Opini
Panic Baying yang Bikin Pusing
Akibat konflik perang Rusia dan Ukraina itu banyak negeri yang kehilangan mimpi. Pertumbuhan ekonominya kembali terkoreksi. Inflasi juga meninggi.
Sesuai data yang dirilis Bloomberg & IMF, bahwa pada Agustus 2022 inflasi (year on year), rata-rata negara berkembang adalah 10,43 persen.
Sementara negara maju 7,91 persen. Bahkan pola inflasi ini bukan hanya terjadi pada saat ini. Kenaikan telah terjadi sejak November 2020.
Perspektif Nasional
Inflasi setiap negara tentu bervariasi. Misalnya Indonesia Agustus 2022 hanya sebesar 4,69 persen (y.o.y).
Bahkan mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan Juli, yaitu 4,94 persen.
Trend inflasi Indonesia terjadi sejak Juni 2021 dan terus meningkat.
Baca juga: Keseimbangan Ekonomi Usai Kenaikan Harga BBM, Bupati Malinau Beber Strategi Daerah Tekan Inflasi
Jika dalam konteks global ada variasi, tentu demikian juga halnya dalam konteks regional.
BPS merilis bahwa, pada bulan Agustus , dari 90 kota yang disurvei, 79 mengalami deflasi. Namun 11 kota yang mengalami inflasi.
Meskipun mendekati inflasi moderat inflasi bulan Agustus 2022 lebih rendah dibandingkan inflasi bulan juli tahun yang sama.
Dalam konteks regional inflasi tertinggi terjadi di kota Ambon.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan. Variasi ini tentu diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda.
Memasuki bulan September 2022 kondisinya agak sedikit berbeda. Karena pada hari Sabtu tanggal 3 September Pemerintah menaikkan harga BBM.
Baik untuk solar, pertamax atau pertalite. Diantara jenis BBM yang laian persentase kenaikan tertinggi dialami oleh Pertalite.
Harga sebelumya Rp 7.650 meningkat menjadi 10.000 per liter. Sehingga terjadi kenaikan sebesar Rp 2.350. Secara persentase mengalami kenaikan lebih dari 30 persen.
Ditengah trend inflasi yang meninggi tentu menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/Pa-Margiyono.jpg)