Berita Tarakan Terkini
Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS, Kadinkes Tarakan: Tiada Stigma Negatif ke ODHA
Usung tema Satukan Langkah Cegah HIV, semua setara akhiri AIDS, Kadinkes Tarakan dr Devi Ika Indriarti harap tiada lagi stigma negatif bagi ODHA.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Mengusung tema “Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS”, peringatan Hari HIV dan AIDS Sedunia dilaksanakan Dinkes Tarakan dan secara simbolis membagikan pita dan brosur edukasi HIV dan AIDS di persimpangan lampu merah GTM, Kota Tarakan, Jalan Yos Sudarso, Kamis (1/12/2022) pagi tadi.
Di momen ini dikatakan Kepala Dinkes Tarakan, dr Devi Ika Indriarti, stigma negative bagi mereka ODHA atau Orang Dengan HIV dan AIDS masih sulit dihilangkan di kalangan masyarakat.
Stigam negatif yang kerap terjadi, bahwa ODHA kerap dianggap adalah orang dengan latar belakang memiliki masa lalu yang nakal atau buruk misalnya.
“Padahal belum tentu semua ODHA demikian, bisa saja dia tertular karena tidak tahu dari siapa, atau tertular dari keluarga dekatnya,” ungkap Kepala Dinkes Kota Tarakan, dr Devi Ika Indriarti.
Baca juga: 27 Pantun Memperingati Hari AIDS Sedunia Pada 1 Desember, Berisi Nasihat Cegah Penularan HIV

Ia melanjutkan, penyakit HIV AIDS yang terjadi belakangan ini bukan hanya dialami oleh sebagian "kelompok", melainkan juga menyerang masyarakat biasa dengan tidak disengaja.
Dan untuk mengetahui apakah tertular HIV atau AIDS hanya bisa dinyatakan melalui hasil pemeriksaan dan pasien harus melakukan konseling lebih dulu.
Pasca pemeriksaan, pasien akan menjalankan konseling untuk mengetahui hasil pemeriksaan.
"HIV AIDS ini penyakit mematikan yang menyerang daya tahan tubuh. Sehingga mental orang yang positif HIV AIDS harus siap. Jika dinyatakan positif, pasien akan ditanyakan persetujuan boleh atau tidak jika data pasien tersebut diungkap,” ujarnya.
Untuk itu lanjut Devi, saat ini yang perlu dibangun adalah stigma positif bahwa meski penderita HIV AIDS tidak bisa sembuh namun bisa memiliki umur yang panjang jika menjalani konseling di klinik VCT serta wajib meminum obat Anti-Retrovilal (ARV) seumur hidup.
"Stigma penyakit HIV AIDS dimasyarakat itu konotasinya orang nakal, pengguna narkoba jenis jarum suntik dan stigma-stigma yang nggak bagus. Padahal kalau kita lihat yang kena HIV AIDS ini adalah korban karena ketidaktahuan dan ketidaksengajaan, misalnya kena pisau cukur dan sebagainya yang tidak disengaja," beber Devi menegaskan ulang.
Penyebaran HIV AIDS yang terjadi belakangan ini bahkan menyerang ibu rumah tangga yang disebabkan oleh berbagai hal.
Dalam hal ini pihaknya mengharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan HIV AIDS sejak dini dapat memperpanjang hidup pasien yakni dengan penggunaan obat anti virus secara rutin.
Untuk mengantisipasi penyebaran meluaas, pihaknya melakukan screening HIV AIDS terhadap pasangan yang akan menikah untuk mencegah penularan HIV AIDS dengan harapan agar virus HIV AIDS dapat hilang dari kehidupan masyarakat luas. Selain itu penggunaan jarum suntik juga harus dilakukan dengan hati-hati.
"Pengelolaan limbah medis juga InsyaAllah sudah dilakukan dengan baik. Hanya saja kita tetap harus waspada," jelasnya.
Terpisah, SSub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Tarakan, Bahriyahtul Ulum menambahkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan jejaring HIV Tarakan yakni Dinkes, Puskesmas, Faskes layanan HIV, KDS, KSR PMI dan Mahasiswa. Sehingga pihaknya terfokus pada eliminasi stigma terhadap pasien HIV dan AIDS.
"Tema tahun ini adalah satukan langkah cegah HIV AIDS. Dalam upaya kami menuju eliminasi HIV AIDS ada beberapa kegiatan yakni deteksi dini, ini berhak diketahui semua orang lewat pemeriksaan sampai hasil keluar, jika hasil positif ini akan didampingi oleh KDS di rumah sakit dan puskesmas," tuturnya.
Ia mengungkapkan, tujuannya agar diharapkan stigma masyarakat tidak lagi ada muncul diskriminasi terhadap pasien, dengan komitmen agar seluruh pihak berperan seperti pemerintah dan masyarakat.
"Ini tidak bisa dilakukan secara sepihak. Jadi lintas sektor bergerak bersama dalam upaya penuntasan HIV AIDS di Tarakan," katanya.
Lebih lanjut dikatakan Bahriyatul Ulum, pemeriksaan HIV AIDS masih berjalan normal hingga kini meski dengan adanya pembatasan. HIV AIDS lanjut Uul menjadi sasaran standar pelayanan minimal (SPM) Tarakan.
Baca juga: Kepala Dinas Kesehatan Bulungan Imam Sujono Imbau Masyarakat tidak Kucilkan Pengidap HIV/AIDS
"Jadi seharusnya kita sudah 100 persen, kita sudah mau 80 persen lebih capaian Oktober,” sebutnya.
Ia optimis semua bisa tercapai. Adapun pasien yang harus mendapat layanan obat, dikatakan Uul pihaknya tengah berupaya semaksimal mungkin. Sebab pasien HIV AIDS ialah pasien seumur hidup yang membutuhkan dukungan sehingga tidak boleh mendapatkan stigma negatif di masyarakat.
"HIV AIDS tidak menular kalau dalam pergaulan biasa di masyarakat. HIV AIDS ini disebabkan virus yang menular melalui cairan kelamin. Menularnya melalui beberapa cara, yakni gonta ganti pasangan, penularan ibu ke anak, menggunakan jarum suntik secara bergantian. Yang kita fokuskan adalah jauhi penyakitnya bukan orangnya," tukasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah