Berita tana Tidung Terkini

Harga Sarang Walet Turun Capai Rp 1 Juta Perkilogram, Tergantung Grade

Sarang walet di Kabupaten Tana Tidung alami penurunan harga. Capai Rp 1 juta perkilogram. Biasanya Rp 11, 5 juta perkilogram kini Rp 10 Juta.

Penulis: Rismayanti | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ HO-ZOEL
Zoel Batalas saat memamerkan sarang walet grade mangkok. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Sarang walet di Kabupaten Tana Tidung alami penurunan harga.

Salah satu pengepul sarang walet di Tana Tidung, Zoel Batalas mengatakan, turunnya harga sarang walet, terjadi mulai awal Februari 2022 lalu.

"Harga turun ndak cuma di Kaltara saja. Mungkin pengaruh omicron, dan juga pengirimannya susah," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Sabtu (5/3/2022).

Baca juga: Burung Walet Hewan Setia, Berikut Empat Karakter Istimewa yang Dimiliki

Dia menambahkan, turunnya harga ini terjadi disemua grade, baik grade mangkok maupun sudut-patahan.

Pria asal Bulungan itu menyebutkan, harga grade mangkok saat ini dikisaran Rp 10 juta perkilogram.

Baca juga: Genjot Produksi Sarang Walet, Dinas Pertanian Kabupaten Tana Tidung Bakal Tetapkan Desa Sentra Walet

Padahal, normalnya harga grade mangkok bisa diangka Rp 11,5 juta sampai Rp 12 juta perkilogramnya.

"Kalau sudut dan patahan itu dulu harganya Rp 8 juta. Sekarang turun juga sekira Rp 7 juta.

Salah satu rumah burung walet yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Desa Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung.
Salah satu rumah burung walet yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Desa Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung. (TRIBUNKALTARA.COM/RISNAWATI)

"Untuk lokal kita, Tanjung Selor kah Malinau kah, semuanya sama. Begitu memang harganya," bebernya.

Meski turun harga, dia akui sebagian petani walet tetap menjual sarang waletnya.

Baca juga: Populasi Rumah Walet di Tana Tidung Capai 1.490 Unit, Kadis Pertanian Rudi: Terbesar di Kaltara

"Kalau yang mengeluh, ndak juga. Apalagi pengaruh pandemi Covid-19 ini kan, ekonomi lagi susah," katanya.

Namun, ada pula yang menahan diri untuk tidak menjual sarang waletnya.

Padahal kata Zoel, petani bisa merugi jika menyimpan sarang walet terlalu lama.

Baca juga: Jalan-Jalan ke Desa Muara Siran Kukar, Minim Infrastruktur, Warganya Makmur dari Sarang Walet

"Semakin dia simpan lama, kualitas sarangnya jadi ndak bagus. Tapi tergantung lagi bagaimana cara orang menyimpan," jelasnya.

(*)

Penulis: Risnawati

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved