Travel

Museum Kesultanan, Sisa-sisa Kejayaan Bulungan, Datu Abdul Hamid Kenang Masa Kehidupan di Istana

Ingatan Datu Abdul Hamid masih kuat, pria berusia 72 Tahun cukup runtut menjelaskan sejarah Kesultanan Bulungan, dari masa jayah hingga redupnya.

Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ MAULANA ILHAMI FAWDI
Pemangku Sultan Bulungan, Datu Hamid saat menjelaskan peninggalan dan koleksi Istana Kesultanan Bulungan di Museum Kesultanan Bulungan, Sabtu (14/8/2021) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Ingatan Datu Abdul Hamid masih kuat, pria berusia 72 Tahun itu cukup runtut menjelaskan sejarah Kesultanan Bulungan, dari masa jaya hingga di masa redupnya kejayaan.

Sempat tinggal di Istana Kesultanan Bulungan selama hampir 15 Tahun, Pemangku Sultan Bulungan, Datu Abdul Hamid mengenang masa-masa kehidupan di Bulungan.

Menurutnya Istana Kesultanan Bulungan sangat besar, bahkan antara pagar luar dengan bangunan utama Istanan berjarak hingga 150 Meter.

Baca juga: Diantar dengan Perahu Biduk Bebandung saat Dilantik, Syarwani Hormati Warisan Kesultanan Bulungan

Hal ini ia ungkapkan saat tim TribunKaltara.com menemuinya di Museum Kesultanan Bulungan, Sabtu (14/8/2021).

"Istana ini dulu besar, dari gerbang sampai bangunan utama itu harus berjalan dulu 150 Meter, lalu di dalamnya ada 3 Istana, dan tiap Istana itu ada 40 Kamar," kata Pemangku Sultan Bulungan, Datu Abdul Hamid, Sabtu (14/8/2021) lalu.

Baca juga: Museum Mulawarman Tenggarong Kembali Dibuka, Pengunjung Wajib Patuhi Prokes, Catat Tanggalnya

Ia juga menjelaskan bagaimana jernihnya air Sungai Kayan di kala itu, yang memisahkan Istana Kesultanan Bulungan di Tanjung Palas dengan Tanjung Selor.

Di mana pada masa itu, aneka ragam ikan hingga udang dan kerang cukup mudah ditemukan.

Pemangku Sultan Bulungan, Datu Hamid saat menjelaskan peninggalan dan koleksi Istana Kesultanan Bulungan di Museum Kesultanan Bulungan, Sabtu (14/8/2021)
Pemangku Sultan Bulungan, Datu Hamid saat menjelaskan peninggalan dan koleksi Istana Kesultanan Bulungan di Museum Kesultanan Bulungan, Sabtu (14/8/2021) (TRIBUNKALTARA.COM/ MAULANA ILHAMI FAWDI)

"Dulu kami makan ambil saja dari sungai, mancing Ikan Patin besar dengan mudah bisa diambil di sungai itu, dulu kita mancing saja, lalu ada juga ikan Seruyuk, Salam, udang dan tiram juga tinggal diambil saja," katanya.

"Tapi sekarang sungainya kotor, jadi habitat hancur, sekarang udang atau tiram itu sudah tidak ada lagi," katanya.

Tak hanya makanan yang melimpah dan mudah didapat, Datu Abdul Hamid menjelaskan bila Kesultanan Bulungan menjadi salah satu kerajaan yang terkaya di Hindia Belanda pada masa itu.

Menurutnya, penemuan dan eksploitasi sumur minyak di Tarakan menjadi penyumbang kekayaan Kesultanan Bulungan.

"Bulungan ini kaya raya, juga karena minyak yang ada di Tarakan itu, di atas gunung itu dulu banyak tangki-tangki besar," jelasnya.

Baca juga: Komunitas Tarakan Tempo Doeloe Serahkan Koleksi Peninggalan Perang Dunia II ke Museum Sejarah

Tak ayal, hal tersebut menjadikan hubungan antara Kerajaan Bulungan dan Kerajaan Belanda cukup spesial.

Ini terlihat dari pemberian Kapal Pesiar mewah bernama Warmond oleh Ratu Wilhelmina, hingga diundangnya Sultan Djalaluddin pada Pernikahan Putri Juliana di Belanda.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved