Mutiara Ramadan

Etika dan Estetika Menyambut Ramadhan

Setiap memasuki bulan Ramadhan ada-ada saja yang menarik perhatian untuk disimak, dilakoni dan bisa dikritisi (diluruskan) oleh umat Islam.

Editor: Sumarsono
HO
Ustadz H. Salafa Hepa, Wakil Ketua MUI Provinsi Kaltara 

Oleh: Ustadz H. Salafa Hepa, Wakil Ketua MUI Provinsi Kaltara

TRIBUNKALTARA.COM – Setiap memasuki bulan Ramadhan ada-ada saja yang menarik perhatian untuk disimak, dilakoni dan bisa dikritisi (diluruskan) oleh umat Islam.

Baik itu yang berkaitan dengan etika(rasa kesopanan), maupun dalam hal Estetika (rasa keindahan) ketika menyambut dan menjalani ibadah puasa bulan Ramadhan.

Seringkali ada sebagian situasi dan lakon menjelang maupun sesudah memasuki bulan suci Ramadhan.

Pada pekan terakhir bulan Sya’ban misalnya, di kalangan umat Islam terasa sekali ada atmosfir “mistis religi”, seperti adanya pasar kembang, ziarah kubur, dan doa arwah tahunan.

Kemudian, ketika memasuki Ramadhan ada pemandangan khas lain lagi, seperti: pasar wadai (kue, red), masjid mendadak penuh jamaah shalat sunnat tarawih, tadarrusan Al qur’an, suara tarhim dan adzan antar masjid, bahkan suara imam yang menggunakan speaker luar (bagaikan perlombaan) yang “mohon maaf” tidak melahirkan Estetika/keindahan.

Baca juga: Pentingnya Istiqamah Beribadah di Bulan Ramadhan, Ceramah Kepala Kanwil Kemenag Kalimantan Utara

Juga dadakan ramai-ramai dari anak-anak, tua-muda semua pada berbusana muslim, seolah-olah menjadi ciri khas “busana Ramadhan”.

Tak ketinggalan suara musik kaleng atau panci bekas, leduman bambu dibunyikan khas membangunkan sahur dengan iringan lagu-lagu dangdutan.

Kita mafhum bahwa Etika itu ya menyangkut tata cara, tuntunan, dan adab kesopanan, yang jika dilakukan akan melahirkan Estetika, yaitu; rasa senang keindahan, kenyamanan, kedamaian dan kebahagiaan.

Tapi, kita tengoklah ba’ada shalat ashar, dua-tiga hari menjelang Ramadhan, ramai-ramai pada ziarah kubur.

Pemandangan tahunan semacam ini sudah mentradisi turun temurun sedemikian rupa. Karena saking terbiasanya, sehingga tidak memperhatikan lagi pentingnya etika berziarah.

Baca juga: Amalan Terbaik di Bulan Terbaik (Ramadhan)

Misalnya, tabur bunga pada kubur-kubur yang akan diziarahi tujuannya menyadarkan dan mengingatkan peziarah akan peristiwa kematian.

Ziarah kubur dianjurkan dengan maksud antara lain untuk mengingatkan penziarah, bahwa suatu saat nanti akan mati dan menjadi bagian dari penduduk kubur.

Karena itu, setiap berziarah ketika akan memasuki komplek pekuburan dianjurkan sekurang-kurangnya membaca;Assalamu’alaika yaa ahladdiar...,keselamatan bagi kalian wahai penduduk kubur.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved