Berita Kaltara Terkini

Long Sule, Desa di Pedalaman Kalimantan Utara yang Terisolir, tapi Kaya akan Emas

Long Sule, desa di pedalaman Kalimantan Utara yang terisolir, tapi kaya akan emas, tak ada akses jalan darat, harga BBM capai Rp 50.000 per liter.

Penulis: Edy Nugroho | Editor: Cornel Dimas Satrio
TribunKaltara.com/Edy Nugroho
Desa Long Sule dan Long Pipa di Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. (TribunKaltara.com/Edy Nugroho) 

Mendulang emas. Meski bukan pekerjaan tetap, sebagian besar masyarakat di dua desa ini, menggantungkan hidup untuk memperoleh pendapatan dari situ.

Kandungan emas di daerah ini sangat luar biasa. Namun masyarakat tidak mencari emas dengan hawa nafsu. Mereka mencari secukupnya, dengan cara yang sangat tradisional.

Meski daerahnya kaya akan kandungan emas, masyarakat tidak lantas mengesploitasi dengan besar-besaran.

Berbekal alat dulang, dan kaca mata selam. Itu saja yang mereka gunakan.

Baca juga: Cerita Perjuangan Operator Alat Berat Dua Bulan Tidur di Hutan, Demi Buka Jalan di Desa Long Sule

"Kami kadang mendulang. Tapi lebih banyak mencari sambil menyelam. Kadang dapat, ladang juga tidak. Tergantung nasib saja," kata Herman, salah satu warga Desa Long Sule.

Ke lokasi tempat mencari emas juga tidak mudah. Sayang penulis belum berkesempatan dapat langsung ke lokasi pencarian emas.

"Ke sana (lokasi mencari emas) naik perahu. Sekitar 3 jam. Di sana kadang seminggu, kadang bisa lebih. Tergantung bekal kita saja," ungkapnya.

Jika beruntung, dalam satu minggu, dalam satu kelompok pendulang atau penyelam, bisa mendapatkan satu ons atau 100 gram emas.

Harga jual saat ini, kata Herman, sekira Rp 700.000 per gram. Sehingga jika dikalkulasikan 100 gram emas, pendapatan yang diperoleh Rp 70.000 000 dalam satu kelompok. Belum dipotong biaya BBM (bahan bakar minyak) dan lainnya.

Selain mencari emas, pekerjaan warga lain adalah mencari kayu gaharu, yang juga memiliki nilai ekonomis tinggi.

Ada sebagian berladang menanam padi. Dan berbagai buah-buahan. Juga ada yang mencari rotan, dan menekuni kerajinan pembuatan anyaman rotan.

Pendapatan masyarakat memang cukup lumayan. Namun biaya pengeluaran masyarakat pun sangat besar.

Harga barang sangat mahal. Disparitas atau kesenjangan harga dengan wilayah perkotaan sangat tinggi.

Karena kondisi sebagai wilayah terisolir, itu lah yang menyebabkan harga barang sangat tinggi.

Harga BBM misalnya. Minyak jenis Pertalite di dua desa ini mencapai Rp 50.000 per liter! 5 kali lipat dengan harga pertalite di SPBU yang hanya Rp 10.000 per liter.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved