Berita Daerah Terkini

Emak-emak di Samarinda Demo Pungli Sekolah, Tak Direspon Ancam Kirim "Kuyang" ke Presiden Jokowi

Puluhan emak-emak berdaster kembali melakukan aksi demo protes dugaan pungutan liar sejumlah SD dan SMP Negeri di Samarinda, Kalimantan Timur.

|
Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
Puluhan emak-emak berdaster kembali melakukan aksi demo protes dugaan pungutan liar sejumlah SD dan SMP Negeri di Balaikota Samarinda, Kalimantan Timur. 

Bahkan mereka sempat membuat rujak buah hingga tertidur di atas terpal yang mereka gelar.

Namun ketenangan itu berubah tegang saat Asisten I Pemkot Samarinda, Ridwan Tasa keluar dan menanyakan alasan para ibu ini tak kunjung membubarkan diri.

"Berarti aksi kalian tidak murni, ditunggangi (kepentingan)," ucap Ridwan Tasa dengan nada tinggi.

Narasi Asisten I Pemkot Samarinda itupun menyulut emosi para simpatisan yang hadir.

Sempat terjadi perdebatan panjang hingga membuat sejumlah ibu yang hadir berteriak menyampaikan keluhan mereka sembari menangis.

"Siapa yang menunggangi kami? Kalau ada yang peduli dengan kami, kami tidak akan ada di sini meninggalkan kewajiban sebagai ibu dan istri," teriak mereka.

"Empat anak saya jalan kaki pulang sekolah pak karena saya ikut aksi. Saya ikut aksi karena saya miskin pak.

Saya tidak sanggup membelikan anak saya buku. Tega-teganya Bapak bilang kami digerakkan orang," teriak salah satu ibu sambil terisak.

Pascaperdebatan itu Ridwan Tasa kembali ke ruangan meninggalkan para demonstran yang semakin meradang.

"Kami tidak terima dikatakan ditunggangi kepentingan. Kami ada di sini karena banyak anak-anak kami dapat intimidasi dan di-bully di sekolah cuma karena tidak bisa membeli buku yang seharusnya gratis dari dana Bos," teriak Korlap Aksi, Nina.

Baca juga: Dugaan Pungli Oknum Dosen, Ketua STIE Bulungan-Tarakan: Sudah Kita Lakukan Proses, Tunggu Keputusan

Sejumlah personel Satpol PP serta TNI Polri yang hadir pun siaga memastikan tidak ada tindakan di luar batas dari massa aksi.

Lima menit berselang Ridwan Tasa kembali ke tengah massa. Ia sempat tertegun beberapa waktu tanpa kata-kata.

Hingga akhirnya ia bersuara dan meminta maaf atas kata-kata yang diyakini telah meyakiti para ibu yang hadir.

Ia mengatakan kata-kata itu merupakan spontanitas sebagai ekspresi betapa ia memahami perasaan para orangtua yang ingin memberikan pendidikan terbaik kepada anak namun tidak mampu.

"Saya juga berasal dari keluarga miskin. Saya dulu harus sekolah gratis karena orangtua saya tidak mampu.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved