Berita Tarakan Terkini
Beber Perkembangan Investasi Kaltara, Sempat Terkontraksi, Nilai Tertinggi Ada di Triwulan II 2020
Beber perkembangan investasi Kaltara, sempat terkontraksi, nilai investasi tertinggi ada di triwulan II 2020.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Beber perkembangan investasi Kaltara, sempat terkontraksi, nilai investasi tertinggi ada di triwulan II 2020.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara membeberkan perkembangan investasi di Provinsi Kalimantan Utara.
Ini disampaikan Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Tedy Arif Budiman saat menjadi salah seorang pembicara dalam webinar nasional bertema “Forum Bisnis: 9 Peluang Investasi di Kaltara” dalam rangka HUT ke-9 Provinsi Kalimantan Utara yang digelar TribunKaltara.com, Kamis (21/10/2021).
Baca juga: Kadisidkbud Tarakan Instruksikan Gelar PTM, Tajuddin: Hanya Sekolah yang Telah Memenuhi Persyaratan
Dibeberkan Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Tedy Arif Budiman, berdasarkan data dari BKPM, hingga triwulan II 2021, Kaltara tercatat mendapatkan investasi sebesar Rp 1,76 triliun atau secara tahunan terkontraksi 9,20 persen.
Meskipun mengalami kontraksi, lanjut Tedy, nilai investasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak triwulan II 2020 lalu dimana Kaltara mendapatkan investasi sebesar Rp 1,90 triliun.
Secara parsial lanjutnya, Penanaman Modal Asing (PMA) masih tercatat mengalami peningkatan dengan realisasi sebesar USD 100,4 juta atau tumbuh 109,7 persen years on years (yoy).
Sementara itu, dari sisi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN ) tercatat sebesar Rp 266,4 Miliar atau terkontraksi 78,3 persen (yoy).
“Jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya, realisasi investasi di Kaltara adalah Rp 1,08 triliun atau tumbuh 106,3 persen,” bebernya.
Adapun hal yang menyebabkan tingginya pertumbuhan PMTB Kaltara pada triwulan I dan terkontraksi di triwulan II 2021 di antaranya adalah faktor base effect dimana realisasi pada tahun 2020 yang relatif rendah pada triwulan I 2020.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka SMA & SMK di Kota Tarakan, Ditargetkan Mulai Senin Mendatang
“Sedangkan pada triwulan II 2020 justru mencapai angka tertingginya dalam 3 tahun terakhir,” ungkap Tedy yang turut menjadi pembicara di webinar nasional bertema “Forum Bisnis: 9 Peluang Investasi di Kaltara” dalam rangka HUT ke-9 Provinsi Kalimantan Utara.
Kemudian ia kembali melanjutkan, untuk kebutuhan PMTB, untuk dapat kembali tumbuh pada rentang 6 sampai 7 persn seperti keadaan sebelum pandemi Covid-19, dalam rentang 5-7 tahun mendatang setidaknya Kaltara perlu untuk mengkompensasi rendahnya capaian realisasi PMTB pada periode pandemi 2020-2021 ini di masa mendatang.
Dalam lima tahun terakhir, lanjut Tedy, PMDN terus menunjukkan tren peningkatan baik untuk sektor primer, sekunder dan tersier.
Dari sektor primer, lapangan usaha pertambangan merupakan salah satu yang menunjukkan tren peningkatan cukup signifikan.
“Sebagai lapangan usaha dengan pangsa 26,3 persen. Pertambangan menjadi salah satu sumber pertumbuhan utama di Kaltara yang tentunya perlu mendapat perhatian terutama setelah beberapa waktu lalu negara G7 sepakat untuk menghentikan pendanaan proyek batubara pada tahun 2022 mendatang,” bebernya.
Untuk itu, hilirisasi tentu perlu dilakukan untuk dapat menjaga eksistensi bisnis lapangan usaha pertambangan agar dapat bertahan di masa mendatang.
Dari sektor sekunder, lapangan usaha industri makanan tambahnya, juga terus menunjukkan tren peningkatan sejalan dengan sektor tersier yang diwakili oleh lapangan usaha perdagangan dan reparasi.
Sementara itu, berbeda dengan PMDN, dalam lima tahun terakhir, PMA relatif menunjukkan tren penurunan khususnya untuk sektor primerdan tersier.
Dari sektor primer, lapangan usaha tanaman pangan dan perkebunan merupakan salah satu dan yang utama menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2017.
Lapangan usaha ini tentunya sangat berkaitan dengan CPO yang menjadi salah satu tumpuan perekonomian Kaltara.
“Dengan semakin maraknya environment campaign di berbagai negara, sebagai salah satu negara eksportir CPO terbesar tentunya Indonesia dalam hal ini Kaltara perlu melakukan hilirisasi produk CPO untuk dapat meningkatkan nilai jual,” jelasnya.
Di sisi lain dari sektor sekunder justru menunjukkan tren peningkatan terutama terlihat dari lapangan usaha industri makanan yang terus bekembang di Kalimantan Utara
Dalam hal ini tambahnya, ia juga menjelaskan mengenai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang merupakan suatu indikator untuk menilai seberapa mampu suatu nilai investasi untuk dapat meningkatkan produk nilai tambah dari suatu wilayah.
Umumnya kata Tedy, semakin kecil nilai ICOR yang dihasilkan maka semakin efektif pengelolaan investasi yang ada untuk mendorong perekonomian daerah tersebut.
Pada tahun 2020, tercatat Kalimantan Utara mengalami peningkatan nilai ICOR dari tahun tahun sebelumnya.
Baca juga: Level PPKM sudah Turun, SMA/SMK di Tarakan Ditargetkan PTM Terbatas Mulai Senin 25 Oktober 2021
“Namun demikian, hal ini juga dirasakan oleh seluruh provinsi yang ada di Kalimantan, dimana tahun 2020 merupakan tahun pandemi sehingga menyebabkan seluruh wilayah di Kalimantan mencatatkan pertumbuhan negatif sepanjang tahun 2020,” ulasnya.
Meski demkian, lanjut Tedy, pada tahun 2021 diperkirakan ICOR Kaltara akan mengalami perbaikan mendekati kondisi pra pandemi.
“Hal ini juga sejalan dengan target BAPPENAS yang menargetkan ICOR nasional akan turun menjadi 6,24 pada tahun 2022 mendatang,” pungkasnya. (*)
Penulis: Andi Pausiah