Berita Tarakan Terkini
Waspada! Virus ASF pada Babi Ditemukan di Malaysia, Balai Karantina Pertanian Tarakan Beber Gejala
Bagi pengonsumsi daging babi patut waspada. Belum lama ini Balai Karantina Pertanian Kota Tarakan merilis adanya temuan RNA virus
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Bagi pengonsumsi daging babi patut waspada. Belum lama penyakit African Swine Fever (ASF) ditemukan di Sabah, Malaysia.
Kasus tersebut ditemukan Februari 2021 dilaporkan telah menyerang tiga distrik berbeda di Sabah, Malaysia.
Dibeberkan Pejabat Fungsional Dokter Hewan Karantina di Balai Karantina Pertanian Kelas II Kota Tarakan drh. Berlian, adapun gejala klinisnya yakni demam tinggi, kehilangan nafsu makan, muntah, diare, perdarahan pada kulit (sianosis) dan organ dalam. Kemudian perubahan warna kulit menjadi ungu, abortus pada babi yang bunting.
"Dan ada juga yang menunjukkan radang sendi dan akhirnya mati," ungkap drh. Berlia.
Baca juga: Harga Daging Ayam Beku di Tarakan Rp 36 Ribu Perkilogram, Selama Ramadan Tersedia 30 Ton
Virus yang memiliki genus Asfivirus dan famili Asfarviridae ini memiliki material genetik virus ASF-DNA dan virus CSF-RNA. Hasil temuan lebih dari 20 genotype virus ASF diidentifikasi dan terbanyak dari siklus babi liar di Afrika.
Dilanjutkan Berlian, data dihimpun dari OIE Manual tahun 2019, kematian babi akibat ASF dapat mencapai 100 persen dan terkadang kematian terjadi bahkan sebelum gejala klinis dapat diamati.
Dijabarkan Berlian lagi, adapun hewan yang peka terhadap ASF adalah famili Suidae
yakni babi domestik, babi hutan, babi warthog, babi bushpig dan juga ada babi hutan (raksasa).
Hingga saat ini juga, belum ada bukti virus ASF dapat menginfeksi pada manusia.
"Dan saat ini belum ada antiviral yang efektif dan belum ada vaksin untuk ASF," jelasnya.
Adapun faktor risiko penularan dan penyebaran ASF di antaranya yakni ecara langsung adanya kontak fisik antara babi terinfeksi dan babi sehat.
Lalu kemudian secara tidak langsung misalnya menelan makanan atau sampah yang mengandung partikel virus ASF.
Konsumsi sampah sendiri disebut sisa makanan yang dikenal istilahnya swill feeding. Kemudian adapula gigita caplak yang bertindak sebagai vektor biologis.
Virus ASF sendiri dapat hidup dalam tubuh caplak lunak dari genus Ornithodhorus.
Baca juga: Pemprov Kaltara Siapkan Anggaran THR Rp 15 Miliar Bagi PNS, Tahun Lalu THR Hanya Satu Bulan Gaji
"Bisa juga kontak dengan benda mati yang membawa partikel virus seperti pakan, sepatu dan kendaraan," urainya.
Ia juga membeberkan ada dampak yang ditimbulkan dari ASF. Yakni ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan manusia namun menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen.
"Tentu ini kerugian ekonominya sangat besar. Bisa berdampak pada perdagangan dan mengancam ketahanan pangan," ungkapnya.
Ia juga membeberkan kasus ASF yang terjadi selain temuan belum lama ini. Di antaranya ada Kenya sekitar 1921, Portugal tahun 1957, Brazil dan Karibia tahun 1961, Georgia tahun 2007, Polandia dan negara-negara Baltik tahun 2014.
Negara lainnya juga seperti Belgis, Hungaria, Chechnya, Rumania, Bulgaria, Slovakia, Serbia, China pada tahun 2018. Kemudian di tahun 2019 ada negara Mongolia, Vietnam, Kamboja, Korea Utara, Laos, Filipina, Myanmar, Timor-Leste, Korea Selatan dan Indonesia.
Ia melanjutkan, jika mengulas kasus yang pernah terjadi di Indonesia, ia merunut kasus sejak tahun 2019. Kejadiannya ada di Sumatera Utara ada lebih dari 40.000 babi yang terinfeksi virus ASF.
Lalu kemudian di Sumatera Barat ada, Bali, disusul Riau tahun 2020, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan terakhir kasus ditemukan di NTT.
Baca juga: Dilarang Mudik, PT Pelni Tarakan Mulai 6 Hingga17 Mei 2021, Tidak Jual Tiket Kapal
Ia kembali menyinggung faktor masuknya ASF ke Indonesia. Pertama karena Indonesia juga ada pemasukan daging babi dan produk babi.
Kemudian sisa-sisa katering transportasi internasional baik dari laut, maupun udara yang selanjutnya digunakan sebagai swill feeding.
"Faktor lainnya misalnya orang yang terkontaminasi virus ASF dan kontak dengan babi di lingkungan," urainya.
Di Provinsi Kaltara sendiri lanjutnya, ancaman ASF yang harus diwaspadai yakni pada Februari 2021 ASF dilaporkan telah menyerang tiga distrik berbeda di Sabah, Malaysia.
Di antaranya di Pitas (Kudat), dimana menurut laporan OIE, merupakan kasus pertama ditemukannya virus ASF yang dikonfirmasi dengan pengujian laboratorium. Kemudian ada pula di Beluran, Sandakan.
Sementara itu, dipaparkan Kepala Balai Kantor Karantina Pertanian Kelas II Kota Tarakan, drh. Akhmad Alfaraby, pada dasarnya menjadi tugas Karantina untuk mencegah lalu lintas media pembawa virus.
Ia lebih detail merincikan bentuk pencegahan yakni tidak menjual babi atau karkas yang terjangkit virus penyakit ASF serta tidak mengonsumsinya. Kemudian isolasi babi yang terkena ASF dan peralatannya dan dilakukan pengosongan kandang selama kurang lebih 2 bulan.
Kemudian babi yang mati karena penyakit ASF dimasukkan ke dalam kantong dan harus segera dikubur untuk mencegah penularan yang lebih luas.
Selain itu juga melakukan penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik. Di antaranya tidak mengizinkan orang lain bebas masuk keluar ke dalam peternakan babi.
Baca juga: Larang ASN Mudik Lebaran 2021, Walikota Tarakan dr Khairul Sebut Pelanggar Edaran Dikenai Sanksi
" Lalu menjaga kebersihan kandang, memisahkan babi sakit dan sehat," ujarnya.
Selama ini pihaknya mengakui sudah melakukan pengawasan ketat dan intensif ke daerah-daerah berisiko tinggi. Ini sesuai pelaksanaan Peraturan Pemeritah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan pasal 56.
Di antaranya isi PP tersebut, media pembawa lain berupa sampah, sisa makanan penumpang, kotoran, sisa pakan dan bangkai hewan, serta burung atau bahan yang pernah berhubungan dengan hewan yang diturunkan dari alat angkut di tempat pemasukan atau transit harus dimusnahkan oleh penanggung jawab angkut di bawah pengawasan petugaa Karantina.
"Untuk itu kami juga selalu berupaya agar ASF ini tidak masuk ke Kalimantan Utara," pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official