Berita Tarakan Terkini

Butuh 15 Tahun Wujudkan TPAS Juata Kerikil Tarakan, Mesin Pirolisis Solusi Atasi Sampah Plastik

Wali Kota Tarakan resmikan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Juata Kerikil, ternyata butuh waktu 15 tahun baru bisa terwujud.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Amiruddin
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Hariyanto, Kepala DLH Tarakan beber takap pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Juata Kerikil yang butuh waktu 15 tahun. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH 

TRIBUNKALTARA.COM,TARAKAN - Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Juata Kerikil membutuhkan waktu sampai 15 tahun akhirnya bisa terwujud.

Tahap pertama, kedua dan ketiga kurang lebih 13 tahun, lahan dibebaskan seluas 21,5 hektare.

"Ini kita selesaikan dalam masa kepemimpinan Pak Khairul dan tahap keempat dua tahun di tahun 2022-2023 seluas 27,7 hektare.

Sehingga luasan lahannya 50 hektare," papar Kepala DLH Kota Tarakan, Hariyanto.

Ia menambahkan, tahap pembangunan satu shelter seluas 6 hektare dan dibangun PUPR di tahap pertama.

Sampah yang belum terkelola di pesisir dan tersebar di permukiman, karena belum dijangkau armada pengangkutan DLH kurang lebih ada 7,47 persen.

Dengan alasan tidak memiliki akses jalan dan kurangnya kesadaran masyarakat.

"Sarana truk sampah juga.

Sehingga semua pelaku usaha, BI bisa bantu program CSR.

Termasuk PRI diharapkan CSR-nya," harapnya.

Tampak lokasi TPAS Juata Kerikil
Tampak lokasi TPAS Juata Kerikil usai diresmikan dan dilakukan perdana pembuangan sampah dari TPS3R di masing-masing kecamatan Kota Tarakan, Selasa (27/3/2024) sore kemarin.

Baca juga: Wali Kota Tarakan Resmikan TPAS Juata Kerikil, Bisa Bertahan Tampung Sampah hingga 10 Tahun ke Depan

Hariyanto, Kepala DLH Kota Tarakan juga menyampaikan secara teknis penanganan sampah di TPAS Juata Kerikil, pertama dimulai dari 20 kelurahan yang membuang sampah.

Dari 20 kelurahan, ada jadwal yang disiapkan untuk setiap armada truk.

Nanti akan dikoneksikan karena saat ini masih ada kerjasama MoU dengan Pertamina dan Medco.

Sehingga secara teknis masih akan diatur termasuk jam-jam operasional pengangkutan.

"Pengangkutan sendiri dari rumah tangga ke TPS3R, ataupun ke transfer depo pagi.

Nah pukul 11.00 WITA dimulai pengambilan oleh petugas DLH di kontainer sampah maupun di TPS dan barulah nanti diangkut ke TPS3R dan di sana paling lama pukul 17.00 WITA sudah tidak ada pengangkutan," terang pria yang per hari ini, siang nanti akan menjalankan upacara pelepasan purna tugas.

Ia melanjutkan lagi, medan menuju TPAS berat apalagi musim penghujan.

Ada titik yang terdapat genangan air.

Namun ia berharap akses lainnya melalui jembatan kuning.

Dan itu aksesnya lancar sehingga tidak harus melalui akses jalan Pertamina dan Medco.

Adapun untuk TPAS, armadanya sama dengan kemarin meski sudah mendapat bantuan hibah amrol kontainer sampah satu dari provinsi.

Jumlah armada keseluruhan 30 unit namun beroperasi 24 unit.

Sisanya kata Hariyanto sudah ada yang tidak bisa digunakan karena kondisi tua.

Wali Kota Tarakan bersama rombongan saat meresmikan TPAS Juata Kerikil, Selasa (27/2/2024) sore kemarin. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Wali Kota Tarakan bersama rombongan saat meresmikan TPAS Juata Kerikil, Selasa (27/2/2024) sore kemarin. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH (TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH)

"Butuh peremajaan paling tidak setiap tahun ada pengadaan satu atau dua unit," harapnya.

Sesuai instruksi Wali Kota Tarakan, akan diadakan mesin pengolahan pirolisis di masing-masing kecamatan termasuk satu unit ditempatkan juga di TPAS Juata Kerikil Kota Tarakan.

Harapannya, mesin tersebut bisa menyulap sampah plastik menjadi bahan bernilai seperti paving dan batu bata ringan.

Ini juga nanti bertujuan mengurangi volume sampah masuk ke TPAS Juata Kerikil sehingga usia bertahan lebih dari 10 tahun

Ia melanjutkan, mekanismenya nanti sampah yang diolah di TPS3R di empat kecamatan dan akan ditempatkan mesin pirolisis.

Mesin ini yang mengolah sampah dan wujud akhirnya bisa jadi paving blok, bisa menjadi batu bata ringan.

"Kita komitmen adakan pirolisis karena tidak menggunakan bahan bakar lain.

Bahan bakarnya sampah plastik, biaya operasionalnya, kalau di kompor itu ada bahan pemantik.

Pemantik ya menggunakan bensin atau solar sedikit.

Sisanya pakai plastik, semuanya ramah lingkungan," terangnya.

Sehingga yang terlihat di Banyumas, sampah yang ada di TPA Hake Babu bisa diolah.

Saat ini kapasitas TPAS Juata Kerikil yang baru, bisa bertahan sampai 10 tahun.

"Kalau normal. Dengan catatan, TPA itu bukan tempat pembuangan akhir tetapi tempat pemrosesan akhir," tegasnya.

Ia berharap dengan mesin pirolisis paling tidak yang terbuang di TPAS Juata Kerikil tidak bisa diolah lagi.

Besi, kaca. Mesin pirolisis itu berfungsi mengolah.

Bukan mesin pencacah lanjutnya.

"Pirolisis itu berbeda di TPA Hake Babu, karena dia ada pencacah, pemilah dan sortir.

Mengolah bahan plastik jadi bubur plastik.

Itu nanti dicetak manual bisa jadi paving blok, bisa jadi batu bata ringan secara massal," ujarnya.

Wali Kota Tarakan bersama rombongan saat meresmikan TPAS Juata Kerikil, Selasa (27/2/2024) sore kemarin. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Wali Kota Tarakan bersama rombongan saat meresmikan TPAS Juata Kerikil, Selasa (27/2/2024) sore kemarin. TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH (TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH)

Berbicara pengembangan tahap selanjutanya setelah tahap satu pembangunan TPAS Juata Kerikil lanjutnya, tahun ini dilanjutkan kembali pembangunannya khusus fasilitas perkantoran, tempat pekerja, dan listrik. "Ini dibutuhkan untuk pengolahan IPAL dan timbangan digital. Sesuai kemampuan bertahap, anggarannya tahu persis ada di PU. Kalau bangunannya, di kami proses pengolahan. Kalau sekarang masih 6 hektare yang digunakan. Tapi luas keseluruhan 50 hektare. Masih luas," ujarnya.

Ia menambahkan di TPA Hake Babu belum ditutup karena menunggu jalan selesai dibangun.

"Karena kalau lewat jalan yang masuk Medco Pertamina tidak bisa maksimal, mungkin hanya beberapa kali," ujarnya.

Tahun ini, PUPR lanjutnya akan membuat akses jalan melalui Jembatan Kuning.

Berkaitan persoalan lahan sudah clear terkait surat akses jalan dan surat pernyataan ada 100 orang yang terkumpul di atas materai.

Lebih jauh ia memaparkan bahwa data Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia menghasilkan sampah kurang lebih 67,8 ton per tahun.

Penyumbang sampah terbesar dari rumah tangga sekitar 37,3 persen.

Proses daur ulang melibatkan pengumpul, pemulung, TPS3R, Bank Sampah, Bank Induk sampai akhirnya ke TPAS.

Oleh karena itu penting menciptakan ekosistem pengumpulan sampah lewat masyarakat dengan bank sampah yang terintegrasi dengan pendaur ulang.

"Dalam hal ini, Pemkot Tarakan komitmen tangani sampah dengan cara membangun TPAS baru karena di TPAS berlokasi di Hake Babu seluas 4 hektare sangat overload," pungkasnya.


(*)


Penulis: Andi Pausiah

 

 

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter Tribun Kaltara Redaksi

Follow Instagram tribun_kaltara

TikTok tribunkaltara.com

YouTube Shorts TribunKaltara.com

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved