Berita Nunukan Terkini

Demi Kebutuhan Bapokting, Warga Krayan Jalan Kaki 12 Jam untuk Barter Dengan Warga Serawak Malaysia

Untuk dapat barang pokok dan penting warga Krayan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara rela jalan kaki lakukan barter dengn Warga Serawak.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ HO-Camat Krayan Ronny
Warga di dataran tinggi Krayan berjalan kaki menyusuri hutan untuk melakukan barter Bapokting dengan warga Serawak, Malaysia, belum lama ini 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Sampai hari ini warga di dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) masih melakukan barter barang pokok dan penting (Bapokting) dengan warga Serawak, Malaysia.

Menurut Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli tradisi barter dengan masyarakat negeri jiran, Malaysia sudah dilakukan turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan Bapokting.

"Barter masih ada sampai sekarang. Apalagi sejak pandemi jalur lalu lintas perdagangan ditutup oleh Malaysia. Belum lagi kisruh perdagangan di Krayan baru-baru ini, distribusi Bapokting dari Serawak jadi terhenti," kata Oktavianus Ramli kepada TribunKaltara.com, Sabtu (03/09/2022), pukul 08.00 Wita.

Baca juga: Pengaruhi Stabilitas Bahan Pokok di Apau Kayan, Sejauh Mana Pengerjaan Jalan Perbatasan di Malinau?

Lebih lanjut dia sampaikan bahwa barter menjadi lebih mudah dilakukan lantaran Krayan berbatasan darat dengan Serawak, Malaysia.

Dibanding bila harus menunggu pasokan Bapokting dalam negeri yang datang dalam jumlah terbatas dengan harga yang terbilang mahal.

Mengingat juga satu-satunya transportasi dalam negeri untuk mengakses Krayan hanya dengan pesawat.

Baca juga: Pengaruhi Stabilitas Bahan Pokok di Apau Kayan, Sejauh Mana Pengerjaan Jalan Perbatasan di Malinau?

"Gula dari Malinau atau Tarakan kalau sudah sampai Krayan harganya Rp40.000-Rp50.000 per Kg. Kalau dari Serawak Rp25.000-30.000 per Kg. Sembako hanya sekali seminggu dari Malinau atau Tarakan," ujar Oktavianus.

Lanjut Oktavianus,"Sementara kapasitas angkut sembako dengan Pesawat Susi Air tidak sampai 1 ton. Begitu dibagi 3.000 masyarakat Krayan Selatan tidak cukup," tambahnya.

Sebagai daerah penghasil beras dan garam, masyarakat di Krayan biasa lakukan barter dengan kebutuhan Bapokting seperti bensin, gula, minyak goreng, yang diperoleh dari masyarakat Bario, Sarawak.

Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli.
Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli. (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Oktavianus menyebut untuk melakukan barter, warga di Krayan Selatan harus berjalan kaki menyusuri hutan dari Desa Long Layu ke Bario sekira 12 jam lama perjalanan.

"Kami punya beras dan garam khas Krayan. Itu dibarter dengan bensin, gula, minyak goreng, dan lainnya. Kalau dari Krayan induk barternya di Bakelelan. Kalau dari Krayan Selatan lewat Long Layu tembus ke Bario, nah barternya di situ," ucapnya.

Baca juga: BPJN Kaltara Beber Kendala Bangun Ruas Jalan di Perbatasan Kaltara, Singgung Ruas Malinau-Krayan

Sementara itu, Camat Krayan Selatan yang baru dilantik Jumat (02/09) kemarin menuturkan penjualan hasil bumi seperti beras dan kopi ke luar daerah masih terbatas karena terkendala transportasi pesawat.

"Banyak yang pesan beras Krayan dari Tarakan dan Malinau bahkan sampai 500 Kg. Tapi yang bisa dimuat oleh pesawat hanya 10-50 Kg, karena penumpangnya full," tuturnya.

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan gula di Krayan saat ini, Oktavianus menuturkan pemerintah kecamatan memberdayakan masyarakat untuk memproduksi gula dari tanaman tebu.

Baca juga: Suplai Bahan Pokok ke Nunukan Jelang Nataru Terbilang Lancar, Harga Telor Ayam Naik Karena Ini

"Per satu kali produksi gula bisa mencapai 10-20 Kg. Itu untuk dikonsumsi dan dijual lokal," ungkapnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(*)

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved