Opini

Mitigasi Potensi Inflasi Kalimantan

Tidaklah heran jika nilai inflasi di Kalimantan adalah yang tertinggi jika dibanding Pulau-Pulau lain di Indonesia.

Editor: Sumarsono
HO
Dr. Margiono, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan. 

Kenaikan kredit pertanian hanya terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Lima tahun terakhir Kalbar naik 7 miliar rupiah sementara di Kaltara meningkat mencapai 90 miliar rupiah.

Tiga  Provinsi yang lain  yaitu; Kalteng, Kalsel dan Kaltim semuanya Mengalami penurunan.

Pertumbuhan negatif investasi pertanian di Kalimantan sungguh memprihatinkan. Artinya potensi sumber pertumbuhan baru belum mendapatkan perhatian. Baik itu dari aktor atau regulator.

Pilihan rasional para pemodal menggambarkan keputusan pasar. Karena itu, Persaingan bukan hanya antar orang, antar perusahaan.

Tetapi juga terjadi antar-sektor. Sektor yang dinilai tinggi biaya dan resiko bagi investor tak menarik. Investor selalu memilih investasi yang minim biaya dan minim resiko.

Pilihan yang rasional, karena lebih menjamin pengembalian investasinya (return on investment-nya).

Dampak dari pilihan itu adalah ada sektor yang sangat diminati dan kurang diminati. Investasi di tambang lebih pasti. 

Sementara pertanian ada kemungkinan gagal panen. Bisa karena hama atau kekurangan air. Alasan itulah, aktifitas tambang lebih dominan di banding pertanian.

Sebenarnya tidak masalah. Namun seringkali  kegiatan tambang tidak ramah lingkungan. Lebih tidak berkelanjutan (unsustainable). Sementara Pertanian cenderung pro terhadap lingkungan.

Lajunya aktifitas tambang dan melambatnya pertanian berarti ada potensi ketidakberlanjutan ekonomi.

Hal itu sesuai pernyataan Rosser (2004) bahwa, banyak daerah yang kaya sumberdaya cenderung mengalami; menurunnya sektor industri dan lainnya sepanjang waktu, resiko terhadap penerimaan pemerintah dan investasi swasta meninggi; lemahnya pengembangan kaitan industri hulu-hilir.

 Apabila realitas itu tidak ada upaya serius maka, produksi pangan akan menurun. Stok makin langka. Harganya terus merangkak naik.

Di sisi lain kerusakan lingkungan semakin tak terkendali. Ujungnya  bukan sekedar stagnasi namun ketidakberlanjutan (unsustainable).

Karena itu, merancang masa depan Kalimantan yang sejahtera dan berkelanjutan tidak bisa menyerahkan pada mekanisme pasar.

Baca juga: Kota Tarakan Peringkat 18 Terendah Inflasi Level Nasional, Kelompok Transportasi Sumbang 1,16 persen

Melukis masa depan Kalimantan dalam kondisi seperti ini seperti menggambar tanpa pola, tanpa sketsa. Jalan yang kita lalui penuh ketidakjelasan. Bak mengharapkan garis lurus tanpa penggaris.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

BERSAMA RAMADAN DI ERA DIGITAL

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved