau masuk ke Nunukan, harga jual lebih murah, peternak lokal geram.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Ayam potong asal Malaysia dan Berau masuk ke Nunukan, harga jual lebih murah, peternak lokal geram.
Peternak ayam potong di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) geram, lantaran ayam potong dari negara tetangga Malaysia dan Berau masuk ke Nunukan dengan harga jual relatif lebih murah.
Hal itu diungkapkan oleh pelaku usaha ayam potong dari Kemitraan Tunontaka Mitra Sejahtera, Roni.
Baca juga: Bongkar Persembunyian Pasukan Gurkha di Perbatasan RI-Malaysia, TNI Temukan Peralatan Perang
Baca juga: WNI Ditangkap Polisi Malaysia di Perbatasan, Keluarga di Nunukan Menunggu, Begini Nasibnya Sekarang
Baca juga: Zainal Paliwang Pimpin Kaltara, Bupati Nunukan Singgung Kebutuhan Pokok Bergantung dari Malaysia
"Tadi kami rapat lanjutan setelah hearing dengan DPRD Nunukan kemarin pagi. Saat ini kami surplus ayam potong di kandang. Banyak ayam lebih tua dari hari yang harusnya dipanen. Paling tua itu 60 hari. Sementara harga jual ayam yang panen di kandang itu menurun. Hukum bisnis itukan apabila barang surplus harga jual jadi turun," kata Roni kepada TribunKaltara.com, Selasa (16/02/2021), pukul 17.30 Wita.
Dia mengaku harga jual ayam potong yang panen kandang sempat Rp26 ribu per kilo. Namun, kini turun jadi Rp20 ribu dengan ukuran 2-3 kilo.
Meskipun dua hari belakangan ini sempat naik bertahap jadi Rp22 ribu per kilo, namun Roni katakan masih turun dari harga sebelumnya.
"Harganya turun sejak bulan Januari kemarin saat PPKM diberlakukan. Dua hari belakangan ini naik bertahap jadi Rp22 ribu per kilo, tapi tetap saja turun kalau dibanding sebelumnya. Kalau di pasar kami tidak tau, ini harga ayam potong yang panen di kandang," ucapnya.
Menurut Roni, surplus ayam potong di kandang, sejak adanya surat edaran Bupati Nunukan perihal Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Semenjak adanya PPKM, kegiatan di masyarakat dibatasi. Mulai cafe dan restaurant dibatasi layanan makan di tempat, acara seperti pernikahan banyak yang pending bahkan dicancel. Mulai saat itu ayam jadi besar di kandang, tidak bisa dipanen. Permintaan pasar jadi melemah. Akhirnya kita inisiasi ketemu DPRD Nunukan dan Dinas terkait untuk mencari solusi," ujarnya.
Tak hanya itu, Roni beberkan masalah lain penyebab permintaan ayam potong lokal jadi menurun, lantaran masuknya ayam potong dari Malaysia dan Berau ke Nunukan dengan harga relatif lebih murah.
Informasi yang dihimpun, harga ayam potong dari Malaysia yang dijual di Nunukan sebesar Rp19 ribu per kilo. Sementara, dari Berau dijual dengan harga Rp12 ribu per kilo.
"Pemerintah daerah harus tindak tegas oknum yang membawa daging ayam potong dari Malaysia dan Berau termasuk pihak yang bekerjasama. Peternak ayam potong lokal jadi rugi kalau tidak bisa dibiarkan terus menerus," tuturnya.
Baca juga: Jalur Ilegal Perbatasan RI-Malaysia Ramai Dilalui TKI, Kepala PKM Sebatik Tengah Khawatir Covid-19
Baca juga: DPRD Nunukan Berharap Zainal - Yansen Realisasikan Janjinya untuk Perbatasan RI-Malaysia
Baca juga: Sempat 10 Hari Terombang-ambing di Tengah Lautan, 3 Warga Malaysia Terdampar di Perairan Maratua
Akibat hal itu, Roni mengaku ia biasanya menjual ayam yang panen di kandang mulai 1.500-2.000 ekor per hari, kini hanya 600 ekor per hari.
Dia berharap Pemerintah Daerah serius menyikapi persoalan yang terjadi pada peternak ayam lokal di Nunukan.
"Surplus ayam ini skala nasional karena pandemi Covid-19, banyak kegiatan di lapangan yang dibatasi. Tapi soal adanya ayam dari luar ini yang menambah masalah bagi kami peternak ayam lokal. Saya berharap Pemda Nunukan bisa memberikan solusi yang terbaik bagi kami," ungkapnya.
Penulis: Febrianus Felis
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official