Berita Tarakan Terkini

Target Turunkan Stunting 14 Persen, BKKBN Canangkan Gerakan 1000 Protein di Kodim Tarakan

Gerakan 1000 Protein Bulan Bakti Pancasila, Semesta Mencegah Stunting dilaksanakan di Kodim 0907 Kota Tarakan, Jumat (23/6/2023).

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Gerakan 1000 Protein Bulan Bakti Pancasila, Semesta Mencegah Stunting dilaksanakan di Kodim 0907 Kota Tarakan, Jumat (23/6/2023) sekaligus simbolis pemberian bantuan telur kepada KK risiko stunting. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Gerakan 1000 Protein Bulan Bakti Pancasila, Semesta Mencegah Stunting dilaksanakan di Kodim 0907 Tarakan, Jumat (23/6/2023).

Kegiatan dihadiri Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Tavip Agus Rayanto, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim-Kaltara, Sunarto, Wakil Gubernur Kaltara, Yansen TP, Wali Kota Tarakan, dr.Khairul, M.Kes, Wakil Wali Kota Tarakan, Effendhi Djuprianto, Kapolres Tarakan dan Dandim 0907 Tarakan bersama Pertamina.

Dalam penyampaiannya, Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) RI, Tavip Agus Rayanto membeberkan hari ini sekaligus membawa rombongan termasuk Pembina Wilayah Kaltara dan NTT.

Hari ini sebanyak 30 KK diwakili ibu-ibu menerima bantuan Program Stunting berupa telur dan susu disalurkan secara simbolis.

Baca juga: Cerita Pelajar Tarakan Berhasil Juara I MTQ ke-VIII Kaltara, Lomba Syahril Qur’an Putra dan Putri

"Saya sampaikan kenapa gerakan BAS ini penting, karena pertama bicara dari sisi teknografis anggaran. Pemerintah sudah alokasikan pemberian makanan tambahan (PMT) melalui Kementerian Kesehatan.

Melalui DAK non Fisik. Tapi baru bulan kemarin kami mewakili, secara teknis itu PMT belum seluruhnya bisa cair sampai hari ini," terang Tavip.

Padahal lanjutnya, saat ini ada sekirar 1,5 tahun sisa waktu jika melihat masa kepemimpinan Presiden RI jika ingin mensukseskan program penurunan satunting dengan target 14 persen di tahun 2024.

"Ini pekerjaan tidak mudah. Kalau kampanye perubahan perilaku saja dan tidak ada asupan ke mulut maka tidak akan membawa perubahan.

Kepala BKKBN pun mencari jalur pintas di tengah sistem administrasi lingkungan yang menjadi penghambat di level lapangan.

Kita cari potensi lain dari sumber keuangan negara dari swasta, msyarakar dan strategis dari pemerintah," terang Tavip.

"Sehingga itulah dikenalkan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Dan secara sederhana, bagaimana orangtua asuh bisa mendampingi anak-anak yang kurang beruntung agar kemudian mereka bisa terentaskan dari situasinya," jelasnya.

Ia melanjutkan, untuk menyembuhkan lebih sulit dari mencegah.

Maka dibutuhkan setidaknya intervensi berkelanjutan enam bulan.

"Itulah kita harus memikirkan skema bagaimana bisa terus memberikan asuapn, kepada baduta atau bayi dua tahun karena kalau sudah balita itu kita koreksi agak sulit.

Khususnya juga pada ibu yang hamil sehingga bisa melahirkan anak sehat," jelasnya.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved