Berita Nunukan Terkini
9 Tahun jadi WBP Kasus Pembunuhan, Pria Ini Aktif Beri Kultum Bagi Jamaah di Dalam Lapas Nunukan
9 tahun jadi WBP kasus pembunuhan, pria ini aktif beri kultum bagi jamaah di dalam Lapas Klas IIB Nunukan.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - 9 tahun jadi WBP kasus pembunuhan, pria ini aktif beri kultum bagi jamaah di dalam Lapas Klas IIB Nunukan.
Rahmat Bin Mansur (34) merupakan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Klas IIB Nunukan.
Ia divonis penjara seumur hidup setelah melakukan pembunuhan pada oknum Polisi Nunukan 2011 lalu.
Baca juga: Lapas Klas IIB Nunukan Rencanakan 500 WBP Bakal Terima Remisi Idul Fitri, Ini Kriteria Penerima
Baca juga: Ramadan dan Idul Fitri, Lapas Nunukan Larang Warga Binaan Dijenguk, Lewat Video Call Aja
Baca juga: Cuaca di Nunukan Hari Ini, 14 Wilayah Diperkirakan Hujan Ringan Mulai Siang Hingga Dini Hari
Namun, selama menjadi WBP, bapak satu anak itu, aktif terlibat dalam kegiatan positif, bahkan sebelumnya ia tak pernah lakukan.
Seperti yang sedang ia lakukan di bulan Ramadan tahun ini yakni mempersiapkan kegiatan pesantren Ramadan sekaligus menjadi seorang MC.
Tak hanya itu, pria yang akrab disapa Rahmat itu dipercayakan selama satu bulan pentuh untuk memberikan kultum hingga khotbah salat Jumat.
"Biasanya Lapas mendatangkan Ustaz untuk memberikan kultum, tapi karena masih pandemi Covid-19, jadi tidak bisa. Sehingga kultum itu dipercayakan kepada saya dan beberapa WBP yang sedang dalam proses latihan. Mulai Imam, MC dari WBP semua. Nanti malam saya jadi MC sekaligus ganti Ustaz berikan kultum dan khotbah Jumat," kata Rahmat kepada TribunKaltara.com, Selasa (13/04/2021), pukul 13.30 Wita.
Menurutnya, selama 9 kali melewati bulan Ramadan di dalam Lapas, ia merasa seperti sedang merayakan di rumah sendiri bersama sanak keluarga.
"Kalau perbedaan kegiatan di bulan Ramadan itu tergantung sama pergantian Kalapasnya. Beberapa Kalapas itu ada yang percayakan kepada kami untuk mengonsep kegiatan bulan Ramadan dan ada yang tidak. Tapi pada dasarnya hampir semua Kalapas menganggap kami seperti keluarga sendiri. Jadi saya merasakan seperti jalani ibadah puasa bersama keluarga," ucapnya.
Ia menyampaikan, beberapa kegiatan di dalam Lapas saat menyambut bulan Ramadan.
"Kami mulai pesantren Ramadan di pagi hari, kemudian setelah itu kembali ke kamar hingga kembali lagi nanti untuk salat Zuhur. Setelah itu keluar salat Azhar. Nah, untuk buka puasa bersama itu tergantung pembina Kalapas. Kemudian, malam hari dilanjutkan salat Isya dan Tarawih berjamaah," ujarnya.
Selain itu, Rahmat mengaku, kegiatan lainnya yang ia geluti yakni produksi tempe untuk dikonsumsi seluruh penghuni Lapas.
"Saya ototidak. Untuk bahannya didatangkan oleh pegawai Lapas. Baru kami yang olah. Bahannya simpel saja dari kedelai sama ragi. Kalau kami gunakan tepung beras," tuturnya.
Per dua hari, Rahmat dan rekan WBP lainnya bisa produksi tempe hingga 100 bungkus.
"Harusnya kami produksi tempe tiap hari, karena dapur butuhkan itu tiap hari. Tapi karena kita pikirkan juga biaya produksi harus pakai gas kalau nggak ada kayu bakar, jadinya per dua hari produksi. Dapur biasanya ambil 50 bungkus perhari. Jadi 100 bungkus untuk dua hari dengan berat 10 Kg," ungkapnya.
Baca juga: Terima Beasiswa Repatriasi, 243 Pelajar Indonesia dari Malaysia Tiba di Nunukan, Akan Dikirim Kesini
Baca juga: 134 PMI Dideportasi dari Malaysia, Didominasi Kasus Narkoba, Berikut Keterangan BP2MI Nunukan
Baca juga: 134 Pekerja Migran Deportasi dari Malaysia Tiba di Nunukan, Wajib Diswab PCR, KKP Beber Alasannya