Cerita Satria Malik, Guru Boarding School Budi Utomo di Tarakan Raih Penghargaan Pemuda Pelopor

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN- Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini menjadi momen bersejarah dan membanggakan bagi 21 pemuda pemudi pelopor, anak muda  berbakat dan berprestasi asal Tarakan, Kalimantan Utara, pagi tadi usai menerima penghargaan dari Wali Kota Tarakan, Selasa (28/10/2025).

21 pemuda ini berasal dari berbagai bidang ada yang berprestasi di bidang pendidikan, kesenian, olahraga, bahasa, dan berbagai prestasi lainnya diakui tidak hanya di level kota, provinsi dan nasional bahkan sampai level internasional.

Kepada TribunKaltara.com, salah satunya yang diwawancarai ada Satria Malik, guru asal SMP dan SMA Boarding School Budi Utomo Tarakan.

Satria Malik mengungkapkan bahwa hari ini ia mendapat penghargaan atas dedikasi sebagai pemuda pelopor di bidang pendidikan.

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, Wali Kota Tarakan Khairul Serahkan Penghargaan Bagi Generasi Muda Berprestasi

Satria Malik mengucapkan terima kasih atas penghargaan dan apresiasi yang telah diberikan kepada ia dan rekan-rekannya sebagai pemuda-pemuda pelopor khususnya ia sendiri dari backgrond pendidikan.

"Kalau saya, sebagai pemuda pelopor di bidang pendidikan, di tahun 2025, ini menjadi tahun kedua saya mendapatkan penghargaan sebagai pemuda berprestasi di bidang pendidikan," beber pria yang lahir di Tarakan, 1 November 1995.

Ia melanjutkan, perjalanannya dimulai dari persiapan diri. Karena lanjutnya, untuk bidang pendidikan telah ia geluti sejak tahun 2021. Kemudian dua tahun terakhir ia mendaftarkan diri, dan berhasil masuk level kota dan provinsi.

 "Tahun lalu belum rezeki di level nasional. Tahun ini coba daftar lagi, dan tahun ini provinsi belum buka, kami masih menunggu," bebernya.

Ia  sendiri membawa inovasi dimana menyusun sistem dan program pendidikan. Ia sendiri memiliki backround sebagai guru di sekolah dan memiliki juga latar belakang pernah belajar di pondok pesantren.

"Jadi saya coba bangun inovasi, khususnya pendidikan karakter antara di sekolah dan di pondok pesantren. Sehingga program tersebut bisa berdampak pada murid kami," tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah