Berita Nunukan Terkini
Harga Kedelai Naik Rp 50 Ribu per Karung, Begini yang Dilakukan Pengrajin Tahu Tempe di Nunukan
Pengrajin tahu dan tempe di Nunukan akui harga kedelai naik hingga Rp 50 ribu dari yang sebelumnya harga beli Rp 600 ribu per karung.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Pengrajin tahu dan tempe di Nunukan akui harga kedelai naik hingga Rp 50 ribu dari yang sebelumnya harga beli Rp 600 ribu per karung, kini menjadi Rp 650 ribu per karungnya.
Saat ditemui sedang menjajakan dagangan tahu dan tempe di Pasar Jamaker, Nurul Hidayah (55) mengatakan kenaikan kedelai terjadi mulai awal Februari.
"Kedelai diambil dari Surabaya, tapi saya tangan ketiga. Jadi naiknya sampai Rp 50 ribu," kata Nurul Hidayah kepada TribunKaltara.com, Sabtu (19/02/2022), pukul 12.00 Wita.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu dan Tempe di Tanjung Selor Kurangi Produksi
Meski begitu, Nurul yang memiliki lapak tahu dan tempe di Pasar Jamaker mengaku harga jual kepada konsumen masih stabil.
"Saya jual tempe dan tahu harganya stabil Rp 5 ribu. Untuk tahu isi tujuh. Lalu, kalau tempe ambil lima bungkus saya beri harga Rp 20 ribu. Tapi kalau tahu nggak bisa karena prosesnya tidak semudah tempe," ucapnya.
Baca juga: Harga Tempe di Pasar Imbayut Taka Kabupaten Tana Tidung Tak Naik, Tapi Ukuran Mengecil
Alasan Nurul tak menaikkan harga jual tempe dan tahu, lantaran dirinya khawatir sepi pembeli.
"Kalau saya naikkan harga jual orang tidak mau beli. Malahan ada yang minta ambil dua bungkus Rp 5 ribu. Ya paling tempe dan tahu kami kurangi ukurannya. Agak ditipisin gitu," tambahnya.

Nurul mendatangkan kedelai dua bulan sekali sebanyak 5 hingga 10 ton. Ia dan keluarga mampu memproduksi 2 karung kedelai setiap harinya atau setara 100 kilogram kedelai.
"Saya dibantu suami dan anak saya untuk produksi tempe dan tahu. Tempe dan tahu masing-masing satu karung kami produksi tiap hari," ujarnya.
Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Pengrajin Tahu dan Tempe di Bontang Bakal Mogok Produksi Dua Hari
Hasil produksi tempe dan tahu sebagian ia dagangkan ke Pasar Jamaker. Sebagian lagi diantar ke RSUD dan Lapas Nunukan, termasuk di Kecamatan Sebakis.
"Saya setengah hari saja jualan di pasar, lalu pulang bantu produksi lagi. Tadi saya bawa dua karung tempe dan tahu ke pasar, ini tinggal setengah lagi belum terjual. Intinya jangan banting harga, biar laku di pasar," ungkapnya.
(*)
Penulis: Febrianus Felis