Berita Tarakan Terkini
Dapat Bantuan Rp 1,2 Juta, Genoveva PKL di Tarakan Ungkap Rasa Syukur: Uangnya Dibuat Modal Jualan
Aura bahagia tampak terlihat di wajah Genoveva Gulo dan Muhani. Keduanya pada Jumat (15/10/2021) hari ini baru saja menerima BTPKLW.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Aura bahagia tampak terlihat di wajah Genoveva Gulo dan Muhani. Keduanya pada Jumat (15/10/2021) hari ini baru saja menerima Bantuan Tunai Pedagang Kaki Lima dan Warung (BTPKLW).
Ia mengakui pagi-pagi sekali datang ke Kodim 0907 Tarakan usai mendapat undangan untuk menerima bantuan PKL dan warung. Genoveva Gulo dan Muhani bersama ratusan PKL lainnya tampak sabar mengantre sejak pagi pukul 08.00 WITA untuk menanti giliran namanya dipanggil.
Genoveva Gulo berbagi cerita bagaimana ia akhirnya bisa menerima bantuan. Pada waktu itu seperti biasa, ia seperti biasa tengah berjualan lalu tiba-tiba didatangi Babinsa.
Baca juga: 750 PKL& Warung Terima Bantuan Tunai yang Disalurkan Kodim 0907 Tarakan, Satu KK Dijatah Rp 1,2 Juta
“Pas kami jualan di pondok, kami didatangi. Ditanya sama bapak-bapak apakah sudah dapat bantuan apa belum, kami jawab belum,” ujarnya.
Akhirnya ia bersama beberapa rekannya sesama PKL diminta data KK dan KTP. Ia yang mengaku beralamat di RT 1 Kelurahan Juata Kerikil kesehariannya sebenarnya adalah petani. Namun ia tak memiliki lahan pertanian alias hanya menumpang di lahan yang berada di dekat Embung Bengawan tak jauh dari kediamannya.
Baca juga: Penyaluran Bantuan Tunai PKL dan Warung di Kaltara Tembus Rp 873,6 Juta, Ini Syarat jadi Penerima
Jika tak musim panen, kesehariannya hanya berjualan aneka sayuran seperti bayam, kangkung dan jagung, ubi-ubian dan sayuran lainnya yang berada di depan rumah.
“Jualannya dari hasil kebun. Tapi bukan kebun sendiri. Jualan di pondok depan pinggir jalan. Di dekat Embung Bengawan,” ujar perempuan anak satu ini.

“Syukur sekali, rasanya senang sekali. Hari ini saya terima Rp 1,2 juta,” ungkap perempuan berusia 56 tahun ini.
Rencananya bantuan ini akan digunakan untuk membeli pupuk, bibit untuk kembali ditanam. "Hasilnya baru kami jual,” lanjutnya.
Selama pandemi Covid-19, ia mengakui pendapatannya cukup menurun drastis. Kadang dalam sehari, jualan sayur, jagung tidak habis terjual.
Baca juga: Tunggu Instruksi, Dandim & Kapolres Tarakan Siap Kawal Pendistribusian Bantuan Bagi PKL dan Warung
“Jagung itu kami jual tapi tidak laku tidak ada pembeli. Sampai kering di pondok. Kalau dihitung tidak sampai Rp 100 ribu sehari kami dapat,” aku perempuan yang sudah tinggal di Kelurahan Juata Kerikil ini sejak 2015 lalu.
Dibandingkan sebelum pandemi, biarpun bawa stok sayuran, jagung dan ubi banyak, pasti rerata habis terjual.
“Tapi kalau saya tidak banyak bawa. Karena tidak punya langganan,” ujarnya.
Selain berjualan di pondok, kadang juga berjualan keliling bisa menggunakan gerobak atau juga membawa sayur dengan cara dijunjung.
“Kadang bisa sampai 20 ikat sayur, bawa keliling. Karena saya tidak punya langganan tetap,” tukasnya.