Berita Nunukan Terkini
Cerita Dorma Kisu Buka Sanggar Tari Dayak Lundayeh, Sisihkan Gaji Demi Koleksi Pernak-Pernik
Demi eksistensi budaya Dayak Lundayeh di Nunukan, Kalimantan Utara, wanita bernama Dorma Kisu koleksi pernak-pernik dan hasil kerajinan tangan.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
Meskipun, ditengah pandemi Covid-19, gerai pernak-pernik milik Dorma masih dikunjungi konsumen. Utamanya tamu dari luar daerah.
Tak hanya itu, Dorma bahkan membuat tali masker dari manik-manik khas Lundayeh.
"Gelang itu saya jual Rp40-Rp50 ribu tergantung keaslian. Kalau gelang dari kulit kayu Rp30 ribu. Tali tas Rp200 ribu. Kalau gelang dari manik-manik itu saya kerjasama dengan anak muda di Krayan. Saya yang punya manik-manik dan mereka yang kerjakan. Karena mata saya sudah nggak bisa lihat manik-manik terlalu kecil," tuturnya.
Lanjut Dorma,"Kemarin saya kirim 1 Kg manik-manik ke Krayan. Saya pesan buat gelang. Kalau anting-anting saya jual Rp25 ribu. Karena saya ambil dari pengrajin itu harganya Rp10 ribu," ungkapnya.
Meskipun, transportasi Nunukan-Krayan hanya bisa dengan pesawat terbang, tak menyurutkan semangat Dorma untuk terus mengirim manik-manik ke Krayan.
"Memang penerbangan sedikit jadi kendala. Tapi sekarang ini agak murah bagasinya. Dulu Rp35 ribu per kilo sekarang hanya Rp20-25 ribu per kilo," imbuhnya.
Barang lainnya yang dijual Dorma seperti baju adat dari kulit kayu yang sudah dimotif seharga Rp700 ribu.
Baju adat bermotif Tabu, Jelaran, dan Linawa dijual Rp750 ribu. Batik tulis Bulanmawan seharga Rp500 ribu.
"Kalau baju berbahan kulit agak susah ambilnya di hutan, Krayan. Kayu Talun itu susah dapatnya. Nah, kalau batik tulis, satu lembar saya produksi selama tiga hari. Saya gambar dulu, baru dicanting," pungkasnya.
"Kalau ada pesanan batik tulis dari pejabat, saya gambar lalu kirim ke Solo dan Yogyakarta. Karena kita takut salah mewarnai. Kalau pesanan dari warga biasa, saya bisa buat sendiri. Biasanya pesan tamu dari Jakarta. Pejabat Polda Kaltara juga beli ke saya Rp500 ribu. Kalau saya produksi sendiri hanya Rp450 ribu ada juga Rp350 ribu tergantung ukuran kain," beber Dorma.
Baca juga: Polda Kaltara Musnahkan Senpi Ilegal, Tokoh Adat Dayak Kaltara Henock Merang: Kami Ikut Ketentuan
Selain itu, Dorma beberkan sebelum pandemi tak sedikit anyaman bakulnya dibeli oleh para turis. Saat ini anyaman bakul Dorma ia jual seharga Rp250 ribu.
Untuk topi yang terbuat dari kulit kayu dan dihiasi duri Landak dan bulu burung Enggang, ia jual Rp350 ribu.
Anyaman tas dari rotan mulai Rp350-500 ribu.
"Kalau topi yang tidak pakai bulu burung sudah banyak yang pesan. Kalau yang ada bulu burung baru dua orang yang pesan yaitu dari Malinau dan Tanjung Selor. Bahkan orang Krayan saja pesan di sini sama saya," tutupnya.
Dorma juga mengoleksi alat musik khas Lundayeh seperti Sape, Gong, Kolintang.
Termasuk juga Pelepet khas Lundayeh yang menyerupai Mandau.
(*)
Penulis: Febrianus Felis