Berita Bulungan Terkini
Kisah Arul Pemilik Manual Kopi, Tepat Setahun Merintis Bisnis dan Jualan Kopi untuk Kenyamanan Hidup
Kisah Arul sang pemilik Manual Kopi, tepat setahun merintis bisnis dan jualan kopi untuk kenyamanan hidup, sisihkan sedikit uang untuk beli mesin.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Gerobak kopi di tepian taman jalan Katamso, Tanjung Selor itu mulai ramai tiap sore datang.
Terletak persis di seberang Hotel Pangeran Khar, Tanjung Selor, kedai kopi di pinggir jalan dengan nama Manual Kopi itu menjadi magnet bagi penikmat kopi di Tanjung Selor.
Adalah Syahrul Zainal akrab disapa Arul pemilik dari Manual Kopi itu.
Kepada TribunKaltara.com ia menceritakan pengalamannya merintis dan mempertahankan Manual Kopi hingga tempat ngopi itu berulang tahun pertamanya tepat pada 1 September lalu.
Baca juga: Selama Julii Ini, 20 ASN Kedapatan Mangkir di Jam Kerja, Ada yang Ditemukanan di Warung Kopi

Menurut Arul, ide untuk merintis usaha kopi sendiri sudah ada sejak dirinya bekerja di salah satu kedai kopi di Tanjung Selor.
Tiap kali gajian, Arul mengaku selalu menyisihkan uang untuk membeli sejumlah alat-alat seperti mesin kopi.
"Dulu sempat kerja di Warkop Labolong, memang sudah rencana dari 2019 ingin buka, jadi sambil kerja, tiap kali gajian beli alat, tiap gajian beli alat satu, saya nabung juga alat vietnam drip, gelas dan sebagainya, pas semuanya sudah cukup akhirnya buka usaha sendiri," kata Arul.
"Awalnya nabung alat itu buat mesin espresso harganya Rp 2,5 juta, tapi sekarang sudah rusak, tapi sekarang saya sudah punya gantinya alat rok presso," ujarnya
Arul mengungkapkan, awalnya lokasi Manual Kopi bukanlah di lokasi saat ini di tepian sungai Kayan di Jalan Katamso, melainkan di Pelabuhan Speedboat Kayan II.
Ide awalnya, Arul mengincar pangsa pasar calon penumpang speedboat, ia beralasan, waktu menunggu keberangkatan speedboat dapat dilakukan sembari ngopi di tempatnya.
Namun, ide itu tak dapat terealisasi, ia mengaku hanya satu hari saja membuka lapak di Pelabuhan Speedboat Kayan II, sebab tidak ada satupun pembeli, bahkan para sopir angkot yang ada di sekitaran pelabuhan juga tak mampir membeli kopinya.
"Awalnya di Pelabuhan Speedboat, awalnya itu saya buka dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang, tapi engga ada sama sekali yang beli," ujar Arul mengenang hari pertamanya berjualan.
"Karena di sana engga ada, jadi akhirnya ke sini, jadi rezeki gerobaknyalah, dan di hari pertama di sini saya dapat Rp 300 ribu, itu buat saya semangat, jadi ya sudah besok-besok di sini aja," jelasnya.
Setahun lebih berjualan di pinggir jalan, Arul mengaku tak pernah diusir oleh petugas keamanan, menurutnya ia hanya diingatkan petugas untuk tidak merusak taman tepian sungai Kayan. "Sejauh ini tidak pernah diusir, paling dari pertamanan yang bilang tidak boleh rusak rumput," ungkapnya.
Arul mengaku bersyukur dengan jalan hidup yang ia pilih. Menurutnya berjualan kopi tidak hanya perkara mendapat uang atau keuntungan melainkan upaya untuk meraih ketenangan dalam hidup.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Kaltara Hari Ini, Jumat 2 September 2022, BMKG: Bulungan Siang Ini Berawan