UMKM Kaltara

UMKM Kaltara, Bisnis Unik Mengolah Limbah Bekas, ABK Pelni jadi Perajin Miniatur Kapal

Salah satu UMKM Kaltara di Kabupaten Nunukan berinovasi dengan olahan bahan bekas menjadi bisnis kreatif melalui pembuatan miniatur kapal

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Hajrah
TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis
Eko Agus Raharjo berpose di samping miniatur kapal jenis KM Ganda Dewata yang merupakan hasil karyanya. Sebut hasil karyanya merupakan salah satu potensi UMKM Kaltara yang punya peluang Go Intenasional. (TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis) 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Simak berita UMKM Kaltara, kisah perajin miniatur kapal yang sukses mengembangkan bisnisnya melalui usaha kreatif membuat miniatur kapal.

Dengan brand Berjoko Nusantara, Eko Agus Raharjo bersama istrinya membuat aneka kerajinan memanfaatkan limbah bekas.

Di tangan Eko Agus Raharjo, seorang anak buah kapal (ABK) yang berdomisili di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Kaltara, limbah bekas diolah menjadi produk-produk bernilai jual tinggi.

Ide awal menggeluti bisnis membuat miniatur kapal lantaran profesinya sebagai seorang ABK.

Meski usaha yang digeluti Eko Agus Raharjo dilakukan secara otodidak, namun menurutnya tak sulit untuk berimajinasi tentang jenis-jenis kapal yang akan dibuatnya.

"Saya kagum Indonesia sebagai bangsa maritim. Saya belajar membuat miniatur kapal ini secara otodidak. Kalau sudah habis ide, saya coba cari di YouTube,"kata Eko Agus Raharjo.

Ia mengaku membuat miniatur kapal saat ada waktu senggang saja.

"Saya kerjakan ini di kapal kalau ada waktu senggang saja. Begitu cuti saya kerjakan di rumah,"ungkapnya.

Diungkap Eko Agus Raharjo beberapa olahan dari limbah bekas yag digunakan mulai kayu bekas, tutup botol, kardus, tusuk sate, sapu lidi, benang bekas, dan beberapa limbah bekas yang bisa didaur ulang.

"Kayu bekas sisa kuas itu bisa jadi tiang layar kapal," tutur Eko Agus Raharjo.

Miniatur Perahu Betane dan miniatur Kapal Layar Phinisi karya Eko Agus Raharjo. 
TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis.
Miniatur Perahu Betane dan miniatur Kapal Layar Phinisi karya Eko Agus Raharjo. TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis. (TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis)

Sementara itu, Eko Agus Raharjo menjelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu miniatur kapal berbeda-beda, tergantung tingkat kesulitan.

Setiap miniatur kapal yang ia buat punya nilai sejarah atau historynya masing-masing.

"Saya buat miniatur KM Ganda Dewata selama 1 minggu. Kalau digenjot sebenarnya kurang dari 1 minggu. Miniatur kapal, ukurannya disesuaikan dengan ukuran kapal yang asli. Misalnya KM Lambelu panjang 146 meter. Saya buat 146 centimeter. Lebar 23 meter jadi 23 centimeter," ujarnya.

Punya Keinginan Go Internasional

Eko menuturkan, meski sudah lama menjadi pengrajin miniatur kapal, namun sampai sekarang karyanya itu masih dilirik pasaran lokal.

Miniatur Perahu Betane dan miniatur Kapal Layar Phinisi karya Eko Agus Raharjo. 
TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis.
Miniatur Perahu Betane dan miniatur Kapal Layar Phinisi karya Eko Agus Raharjo. TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis. (TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus Felis)

"Kalau ada acara UMKM baru saya display. Yang beli sebagian besar masih internal Pelni atau kapal saja. Kapten saya juga sempat ambil. Baru-baru ini Kepala Cabang Pelni Nunukan beli miniatur KM Ganda Dewata Rp1.500.000," tuturnya.

Ia berharap hasil karyanya nanti bisa dilirik pasar Internasional.

"Sudah ada jaringan pasar di Malaysia, tinggal pemantapan model dan kualitas. Saya jual itu lengkap sama box kacanya dan lampu hiasnya," ungkapnya.

Berikut sejarah 3 jenis miniatur kapal yang didisplay Eko pada sebuah kegiatan UKM di Nunukan:

1. KM Ganda Dewata

Nama asli KM Ganda Dewata adalah Princess. Kapal tersebut buatan negara Jepang. Pembuatannya pada tahun 1978. Dari Jepang sempat dijual ke Korea Selatan. Kemudian dari Korea Selatan dijual ke Indonesia pada 2000 silam.

Kapasitas KM Ganda Dewata 470 penumpang, 20 truk trailer, dan 67 mobil.

Baca juga: UMKM Kaltara, Tampilan Menarik Stik Bawang Dayak Olahan Rimikas, Nur Miah: Bebas Pewarna Buatan

Pada Oktober 2013 dilelang. Kemudian pada 2016 KM Ganda Dewata dirombak (scraping) menjadi Kapal Bojo Negara Serang Banten.

2. Perahu Betane
Perahu Betane merupakan kapal khas Pulau Sebatik yang digunakan oleh nelayan rumput laut.

Baca juga: UMKM Kaltara, Pelopor Pempek Lenggang Panggang di Bulungan, jadi Rebutan Pelanggan Dapur Aughie

3. Kapal Layar Phinisi
Phinisi adalah kapal layar tradisional khas Indonesia yang berasal dari suku Bugis dan suku Makassar, Sulawesi Selatan.

Kapal tersebut lahir dari Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Sulu Kumba.

Kapal Phinisi berhasil tercatat dalam daftar nominasi warisan budaya dunia yang dinaungi oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

(*)

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved