Berita Daerah Terkini

Nasib Guru Honorer, Gaji Jauh di Bawah UMK, Memenuhi Kebutuhan Sambil Jualan Jilbab dan Buka Les

Nasib guru honorer di Kutai Kartanegara ternyata masih jauh dari harapan, meski dikenal sebagai daerah yang kaya sumber daya alamnya.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
ILUSTRASI- Pengangkatan guru honorer menjadi PPPK di Kukar. Para guru honorer menuntut agar mendapat prioritas untuk diangkat menjadi guru PPPK. 

TRIBUNKALTARA.COM, TENGGARONG – Nasib guru honorer di Kutai Kartanegara ternyata masih jauh dari harapan, meski dikenal sebagai daerah yang kaya sumber daya alamnya.

Hingga saat ini masih ada guru honorer yang menerima gaji jauh di bawah Upah Minimum Kabupaten ( UMK ), sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terpaksa harus nyambi pekerjaan lain.

Kepada TribunKaltim.co, seorang guru honorer di Anggana, Kutai Kartanegara yang enggan disebutkan namanya mengaku mendapat gaji Rp250 ribu per bulan selama dua tahun pertama dia mengajar.

Pada 2018, gaji sebagai guru honorer naik menjadi Rp500 ribu per bulan. 

Dirinya baru menerima gaji di atas Rp1 juta setelah mengajar selama empat tahun.

Pada 2020, ia mendapat gaji pokok Rp1,5 juta plus insentif mengajar dari Pemprov Kaltim Rp1 juta per bulan.

Itu pun di bawah UMK Kukar 2023 yakni Rp3.394.513,77.

“Gaji Rp2,5 juta itu tak pernah cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.

Baca juga: Derita Guru Honorer di Kaltim, Dibayar Rp2 Juta dari Dana BOS per 6 Bulan: Saya Sempat Depresi

Ia juga mengaku, menjadi guru honorer cukup berat karena harus menanggung banyak beban kerja.

Dia menyebut, hampir semua mata pelajaran ditanggungnya, kecuali agama dan olahraga. 

“Dalam satu hari, saya bisa mengajar 25 murid selama tiga jam,” sambungnya.

Di tengah semarak Hari Guru Nasional, 25 November 2023 kemarin masih ada sebagian tenaga pendidik terutama berstatus honorer yang berjuang demi kesejahteraan. 

Ketua PGRI Kabupaten Nunukan, Abdul Wahid saat membagikan tali asih kepada seorang guru honorer di Sebatik Barat, Rabu (25/11/2020), pagi. (HO/ Ketua PGRI Kabupaten Nunukan).
Ketua PGRI Kabupaten Nunukan, Abdul Wahid saat membagikan tali asih kepada seorang guru honorer di Sebatik Barat, Rabu (25/11/2020), pagi. (HO/ Ketua PGRI Kabupaten Nunukan). (HO/ Ketua PGRI Kabupaten Nunukan)

Meski digaji di bawah UMK, guru perempuan tersebut masih semangat mengajar di SD yang berada tak jauh dari rumahnya di Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara.

 “Pertama kali saya mengajar pada Januari 2016. Motivasi saya mencari pemasukan,” kata perempuan yang enggan disebut namanya itu, Sabtu (25/11/2023).

Kecilnya gaji sebagai guru honorer membuat dia harus memutar otak.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved