Berita Nunukan Terkini

Soal Beberapa Bangunan Puluhan Miliar Belum Dioperasikan, Begini Klarifikasi Dirut RSUD Nunukan

Direktur Utama (Dirut) RSUD Nunukan, dr Dulman akhirnya mengklarifikasi sejumlah bangunan puluhan Milyar yang belum dioperasikan.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
Gedung Laboratorium PCR di RSUD Nunukan 

"Baju yang disetrika bagus-bagus, begitu keluar hangus. Sekarang sudah bagus. Pakaian bersih dan pakaian kotor beda tempatnya," beber dr Dulman.

Sementara itu, soal bangunan laboratorium PCR, kata dr Dulman RSUD memang harus memilikinya. Lantaran sejak awal pandemi, sampel PCR selalu dikirim ke luar Kaltara. Sehingga membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasilnya.

"Ruangan laboratorium PCR tidak boleh bergabung dengan laboratorium umum. Kita juga tidak tahu kapan Covid-19 berakhir. Apalagi sekarang Tawau sudah buka, syarat keberangkatan harus PCR," tuturnya.

Baca juga: Ruang Isolasi Covid-19 di RSUD Nunukan Tersisa 3 Pasien, Tak Ada Tambahan Pasien Positif & Sembuh

Ruang UGD di RSUD Nunukan sebelumnya juga terbilang sempit. Ditambah meja administrasi dan obat-obatan berada satu ruangan dengan pasien.

Lalu pembangunan ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit). dr Dulman menuturkan ruangan itu tidak kalah pentingnya. Sehingga anak usia 1 tahun ke atas ketika mengalami situasi darurat tidak perlu dimasukkan lagi ke ruangan ICU.

"Misalnya anak yang alami demam berdarah dimasukkan ke ICU, lalu bertemu pasien dewasa yang kena stroke. Kan kasian. Kemudian ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Kita punya bangunan NICU sudah over kapasitas. Sementara pasien bayi dari wilayah II dan III. Ditambah peralatan banyak di situ," ungkapnya.

Direktur Utama RSUD Nunukan, dr Dulman.
Direktur Utama RSUD Nunukan, dr Dulman. (TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS)

Impor MOT dari Jerman

Terakhir, dr Dulman menyinggung soal kamar operasi yang paling banyak menjadi sorotan anggota DPRD Nunukan, lantaran menghabiskan anggaran sebesar Rp20 Milyar.

Dia mengaku, banyaknya anggaran yang digunakan untuk kamar operasi itu, lantaran sejumlah peralatan MOT (Modular Operating Theatre) diimpor dari Jerman.

Baca juga: Ruang Isolasi Covid-19 di RSUD Nunukan Tersisa 3 Pasien, Tak Ada Tambahan Pasien Positif & Sembuh

MOT merupakan sistem yang sering digunakan pada ruangan operasi, karena bekerja secara terintegrasi dalam satu kontrol panel. Sehingga sistem ini dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien.

MOT di ruang operasi biasanya menggunakan komponen utama berupa pintu hermetic, sistem tata udara ruangan dan lampu ruangan yang bisa diatur dalam satu kontrol panel.

Tanpa adanya sistem ini, petugas di ruangan operasi akan memiliki tugas yang lebih banyak, karena harus melakukan hal-hal tersebut secara manual.

"Saya tegaskan sarana dan prasarana kesehatan sangat mahal. Apalagi yang sesuai standar. MOT itu satu sistem di kamar operasi yang saling berhubungan. Mulai lantai dan dindingnya anti bakteri. Pengaturan suhu, pencahayaan, tekanan negatif positif, dan lainnya itu harus sempurna. Hanya RSUD Nunukan yang punya MOT," imbuhnya.

Lebih lanjut dr Dulman sampaikan, kamar operasi sebelumnya mendapat sorotan dari surveyor KARS.

Baca juga: Pasien Covid-19 Meninggal di RSUD Nunukan, Keluarga Pilih Makamkan Sendiri, Jubir Satgas: Tak Boleh

"Surveyor masuk kamar operasi langsung lihat tempat cuci tangan kita. Dindingnya itu lembab. Dia buka dinding itu ada kecoa. Ini ruang operasi, luka pasien terbuka lama loh. Makanya kenapa angka infeksi luka pasca operasi jadi banyak," pungkasnya.

(*)

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved