Berita Tarakan Terkini
Napak Tilas Perjuangan jadi Relawan IKAPTK untuk Pemakaman Covid-19, Siang di Kantor Malam di Makam
Cerita Ahmady Burhan, napak tilas perjuangan menjadi relawan IKAPTK untuk pemakaman Covid-19, siang bertugas di kantor, malam makamkan orang wafat.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Cerita Ahmady Burhan, napak tilas perjuangan menjadi relawan IKAPTK untuk pemakaman Covid-19, siang bertugas di kantor, malam makamkan orang wafat.
Lonjakan kasus kematian pernah terjadi selama awal Agustus 2021 lalu.
Ini cukup membuat Tim Satgas Penanganan Covid-19 cukup kewalahan di tengah keterbatasan SDM.
Tak terasa, kini telah memasuki Desember.
Perlahan-lahan kasus konfirmasi positif Covid-19 tercatat menurun jauh.
Per Sabtu (18/12/2021) zero kasus meninggal dunia karena Covid-19.
Angka kasus aktif hanya tercatat dua kasus.
Tercatat di Tarakan konfirmasi posiitf sebanyak 13.232 orang secara kumulatif dan angka sembuh 12.876 orang.
Baca juga: Kode Redeem Free Fire Senin 20 Desember 2021, Tukar Kode FF dan Klaim Skin Terbaik
Adalah Ahmady Burhan bersama puluhan relawan yang tergabung dalam Tim Satgas Penanganan Covid-19 turut berkontribusi menangani persolan pandemic di Kota Tarakan.
Ahmady Burhan bersama puluhan relawan melalui Ikatakan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK) Kota Tarakan ikut menjadi relawan pemakaman pasien Covid-19 yang terkonfirmasi meninggal dunia.
Menangani orang meninggal karena Covid-19 tentu bukanlah pekerjaan mudah.
Terlebih masa sulit di 2020 dan 2021 lalu, saat kondisi SDM yang bertugas di pemakaman sangatlah terbatas.
Ia tercetus untuk mengajak anggota IKAPTK yang terdiri dari lulusan APDN, STPDN dan IPDN yang kini memiliki masing-masing tugas utama di jajaran instansi baik tingkat kelurahan, kecamatan bahkan sampai tingkat Kota Tarakan.
Ahmady Burhan pun menceritakan bagaimana akhirnya ia terpikirkan mengajak seluruh anggota IKAPTK untuk mau menjadi relawan pemakaman.
Ia menapaktilas kejadian kasus konfirmasi di awal pandemi Maret di 2020 lalu.
Awal pandemi melanda, Kota Tarakan posisinya saat itu ada satu kasus meninggal dunia.
Tim pemakaman Covid-19 belum memiliki pengalaman dalam pemakaman.
“Di saat itu posisinya orang panik semua, satu warga Tarakan ibaratnya mikir mau keluar rumah. Sehingga untuk mencari petugas yang mau melakukan pemakaman sangat terbatas,” beber Ahmady kepada TribunKaltara.com.
Akhirnya lanjutnya, di awal dibantu Tim Satgas terdiri dari TNI dan Polri dan beberapa tenaga kesehatan untuk melakukan pemakaman Covid-19.
“Termasuk juga saat itu salah satunya saya. Kalau tidak salah di pemakaman ketiga dan keempat. Saya lupa. Kami terlibat karena sulitnya mencari petugas saat itu,” beber Ahmady Burhan.
Baca juga: Kirab Bendera Merah Putih Sepanjang 500 Meter, Meriahkan HUT ke-24 Kota Tarakan, Warga Antusias
Menurutnya melihat kondisi saat itu, ada faktor psikologis atau mindset masyarakat yang masih khawatir atau takut terpapar.
“Kalau kita bicara pemakaman Covid di tahun 2021 ini berbeda dengan yang terjadi di Juli 2020 kemarin di awal pandemic. Karena waktu itu orang panik, khawatir, takut waktu itu,” ujarnya.
Sehingga karena sulitnya mendapatkan tenaga, pihaknya dari BPBD tergabung dalam koordinator relawan maka ia berinisiatif mengumpulkan seluruh junior keluarga besar IKB Alumni Ikatan Pendidikan STPDN/IPDN.
“Jadi saya mengumpulkan mereka, berdiskusi untuk membentuk Tim Pemakaman Covid-19 ini,” ujarnya, Minggu (19/12/2021).
Tentu saat itu dengan konsekuensi ada beberapa pertentangan, kekhawatiran apalagi mereka yang memiliki keluarga.
“Saya hanya menjelaskan ke mereka pada saat itu lebih ke memberikan contoh. Kan saya ingat dulu, pemakaman yang meninggal yang keempat sempat ikut rapat,” ujarnya.
Waktu itu setelah mengikuti pemakaman ia sempat ditegur oleh peserta rapat, karena sepulang dari pemakaman langsung mengikuti rapat.
“Saya katakan ya saya sudah mengikuti sesuai prokes yang ditetapkan. Sesuai ketentuan. Sudah mandi dan sebagainya. Cuma waktu itu memang disuruh isoman dulu baru turun kerja,” bebernya.
Lebih jauh lagi kata Ahmady, ia akhirnya bisa merangkul tim.
“Waktu itu ada juga bersama kami Pak Aziz Kepala Inspektorat juga saat itu dan Pak Hendra, Kepala DKISP, lebih kepada jiwa kemanusiaan saja sih,” ujarnya.
Ia juga menilai, mereka yang merupakan alumni STPDN masih terbilang muda dari sisi usia sehingga tenaga yang dimiliki pasti memungkinkan untuk melakukan prosesi pemakaman Covid-19.
Saat ini kata Ahmady Burhan, untuk relawan pemakaman Covid-19 sendiri berjumlah 30-an orang hanya khusus alumni STPDN/IPDN.
Sementara untuk dari tim BPBD sendiri total berjumlah 15 orang, kemudian dari Satpol PP, PMI dan Dinkes Tarakan juga sudah menempatkan petugas yang menjadi relawan pemakaman Covid-19.
Sistemnya sendiri jika ada kasus konfirmasi meninggal dunia karena Covid-19, maka di dalam grup akan berkoordinasi dengan Dinkes.
Baca juga: Jadwal 3 Speedboat Reguler Pagi Rute Nunukan-Tarakan Muat Ratusan Penumpang, Minggu 19 Desember 2021
“Ada koordinatornya. Kalau dulu Pak Teguh, cuma udah pindah ke Provinsi Kaltara. Sekarang Pak Suherman yang tugas di Dinas Pariwisata,” sebutnya.
Untuk posko tempat berkumpul relawan pemakaman dipusatkan di Kecamatan Tarakan Tengah.
Baik peralatan cangkul, sekop, semua diletakkan di Kecamatan Tarakan Tengah.
“Begitu ada panggilan, semua melapor ke kantor masing-masing. Izin ke kepala dinas. Karena kan mereka alumni ini ada yang bekerja sebagai lurah, camat, seklur, campur semua. Dan mereka yang siap dan bisa saat itu,” ujarnya.
Karena sifatnya relawan pemakaman untuk kemanusiaan sehingga tidak ada pemaksaan.
“Yang bisa saja maka dilibatkan. Paling sering itu kami dapat malam. Karena malam itu free dan kedua tim kami yang muda-muda banyak di situ. Siang bertugas di kantor, malam lanjutkan kegiatan pemakaman kalau ada yang meninggal,” urainya.
Namun lanjutnya biasanya kasus meninggal frekuensinya lebih banyak di siang hari.
Sehingga lanjutnya, biasanya mereka yang bertugas memakamkan membawa baju ganti saat menuju ke Kecamatan Tarakan Tengah.
“Pulang dari pemakaman baru mandi di sana. Baru lanjut masuk kantor. Saya karena posisinya namanya relawan, ada panggilan kemanusiaan, mungkin tidak semua bisa lengkap. Makanya kadang saya masuk juga kadang tidak,”ujarnya.
Adapun formasinya sendiri minimal ada 8 orang petugas.
Masing-masing memiliki tugas ada yang mencangkul, ada yang memakamkan ada yang mengangkat tandu.
“Kalau saya biasa di posisi ikut menguburkan. Beda juga juga dengan penggali kuburnya sendiri itu sudah ada petugas masing-masing. Ada juga yang bertugas memasukkan dalam peti dan mengubur beda juga,” bebernya.
Pemakaman dilakukan di Pemakaman Covid-19 Kelurahan Juata Laut.
Selain itu juga ada purnawirawan Kodim 0907 Tarakan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
Total yang sudah dilakukan pemakaman mencapai 130 orang.
Untuk petugas pemakaman keseluruhan relawan mencapai 70-80 orang relawan.
“Mereka bekerja bergantian. Jadi kalau untuk relawan ada BPBD sendiri, Dinkes, Satpol PP, PMI, dan tim dari STPDN dan dari TNI dan Polri,” ujarnya.
Nanti lanjutnya, koordinator menginformasikan ke Dinkes Tarakan untuk menyampaikan persiapan pemakaman. Ketika semua sudah siap baru tim memakai APD lengkap.
Baca juga: Lampaui Target Vaksinasi Nasional, Kota Tarakan Perdana Gelar Kick Off Vaksin Anak Usia 6-11 Tahun
“Itupun di awal sempat dilatih dulu oleh Dinkes untuo protap pemakaian APD agar tidak membahayakn diri dan keluarga. Kalau pemakaian APD kami di kantor kecamatan,” jelas pria alumni IPDN ini.
Terakhir ia mengungkapkan, pengabdian yang dilakukan ia bersama rekan-rekannya belumlah seberapa dibandingkan dengan pengorbanan tenaga kesehatan.
“Kami tidak pernah surut untuk berbuat kebaikan sekecil apapun itu. Kami Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK) APDN-STPDN-IPDN Kota Tarakan hadir untuk Kemanusiaan sebagai relawan pemakaman Covid-19, semoga Masyarakat Kota Tarakan tetap sehat dan pandemi Covid-19 ini segera berakhir,” pungkasnya. (*)
Penulis: Andi Pausiah