Berita Tana Tidung Terkini

Salah Satu Buah Khas Kalimantan, Ini Perbedaan Durian Hutan Merah dengan Durian Lainnya

Salah satu keuntungan tinggal di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Utara, yaitu banyaknya jenis buah yang jarang ditemui di daerah lain.

Penulis: Rismayanti | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/RISMAYANTI
Pedagang buah musiman, Ida yang berjualan di depan lapangan RTH Djoesoef Abdullah Tideng Pale, Rabu (30/10/2024). (TribunKaltara.com/Rismayanti) 

"Kalau durian merah ini beda juga sama buah elai memang warna kulit sama kuning tapi isinya beda beda kalau elai kan kayak jingga gitu warnanya kalau ini merah," sambungnya.

Ia menambahkan buah durian hutan merah ini merupakan jenis durian yang paling langka karena polusi pohonnya yang sangat sedikit dan sulit ditemui.

"Durian hutan ini termasuk langkah karena jarang ditemui memang berubahnya mengikuti musim bisa setahun sekali kayak durian biasa tapi pohonnya sudah jarang ditemui," tambahnya.

Ia juga menyebutkan penikmat durian hutan ini juga cukup banyak sehingga membuat harga jual jenis durian ini juga cenderung lebih tinggi.

"Banyak orang yang suka sama durian hutan ini makanya harganya lebih tinggi dari durian lain karena memang ini yang paling langka," sebutnya.

Pantauan TribunKaltara.com, harga dari durian hutan ini sendiri Rp 30 ribu hingga Rp 45 ribu perbiji yang terbilang ukurannya kecil.

Sedangkan durian biasa berkisar Rp 30 hingga Rp 40 ribu dengan ukuran yang jauh lebih besar.

Keunikan lain dari durian hutan ini karena daging buahnya justru dikonsumsi masyarakat khususnya suku Tidung dengan cara dimasak seperti sayuran.

"Kalau orang suku di sini kayak Tidung gitu mereka masak di tumis atau buat kaya sambel karena rasanya lebih berlemak jadi kaya tempoyak gitu tapi ini tidak diawetkan kalau tempoyak kan diawetkan dulu kalau ini bisa langsung di masak," ucapnya.

Baca juga: Lagi Musim, Cukup Rp 10 Ribu Sudah Bisa Menikmati Durian di Bulungan, Bisa Tukar Kalau Tidak Manis

Namun tentu saja bagi orang awam lebih suka mengkonsumsi buah jenis ini secara langsung tanpa diolah dalam bentuk masakan.

"Kalau orang pendatang gitu biasanya mereka lebih suka yang dimakan langsung jadi tidak di masak lagi," tutupnya.

Ita sendiri menjajakan jualannya di depan lapangan RTH Djoesoef Abdullah tepatnya di Jl Perintis, Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara ( Kaltara ) dengan menggunakan mobil.

(*)

Penulis : Rismayanti 

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved