Berita Bulungan Terkini

Lumpur dari Kolam Limbah Batu Bara di Pulau Bunyu Masih Meluap, Perusahaan Sudah Tak di Tempat

Warga di sekitar tanggul kolam limbah tambang batubara di Pulau Bunyu, Bulungan, Kaltara yang jebol akhir Januari 2023 lalu, kini merasakan dampak.

|
HO
Diduga gegara limpahan limbah tambang batu bara yang jebol tanggulnya beberapa waktu lalu, air sekitar Pantai Bunyu berubah warna, Minggu (2/4/2024). 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Warga di sekitar tanggul kolam limbah tambang batu bara di Pulau Bunyu, Bulungan, Kalimantan Utara yang jebol akhir Januari 2023 lalu, hingga kini masih merasakan dampaknya.

Sampai sekarang belum ada penanganan terhadap tanggul yang jebol dan luapan lumpurnya menggenangi lahan masyarakat itu.

"Kalau hujan turun, air bercampur lumpur pasti meluap. Selain mengalir ke laut seperti yang terjadi sekarang, yang menyebabkan air laut menjadi dua warna, masyarakat juga tidak lagi bisa berkebun," kata Darwin, warga Bunyu kepada tribunkaltara.com, Minggu (02/04/2023).

Dikatakan, sampai sekarang tanggul limbah tambang yang jebol ditinggal begitu saja oleh pihak perusahaan, tanpa ada penanganan apa-apa.

Baca juga: BREAKING NEWS - Air Pantai Bunyu Berubah Warna, Benarkah Tumpahan Limbah Tambang Batu Bara?

Material lumpur merendam rumah dan kebun warga di Pulau Bunyu, diduga hal itu terjadi karena jebolnya tanggul kolam penampungan limbah batubara di Desa Bunyu Barat, Pulau Bunyu, Bulungan, Kaltara (ISTIMEWA).
Material lumpur merendam rumah dan kebun warga di Pulau Bunyu, diduga hal itu terjadi karena jebolnya tanggul kolam penampungan limbah batubara di Desa Bunyu Barat, Pulau Bunyu, Bulungan, Kaltara (ISTIMEWA). (ISTIMEWA)

"Masyarakat yang biasa berkebun di sekitar wilayah tersebut tidak bisa lagi berkebun. Karena lahannya sudah tertimbun pasir bercampur lumpur yang begitu tinggi. Ada 50 centimeter, bahkan sekarang ada yang tertimbun sampai 1 meter. Karena lumpur terus mengalir," ungkapnya.

Warga sangat berharap kepada pemerintah untuk segera mengambil tindakan.

"Perusahannya sekarang sudah tidak ada lagi di Bunyu. Kepada siapa lagi, masyarakat menuntut? Pemerintah harus turun tangan, apalagi dampaknya sudah mencemari laut," lanjut dia.

Seperti diketahui, tanggul limbah tambang batu bara milik PT SPP di Bunyu, jebol pada akhir Januari 2023 lalu.

Pemerintah daerah telah turun ke lapangan, dan menyatakan kerusakan yang diakibatkan memang harus diganti rugi.

Dan menyebut, pihak perusahaan yang harus bertanggung jawab.

Baca juga: Serikat Buruh Keluhkan Dampak Tambang di Sebakis Nunukan, Hirup Debu Hingga Minum Air Cemaran Limbah

Diketahui juga perusahaan tambang yang dimaksud, dalam hal ini PT SPP sendiri sudah tidak aktif beroperasi dan sudah meninggalkan Pulau Bunyu sejak 2022 lalu.

Meski izin operasi pertambangan masih aktif hingga 2026 nanti.

(*)

Penulis: Edy Nugroho

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved