Jejak Islam di Kaltim

Masjid Shiratal Mustaqiem, Kisah Pendirian 4 Tiang dan Syiar Islam di Samarinda

Masjid Shiratal Mustaqiem, Samarinda atau sering disebut sebagai masjid tua ini merupkan bukti sejarah syiar Islam di Kalimantan Timur.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim/Dwi Ardianto
Tiang-tiang utama yang menopang Masjid Shiratal Mustaqiem di Samarinda, tiang-tiang ini sendiri disebut merupakan salah satu yang masih asli semenjak masjid ini pertama dibangun sekitar tahun 1891.  

Keempat tiang soko guru merupakan sumbangan dari para tokoh adat, diawali satu tiang dari Habib Abdurachman didatangkan dari Dondang.

Kemudian tiang kedua, Lusulunna dari Gunung Lipan. Disusul tiang ketiga sumbangan dari Petta Loloncang berasal dari Sungai Kapih.

Terakhir tiang keempat dari Kapitan Jaya didatangkan dari Samarinda seberang sendiri.

Pada tahun 1881 masjid mulai dibangun, meliputi luas bangunan sekitar 625 meter persegi dan lahan seluas 2.028 meter persegi.

Pembangunan masjid diceritakan Sofyan memakan waktu sekitar 10 tahun.

Setelah material siap termasuk 4 tiang yang akan menjadi pilar utama, kata Sofyan, pendirian masjid belum bisa terlaksana di bawah komando Habib Abdurachman.

Makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin yang berada di Kompleks Pemakaman Kelambu Kuning. Bersama sang sultan di kompleks itu juga turut dimakamkan putrinya, istrinya Aji Raden Lesminingpuri dan menantunya, Pangeran Noto Igomo, ulama besar di Kesultanan Kutai Kartanegara.
Makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin yang berada di Kompleks Pemakaman Kelambu Kuning. Bersama sang sultan di kompleks itu juga turut dimakamkan putrinya, istrinya Aji Raden Lesminingpuri dan menantunya, Pangeran Noto Igomo, ulama besar di Kesultanan Kutai Kartanegara. (Tribun Kaltim/Dwi Ardianto)

Konon, para pekerja kala itu kesulitan mendirikan 4 tiang utama masjid.

Tiang berbahan kayu ulin setinggi 14 belas meter dengan diameter 80 sentimer itu tak kunjung bisa berdiri.

Banyak masyarakat tak mampu mengangkat dan menanamkan tiang utama, berkali-kali percobaan dilakukan, tetap saja gagal.

Permulaan pendirian 4 tiang yang jadi pilar utama, masyarakat sekitar masjid hingga kini percaya pada kisah yang turun-temurun tentang adanya sosok yang membantu pendirian masjid.

Sofyan bertutur kepada Tim Tribunkaltim.co soal kisah dibalik pendirian masjid kuno ini.

"Ketika setelah semua siap, dari pagi hingga petang, masyarakat yang berkumpul tak bisa mendirikan 4 tiang utama.

Menjelang maghrib ada sosok berpakaian putih menyerupai orang tua, nenek-nenek, mengucapkan salam pada Habib Abdurachman dan lainnya, kemudian bertanya ada apa ramai-ramai, yang kemudian dijawab akan mendirikan masjid," jelas Sofyan.

Nenek tersebut kemudian mengutarakan niat ingin membantu pendirian masjid, yang kemudian di tertawakan oleh masyarakat sekitar.

Baca juga: Masjid Tertua di Tarakan, Jami Nurul Islam jadi Saksi Sejarah Perang Dunia Masa Penjajahan Belanda

Sikap berbeda ditunjukkan Habib Abdurachman yang meminta masyarakat tak pandang remeh orang tua renta tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved