Berita Ekonomi Terkini
Industri Sawit Sumbang Rp 500 Triliun Setahun, GAPKI: Media Berperan Jaga Keberlanjutan Bisnis Sawit
Industri sawit memiliki kemampuan untuk bertahan sekaligus menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah berbagai gempuran krisis
TRIBUNKALTARA.COM, NUSA DUA – Industri sawit memiliki kemampuan untuk bertahan sekaligus menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah berbagai gempuran krisis.
"Industri sawit telah berkontribusi Rp 500 triliun untuk pemasukan devisa ekspor negara setiap tahunnya.
Selain itu, komoditas ini memberikan lapangan kerja bagi 16 juta orang," ujar Bambang Aria Wisena, Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dalam temu media di salah satu restoran di Jimbaran, Nusa Dua, Bali, Rabu (2/11/2022) tadi malam.
Keberlangsungan industri sawit di Indonesia lanjut Bambang Aria Wisena, tidak lepas dari peranan media.
Dikemukakan, berbeda dengan sebelumnya, saat ini pemberitaan media mulai berimbang dalam menyajikan informasi terkait kelapa sawit.
Baca juga: Harga TBS Sawit Masih Rendah, Petani di Malinau Menjerit, Beber Harga Pupuk Terus Melambung
"Dua dekade lalu, pemberitaan media kerap kali menyajikan isu negatif berkaitan kelapa sawit.
Akibatnya, daya saing industri sawit ikut terganggu, " kata Bambang Aria Wisena.
Namun demikian, perlahan-lahan pemberitaan media mulai berubah lebih baik dan positif bagi perkembangan industri sawit.
Menurut Bambang Aria Wisena, dukungan media sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan industri sawit.
Terutama dalam memperluas pasar ekspor sawit Indonesia ke negara lain.
Baca juga: Program Peremajaan Sawit Rakyat Solusi Permasalahan Petani
“Pelaku industri sawit sangat mengapresiasi media yang menyajikan pemberitaan positif bagi kelapa sawit," ujar Bambang Aria Wisena yang didampingi Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI.
“Harapan kami, media dapat memiliki sudut pandang objektif. Serta dapat memahami kelapa sawit dari sisi positif,” jelas Bambang Aria Wisena.
Keunggulan kelapa sawit dari aspek produktivitas dan ekonomi, dikatakan Bambang Aria, yang mengakibatkan komoditas ini mendapatkan tekanan luar biasa dari para pesaingnya.
Sebagai contoh, kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II yang bersifat diskriminatif terhadap produk kelapa sawit khususnya biofuel yang berpotensi merugikan industri sawit Indonesia.
Baca juga: Astra Agro dan Pertamina MoU Kerja Sama Proyek Penurunan Emisi, Ubah Limbah Sawit Jadi Bioethanol
"Untuk meng-counter isu negatif dan kebijakan diskriminatif, asosiasi sawit seperti GAPKI, APROBI, dan DMSI perlu bersinergi dengan media.
Pandangan asosiasi dapat disuarakan oleh media sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memutuskan kebijakan," kata BAW sapaan akrab Bambang Aria Wisena. (*)
Produksi CPO Bersertifikat ISPO Capai 22 Juta Ton, Mentan: Naikkan Daya Tawar Sawit di Pasar Dunia |
![]() |
---|
Ekonom Singapura Khor Yu Leng Sebut Pasar Uni Eropa Bias dan Tidak Adil terhadap Sawit Indonesia |
![]() |
---|
Kepada Negara-negara Uni Eropa, Indonesia Terus Gaungkan Sawit sebagai Komoditas Ramah Lingkungan |
![]() |
---|
Kebijakan Stop Ekspor Sempat Ganggu Pasar Minyak Sawit, Apindo: Dukungan Negara Harus Konsisten |
![]() |
---|