Berita Nunukan Terkini

Jadi Tulang Punggung Keluarga, Nenek Mia Tetap Berjualan di Pelabuhan Nunukan Meski Sepi Pembeli

Jadi tulang punggung keluarga, Nenek Mia tetap berjualan di Pelabuhan Nunukan meski sepi pembeli.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/FELIS
Nenek Mia (67) saat ditemui di sela aktivitasnya membuat kopi untuk para buruh bongkar muat barang di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Senin (10/05/2021), sore. TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus felis. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Jadi tulang punggung keluarga, Nenek Mia tetap berjualan di Pelabuhan Nunukan meski sepi pembeli.

Nenek Mia (67) warga Nunukan, Kalimantan Utara memutuskan untuk tetap berjualan di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, meski sepi pembeli.

Kebijakan pemerintah mengenai larangan mudik Idul Fitri 1442 Hijriah berdampak pada berbagai sektor kehidupan, utamanya ekonomi pedagang kaki lima dan buruh pelabuhan.

Baca juga: Zona Oranye, Pemkab Nunukan Perbolehkan Salat Ied di  Masjid, Patuhi Syarat Ini

Baca juga: Masih Zona Oranye, Pemkab Nunukan Izinkan Salat Idul Fitri 1442 H Dilakukan di Masjid, Asalkan ini

Baca juga: Prakiraan Cuaca Senin 10 Mei 2021, BMKG Klas IV Nunukan: Peringatan Dini untuk 4 Wilayah Ini

Seperti yang dialami nenek Mia. Seorang pedagang kaki lima yang telah malang melintang selama 20 tahun, berdagang nasi bungkus dan aneka makanan ringan serta minuman sachet lainnya.

Saat ditemui sedang berbaring di kursi kayu menunggu pembeli, nenek Mia mengaku selama kapal Pelni tak beroperasi akibat larangan mudik, pendapatannya jadi menurun drastis.

Sebelum ada kebijakan larangan mudik, nenek Mia bisa mendapat pemasukan hingga Rp400 ribu per harinya.

Namun, kini ia hanya mendapat Rp100-Rp150 ribu, bahkan mirisnya Rp70 ribu per hari.

"Ada 20 tahun sudah nenek menjual. Dari jembatan pelabuhan masih kayu lagi. Apalagi mau dikerjakan kalau tidak menjual. Kalau ada kapal masuk atau ada buruh bongkar barang nenek jualan nasi. Tapi karena tidak ada kapal sudah, jadi hanya kopi sachet sama mie instan saja," kata nenek Mia kepada TribunKaltara.com, sembari tersenyum dari raut wajahnya yang tampak mulai keriput, Senin (10/05/2021), pukul 15.00 Wita.

Nenek Mia yang sehari-harinya ditemani berjualan oleh sang anak, namun kini terpaksa sendirian, lantaran anaknya baru saja selesai melahirkan.

Meski sepi, nenek Mia tetap memilih untuk berjualan. Pasalnya, aktivitas bongkar muat barang logistik di pelabuhan masih terus berjalan.

Bahkan, ia rela berjalan kaki sekira 300 meter dari rumah menuju tempatnya berjualan di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan.

"Nenek ke sini jalan kaki. Mana pandai naik motor nak. Kalau anak nenek sempat antar ya diantar. Tapi dia lagi istirahat karena baru habis melahirkan. Penjual hanya nenek sendiri saja. Karena kapal penumpang sementara tidak masuk. Tapi, banyak buruh di pelabuhan termasuk sopir minta nenek jualan, makanya tetap jualan. Mereka bilang indo (panggilan etnis Sulawesi untuk ibu) menjual ko besok," ucapnya.

Nenek Mia mengaku, dirinya juga menjual nasi bungkus untuk menambah pemasukan selama pandemi Covid-19.

Meski uang hasil dagangan nasi yang ia dapatkan juga tak seberapa.

"Nasi lauk ikan bayar Rp20 ribu per bungkus. Kalau untuk buruh pelabuhan nenek kasi Rp15 ribu per bungkus. Kemarin ada 2 kilo nasi nenek buat, tapi satu orang saja beli. Jadi nenek bawa pulang kasi keluarga, tetangga, dan beberapa dikasi petugas pelabuhan. Kemarin hanya dapat Rp70 ribu," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved