Berita Malinau Terkini
Awal Tahun 2022, Petani Sawit di Malinau Ramai Beli Kendaraan Bermotor: Untuk Operasional Kebun
Awal tahun 2022, petani sawit di Malinau ramai beli kendaraan bermotor, Petani: Untuk operasional kebun.
Penulis: Mohamad Supri | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Awal tahun 2022, petani sawit di Malinau ramai beli kendaraan bermotor, Petani: Untuk operasional kebun.
Tren pembelian kendaraan bermotor di Malinau didominasi sektor perkebunan kelapa sawit.
Data Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah UPTD Kabupaten Malinau, per Februari 2022 jumlah pendapatan dari biaya balik nama kendaraan bermotor sebesar Rp 2,47 miliar.
Baca juga: Awal Tahun 2022 BBN Sumbang Rp 2,47 Miliar, Pendapatan Terbesar dari Perkebunan Sawit di Malinau

Rata-rata kelompok masyarakat yang mengajukan permintaan balik nama kendaraan roda 4 berasal dari sektor perkebunan kelapa sawit.
Petani Kelapa Sawit sekaligus ketua kelompok tani di Malinau Barat, Abott membenarkan jika saat ini lebih banyak petani sawit yang membeli kendaraan roda 4.
Namun menurutnya rata-rata petani sawit membeli kendaraan roda 4 untuk kebutuhan operasional perkebunan, mengingat transportasi sulit di sejumlah wilayah.
"Memang, termasuk saya juga beli pick up kemaren. ada yang truk. Rata-rata begitu teman-teman kelompok di sini. Karena kita susah mau keluarkan buah, kalau sewa itu juga mahal," ujarnya melalui telepon seluler, Senin (7/3/2022).
Menurut Abott, berbeda dengan jenis produk pertanian yang lain, saat ini perkebunan kelapa sawit jauh lebih menjanjikan.
Dua tahun sebelumnya, harga tandan buah segar sawit hanya dihargai Rp 900 ribu rupiah. Saat ini harga stabil di kisaran Rp 2,6 juta per ton.
"Bisa dibilang sekarang lebih lumayanlah. Sebelumnya itu harganya anjlok cuma Rp 900 ribu awal tahun lalu. Rp 1,6 kalau antar langsung ke kilang. sekarang jauh stabil Rp 2,5 juta per ton," ungkapnya.
Baca juga: Vaksinasi Dikebut Sebelum Kedaluwarsa, Cakupan Dosis 1 Capai 59.215 Penerima di Malinau
Di sisi lain, Anggota Kelompok tani di Malinau Barat, Daniel menyampaikan meskipun penghasilan petani sawit jauh lebih menjanjikan, namun biaya yang harus dikeluarkan juga tak sedikit.
Salah satu kendala menurutnya adalah sulitnya mendapatkan tenaga buruh terampil.
"Banyak hasilnya banyak juga pengeluarannya. Kalau di Malinau ini agak sulit di tenaga kerjanya. Ada tapi belum begitu pintar tombak buah. Kalau di Nunukan itu ramai karena pekerja rata-rata berpengalaman dari sebelah (Malaysia)," katanya.
(*)
Penulis : Mohammad Supri