Pesawat Hilang Kontak Ditemukan

Berkejaran dengan Cuaca, Tim Rescuer Hanya Tiga Jam Lakukan Penyelamatan Dua Kru Pesawat Smart Air

Danlanud ungkap fakta kondisi di Binuang, hanya tiga jam golden time lakukan penyelamatan, koneksi handphone satelit terhubung di hari ketiga.

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Sebagian tim rescuer atau tim penyelamat di lokasi titik jatuh kembali ke Tarakan dengan selamat. Sisanya yang bertahan di Malinau hari ini, Selasa (12/3/2024) ikut diterbangkan ke Tarakan. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Empat hari bertugas melakukan penyelamatan dua korban kru pesawat perintis PK SNE Smart Air yang jatuh di Binuang, Nunukan, Kalimantan Utara, tim rescuer atau tim penolong akhirnya tiba dengan selamat di Tarakan, Senin (11/3/2024) sore.

Danlanud Anang Busra Tarakan, Kolonel Pnb Bambang Sudewo, mengungkapkan, lokasi titik jatuhnya pesawat perintis PK SNE Smart Air berada di hutan belantara. Kondisinya berbukit dan pohon yang cukup rimbun.

Dalam melakukan penyelamatan kru pesawat perintis Smart Air, tim rescuer harus kejar-kejaran dengan cuaca di Binuang.

"Khususnya cuaca rata-rata ketika pukul 15.00 WITA, baru terbuka. Atau pukul 15.00 WITA ke atas. Dan itu menjadi masukan, pengetahuan buat kami bahwa memang di wilayah tersebut kondisinya demikian. Posko sudah dibuka sejak pagi tapi baru bisa terbuka di pukul itu," ungkap Bambang Sudewo.

Baca juga: 10 Orang Tim SAR Gabungan di Lokasi Pesawat Jatuh Dievakuasi, Dibantu Heli Bell dari Malinau 

Artinya ada limit waktu yang dikejar sebelum menuju gelap di sore hari. Waktu gelap muncul di perkiraan pukul 18.00 WITA. Hanya ada tiga jam tempo waktu yang dimiliki tim penolong.

"Hanya tiga jam golden time. Alhamdulillah dengan strategi dan taktik yang diatur di sana, dalam tempo tiga jam, secara profesional rekan-rekan tim penolong bisa melakukan evakuasi ditambah ketabahan, kesabaran tim," ujarnya.

Tentunya itu juga yang menjadi penyebab mengapa Heli Caracal baru tiba di apron Lanud Anang Busra di pukul 18.30 WITA. Padahal posko sedari pagi telah dibuka.

Lalu kendala atau kesulitan lain melainkan kondisi cuaca, masa buka di pukul 15.00 WITA dan berakhir pukul 18.00 WITA. Sementara itu, heli Carcal harus selalu terhubung. Dan lewat dari pukul 18.00 WITA, di wilayah tersebut tidak lagi bisa melihat pucuk dan ketinggian bukit di sana

"Sehingga tiga jam golden time ini betul-betul dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan. Alhamdulillah bisa lancar memaksimalkan tiga jam golden time itu," paparnya.

Baca juga: Evakuasi Dua Korban Pesawat Jatuh di Binuang, Pilot Dinyatakan Selamat, Teknisi Meninggal Dunia

Dikatakan Bambang Sudewo, tim rescuer yang tiba di Tarakan dilakukan secara bertahap. Hari ini, Selasa (12/3/2024), sisa tim rescuer dari Basarnas ikut pesawat Heli Bell dari TNI AD akan mendarat di Tarakan.

"Pagi ini meluncur ke Tarakan. Semua tugas aman terlaksana dengan baik," jelasnya.

Ia  menambahkan, personel rescuer ini merupakan orang-orang yang terlatih dan memiliki pengalaman dalam melakukan penyelamatan

Personel rescuer ini merupakan prajurit dari TNI Polri dan Basarnas yang memiliki kualifikasi dan spesialisasi khusus. 

Untuk melakukan penyelamatan personel rescuer menyeiapkan skenario agar penyelamatan berlangsung lancar dan aman, termasuk skenario terburuk sekalipun.

"Disiapkan skenario terburuk apabila mereka harus lebih dari 1x24 jam di lokasi. Pagi kemarin juga didrop logistik seandainya tidak bisa dilakukan menarik mereka dari lokasi titik jatuh. Skenario terburuknya kalau tidak bisa mengangkat mereka, maka bertahan menunggu satu kali 24 jam berikutnya," ujarnya.

Bambang Sudewo 12032024
Komandan Lanud Anang Busra Tarakan, Kolonel Pnb Bambang Sudewo didampingi Kepala Basarnas Tarakan, Syahril dan Kepala UPBU Juwata Tarakan, Bambang Hartato.

Informasi dihimpun juga bahwa di sana bukannya tidak bisa diakses. Hanya saja saat melewati daratan di sana, banyak jalan yang harus diputari.

"Tidak bisa langsung jadi berputar. Kalau dilewati akses darat cukup lama. Dan empat hari ini didukung tak ada hujan dan biasanya pasti ada hujan, berkah Ramadan tidak hujan dan itu membantu kami. Sebenarnya jika tahu lokasi, akan mudah. Tapi karena menyisiri titik, bisa dibayangkan mencari jalan ke sana harus merambah lagi, membuka jalan lagi dan itu menyulitkan," terangnya.

Jika pun bisa, harus menebak lagi jika melewati wilayah darat. Bisa dibayangkan ketika memasuki hutan hanya mengandalkan titik koordinat dan belum pernah dilalui. Sementara titik GPS sendiri, bisa blank. Saat komunikasi dengan handphone dipancarkan sinyalnya melalui satelit pun hanya bisa tembus di hari terakhir.

"Itupun pakai handphone satelit dan terputus-putus," jelasnya.

Selanjutnya terhadap puing pesawat lanjutnya dibiarkan karena hanya black box dan ELT yang dibutuhkan tim untuk mendapat data pesawat PK SNE.

"Karena ELT ini kalau tidak diambil dan tidak dimatikan, sinyalnya akan terpancar secara internasional terus-menerus sampai baterai ELT habis dan itu cukup mengganggu karena dianggap selalu ada emergency. Makanya ELT diambil, sehingga sistem safety avuation sudah off sudah tertangani kemudian data ini penting," ujarnya.

Sebagai tindak lanjut dari KNKT untuk mencari penyebabnya dan sebagai informasi agar ke depannya tidak terjadi dan terulang penyebabnya. Khususnya pesawat jenis pilatus ini.

"Nanti akan dilihat apakah kerusakan teknis, apakah ada memang prosedur salah dan human eror. Jadi media, metode, engine, itu ada sendiri cara penanganannya. Kita mencari sebab bukan mencari siapa yang salah tapi dari hasil pembelajaran ini tidak akan terjadi lagi," tegasnya.

Sementara itu, Kepala UPBU Juwata Tarakan, Bambang Hartato mengucapkan rasa syukur dimana proses dari awal pencarian sampai evakuasi berjalan dengan lancar.

"Cuaca cukup baik, semua proses berjalan lancar, kami dari Kementerian Perhubungan mengucapkan banyak apresiasi setinggi-tingginya, terima kasih untuk semua unsur pimpinan daerah, media dan masyarakat yang berdoa sehingga misi pencarian evakuasi bisa berjalan lancar dan baik.

Antisipasi ke depan lanjutnya apalagi menjelang Idul Fitri nanti pihaknya dari UPBU Juwata Tarakan di bawah naungan Otoritas Wilayah VII Balikpapan melakukan rampcheck baik dari sisi kelayakan pesawat, peralatan, pelayanan sampai siap untuk terbang.

"Khususnya momen angkutan lebaran dan mudik. Untuk perintis juga demikian ditekankan pasti, dari sisi keamanan dan keselamatan. Rampcheck segera dilakukan karena sudah ada tim dari Otband Wilayah VII akan berkoordinasi dengan pihak mereka, sesuai kewenangan," pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

 

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved