Opini

Urgensi Kredit Hijau

Harus ada upaya serius dari pemerintah (Pusat dan Daerah) dan otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia, melakukan transformasi ekonomi.

Editor: Sumarsono
HO
DR Margiyono, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan 

TRIBUNKALTARA.COM - Bencana silih-berganti. Biaya ekonomi terus meningkat. Tetap saja tak bergeming.

Berbeda respon ketika gelombang panas meluluhlantahkan banyak negara. Kini Umat manusia dihantui kelangkaan pangan. Apa usaha kita?

Bencana Kian Meninggi

Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan bahwa, tahun 2019,  jumlah bencana 3.814.

Bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan adalah banjir dan tanah longsor.  Jumlah banjir tahun 2019 sebanyak 784 (21 persen) dan tanah longsor 719 (18,85 persen).

Kerusakan  yang  diakibatkan; rumah sebanyak 73.723, dan fasilitas umum 2.224 unit. Jumlah pengungsi sebanyak 6,1 juta.

Setahun berikutnya, bencana memang sedikit menurun. Jumlahnya 2.162 kejadian.

Namun jumlah bencana banjir  justru meningkat menjadi 799 (36,95 persen).

Tanah longsor sebanyak 389 (18 persen) kejadian.

Kemudian tahun 2021 bencana  meningkat drastis. Total bencana sebanyak 5.402 kejadian. Banjir sebanyak 1.794 (33,21 persen). Tanah longsor sebanyak 1.321(24,45 persen).

Baca juga: Ancaman Resesi, Ini Tips Kelola Keuangan Agar Bisa Bertahan di Tengah Kondisi Ekonomi Tak Menentu

Akibat dari itu, rumah yang rusak mencapai 158.658 unit. Terdapat kenaikan hingga 215,21 persen dibanding tahun 2019. 

Jumlah pengungsi juga naik menjadi 7.630.692 orang. Terjadi kenaikan sebesar 25,1 persen, dibanding tahun 2019. 

Kejadian demi kejadian itu, seakan dianggap sebagai angin lalu. Sambil menahan resah sambil berkata, ya namanya juga ”takdir”.

Padahal tidak seperti itu. Lebih banyak diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.

Halaman
1234
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved