Mahasiswa STIE Bultar Demo

Tanggapi Tuduhan Pungli, Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan STIE Bultar: Itu Biaya Proposal Skripsi!

Tanggapi aksi demo mahasiwa yang menuduh adanya pungli, Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan STIE Bulungan Tarakan membantah: itu biaya proposal skripsi!

Penulis: Edy Nugroho | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Aksi demo mahasiswa STIE Bulungan-Tarakan di depan kampus Tanjung Selor, Senin (29/07/2024). 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR –  Tanggapi aksi demo mahasiwa yang menuduh adanya pungli, Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan STIE Bulungan Tarakan membantah: itu biaya proposal skripsi!

Mendapat tuduhan melakukan pungutan liar ( pungli ) hingga berujung aksi demo mahasiswa pada Senin (29/7/2024), Ketua Program Studi atau Prodi Ekonomi Pembangunan pada STIE Bulungan Tarakan (Bultar) angkat bicara.

Ketua Program Ekonomi Pembangunan STIE Bulungan Tarakan Maxi Sondakh menyatakan, bahwa yang dituduhkan oleh para mahasiswa tidak benar.

Ia mengatakan, dirinya menarik uang sebesar Rp350 ribu kepada mahasiswa itu untuk biaya proposal skripsi.

"Bukan pungli, tapi biaya buat proposal skripsi senilai Rp350.000," kata Maxi tegas membantah.

Terkait aksi demo mahasiswa yang ditujukan kepada dirinya, Maxi menyampaikan tuntutan mahasiswa itu merupakan bagian daripada perubahan demi masa depan kampus STIE Bulungan Tarakan.

Baca juga: Aksi Demonstrasi Mahasiswa Menegang, Ketua STIE Bulungan-Tarakan Akui Sempat Tersulut Emosi

Dirinya juga menyebut hal yang wajar disampaikan, terkait tuntutan mahasiswa terhadap perbaikan struktur pimpinan untuk pendidikan yang lebih baik.

"Tuntutan dalam aksi demo mahasiswa demi perubahan masa depan kampus dan menuntut perbaikan struktur pimpinan untuk pendidikan yang lebih baik.

Itu lah tuntutan mahasiswa STIE seperti yang mereka buat di seruan aksi," kata Maxi Sondakh melalui pesan singkat.

Aksi demo mahasiswa STIE Bulungan-Tarakan di depan kampus Tanjung Selor, Senin (29/07/2024).
Aksi demo mahasiswa STIE Bulungan-Tarakan di depan kampus Tanjung Selor, Senin (29/07/2024). (TRIBUNKALTARA.COM)

Maxi menegaskan, jika dirinya telah resmi mengundurkan diri dari Civitas Akademika, baik sebagai Ketua Program Studi, maupun sebagai dosen.

"Ya, saya sudah mundur diri dari STIE Bulungan Tarakan, dan berhenti dari Ketua Prodi Ekomi Pembangunan," ungkapnya.

Ia menepis soal pengunduran dirinya, bukan karena tuntutan mahasiswa yang disuarakan melalui aksi demo tersebut.

Maxi menegaskan, pengunduran dirinya sebagai bentuk analisanya untuk STIE Bulungan Tarakan menjadi lebih baik lagi.

"Saya mundur karena menganalisa STIE Bulungan Taraan tidak mungkin berlanjut. 

Dibuktikan mahasiswa kami makin berkurang tiap tahun yang diterima tidak cukup satu kelas," imbuhnya.

Baca juga: BREAKING NEWS Diduga Ada Oknum Dosen Lakukan Pungli, Mahasiswa STIE Bulungan-Tarakan Gelar Aksi Demo

Sebelumnya, sebagai puncak kekecewaan para mahasiswa terhadap oknum dosen di STIE Bulungan-Tarakan yang diduga melakukan pungli, aksi demo mahasiswa berlangsung di depan kampus.

Koordinator aksi demo mahasiswa, Farel Mahendra dalam orasinya menyebutkan, para mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan telah melayangkan surat kepada pihak yayasan.

Di mana poin utamanya, meminta pihak yayasan memberhentikan oknum dosen yang diduga melakukan pungli terhadap mahasiswa itu, dari jabatannya sebagai Kepala Prodi Ekonomi Pembangunan.

Mahasiswa juga menuntut, dilakukan investigasi terhadap oknum dosen tersebut.

Selanjutnya, hasil investigasi diminta untuk dipublikasikan kepada seluruh civitas akademika STIE Bulungan Tarakan.

"Kami juga menuntut agar kasus ini diselesaikan secara hukum, jika terbukti ada prakti pungli," ujar Farel Mahendra.

Baca juga: Dugaan Pungli Oknum Dosen, Ketua STIE Bulungan-Tarakan: Sudah Kita Lakukan Proses, Tunggu Keputusan

Para mahasiswa menuntut juga agar ada perlindungan terhadap mahasiswa yang menjadi korban pungli.

Dibeberkan, praktik pungli oleh oknum dosen tersebut, dilakukan dengan berbagai alasan.

Seperti untuk membantu nilai, membantu absensi bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang, perbaikan proposal skripsi, memperbaiki nilai Ujian Akhir Semester (UAS) dan alasannya lainnya.

Nominal yang dikenakan untuk mahasiswa pun beragam. Mulai Rp 25 ribu per mahasiswa, hingga satu jutaan.

Bahkan sampai Rp 1,5 juta untuk perbaikan proposal skripsi.

"Kami semua ada bukti-buktinya. Bukti chat whatsapp, hingga bukti uang yang diberikan," kata dia lagi. (*)

Penulis: Edy Nugroho

Baca berita terkini Tribun Kaltara di Google News

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved