Berita Tarakan Terkini
KUPS Agroforestry-Gapoktanhut Sulap Limbah Kelautan dan Perikanan jadi Pakan Ikan dan Ternak
Banyaknya limbah kelautan dan perikanan di Tarakan membuat KUPS Agroforestry-Gapoktanhut Lestari Gunung Selatan bikin pakan ikan dan ternak.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Berangkat dari produksi limbah kelautan dan perikanan yang berlebihan di Tarakan, Kalimantan Utara, KUPS Agroforestry-Gapoktanhut Lestari Gunung Selatan berhasil menyulap menjadi pakan ikan dan ternak.
Awalnya produksi bahan mentah limbah hanya ratusan kilogram dan kini tembus hingga satu ton menyesuaikan permintaan pasar.
Padahal rumah produksi Silvofishery Pembuatan Pakan Ikan (Zero Waste) ini baru didirikan tahun 2023 di area Gunung Selatan, Kelurahan Kampung Satu Skip, Kecamatan Tarakan Tengah, Tarakan.
Sebenarnya tidak jauh dari rumah produksi, ada pula kegiatan budidaya kolam ikan. Semula rumah produksi pembuatan pakan ikan dikhususkan untuk mengakomodir budidaya ikan Silvolestari ini.
Namun berjalannya waktu, permintaan ternyata cukup banyak dari masyarakat dan sudah ada yang menjadi mitra.
Dua unit kerja rumah produksi ini, semua berada dalam satu program corporate sosial responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tarakan.
Baca juga: Siswa-siswi Kelas X SMAN 1 Tanjung Selor Sulap Limbah Plastik jadi Busana Fashion Show
Kepada TribunKaltara.com, Sugeng Widarmo, Penyuluh Kehutanan UPTD KPH Tarakan sekaligus pembina Kelompok Rumah Produksi Pembuatan Pakan Ikan (Zero Waste) Kampung Satu menyebutkan sampai saat ini kurang lebih ada sekitar 30 orang anggota yang merupakan masyarakat sekitar yang diberdayakan Pertamina bergabung di kelompok ini.
"Cukup banyak kegiatan di antaranya ada kolam, kemudian dibuatlah rumah produksi yang disupport Pertamina.
Mengingat makanan pabrikan itu sangatlah mahal dan juga kadar proteinnya juga bisa dikatakan di area Tarakan itu limbah perikanan sangat luar biasa," kata Sugeng memulai cerita awal mula bagaimana rumah produksi pakan ikan dibuat.
Di antaranya kata Sugeng, ada kepala udang, berbagai macam limbah ikan di nelayan, termasuk juga limbah udang dan ikan dari PT Surya Kalimantan Abadi (SKA).
Limbah ini berpotensi menjadi produk turunan yang bisa diproduksi kelompok pembuatan pakan ikan atau istilahnya pelet.
Sehingga pihaknya juga bekerja sama dengan coldstorage salah satunya dengan Surya Kalimantan Abadi PT SKA yang ada di Mamburungan.
"Merekalah salah satu suplai bahan baku terkait kegiatan masyarakat untuk pembuatan pakan ikan," lanjut Sugeng dalam wawancaranya.
Baca juga: Incenerator Pengolahan Limbah B3 Beroperasi, Gubernur Kaltara Harap Dapat Deviden dan Naikkan PAD
Ia mengungkapkan output dari rumah produksi sebenarnya adalah bukan hanya pakan ikan melainkan juga memproduksi tepung protein, dan juga pakan ternak ayam.
Bahkan juga berpotensi untuk kebutuhan pakan babi. Apalagi sebagian anggota juga adalah peternak babi.
Babi juga membutuhkan protein sehingga butuh juga pakan yang berpotensi dari limbah itu.
Pun berpotensi juga untuk bisa jadi pakan kucing, namun ini masih harus melalui uji coba dan pengembangan kata Sugeng.
Pembina Kelompok Rumah Produksi Pembuatan Pakan Ikan (Zero Waste) Kampung Satu ini mengungkapkan dalam sehari bisa memproduksi pakan ikan atau pelet bergantung bahan baku. Karena di Tarakan ada dua siklus yakni air jadi dan air mati.
Bahan baku cenderung berada di salah satu siklus air jadi. Tentu di masa itu banyak bahan baku berlimpah. Sehingga produksi sebulan bisa sampai dua kali.
"Ketika mereka informasikan banyak bahan baku, kami sesuaikan kapasitas. Kalau untuk jumlah produksi 100 kg butuh dua jam. Kalau pembuatan tepung protein, dua jam bisa jadi lebih dari 100 kg," terang Sugeng.
Limbah yang dikerjakan adalah kepala udang dan ikan-ikan kecil hasil buangan nelayan dan petambak.
Biasanya mereka saat panen juga cukup banyak menampung ikan yang tak layak jual.
Dalam pengembangannya, limbah ini potensi disulap untuk pakan babi karena yang dibutuhkan konsetrat proteinnya.
Lanjut Sugeng, dari perusahaan sendiri biasanya sebenarnya sebelum ada kerja sama permintaan bahan baku, limbah dikelola internal perusahaan.

Namun karena melihat ini peluang bernilai maka dilakukan kerja sama untuk menciptakan peluang atau potensi. Dan pihak perusahaan dalam hal ini PT SKA bersedia menjadi salah satu penyedia bahan baku.
Bahan baku juga tidak dibeli alias gratis dari pihak perusahaan. Sehingga ada simbiosis mutualisme antara perusahaan dan kelompok usaha ibaratnya.
"Bahkan bahan baku selain gratis, diantarkan pula. Setiap bulan kami ada sekitar 1 ton lebih dibawa ke sini. Bahan baku basah dan menyusut sampai 30 persen," terangnya.
Karena proses pengolahannya dari bahan mentah harus dimasak kemudian dikeringkan lagi.
Kelompok sendiri sebelumnya memiliki kompor modifikasi. Kemudian saat limbah datang langsung dimasak kemudian hasilnya seperti masakan kukusan kemudian dijemur lagi di tempat penjemuran.
"Di kami tidak ada bau udang karena sudah pakai sistem direbus jadi tidak berbau. Penjemurannya juga beda. Setelah dijemur baru diproduksi pakai mesin," paparnya.
Dari sisi permintaan, untuk produk pakan sebenarnya konsentrasi digunakan sendiri untuk di kolam ikan. Namun sebelumnya produk ini sudah digunakan oleh instansi lain. Ada permintaan petani dan pakan ternak. Sehingga dibuat inisiatif untuk pakan hewan lainnya.
"Kalau mau drop langsung, habis. Tapi kami punya budidaya kolam ikan, jadi diprioritaskan. Nilai ekonomisnya sendiri kami sekitar Rp10 ribu harga per kg. Kalau di pasaran bisa sampai Rp15 ribu," ujarnya.
Baca juga: Dugaan Pencemaran Limbah PT Lamindo Inter Multikon Bunyu, Ini Tanggapan Bupati Bulungan Syarwani
Untuk pakan ikan atau pelet ini sudah dilakukan uji laboratorium juga bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKIP) Universitas Borneo Tarakan.
Misalnya ikan, terbang dan unggas punya kebutuhan kadar protein berbeda. "Ikan misalnya kelebihan protein pertumbuhan gak bagus.
Range protein 25-40. Kebetulan dari program CSR Pertamina kami KPH Tarakan di awal tujuannya peningkatan kapasitas kelompok," ujarnya.
Kelompok diberi pengetahuan kemudian diberi pelatihan kemudian baru dikembangkan untuk budidaya lalu di rumah produksi.
"Bantuan full dari Pertamina termasuk mesinnya. Itemnya ada mesin penggiling, mesin pencetak pelet, mesin penepung dan alat pendukung lainnya termasuk rumah produksi semua dari Pertamina, termasuk penjemuran dan kompor modifikasi," bebernya.
Kompor modifikasi juga bahan bakarnya menggunakan limbah oli bekas dan minyak goreng jelantah dan Pertamina punya limbah solar yang bisa digunakan.
"Berkaitan bahan baku, kami ada binaan di hulu ada petambak dan dicoba mainkan hulu hilirnya, dijual ke perusahaan SKA lalu SKA limbahnya kasih ke kami.
Jadi rantainya ketemu atau siklusnya. Beberapa kelompok tambak binaan kami jadi mitra juga ke perusahaan yah intinya simbiosis mutualisme," ujarnya.
Dari sisi hambatan ataupun kendala ia tak menampik pasti ada namun bisa diatasi. Misalnya kendala karenaa anggota kelompok juga punya kesibukan atau pekerjaan utama lain misalnya berkebun.
"Waktunya produksi, dipanggil dan kami produksi. Kalau hambatan ketersediaan bahan baku yang kami khawatirkan tidak ada. Kalau mesin produksi aman," ujarnya.
Dari sisi proses penjemuran membutuhkan waktu sekitar dua hari. Ini juga menjadi alasan rumah produksi dikembangkan untuk keperluan kelompok termasuk pakan ikan di kolam yang ada di lokasi.
Baca juga: Bupati Syarwani Sampaikan Pentingnya Pengelolaan Limbah untuk Keamanan Lingkungan
Beberapa pekan terakhir anggota kelompok cukup disibukkan dengan pengembangan usaha budidaya kolam.
Dari sisi aturan perhutanan, mereka para anggota kelompok adalah salah satu pemegang izin pemanfaatan dan SK-nya langsung dikeluarkan Kementerian Kehutanan.
Artinya secara tidak langsung,ini berkaitan dengan wilayah kelola UPTD KPH Tarakan Dinas Kehutanan Provinsi Kaltara.
Kelompok ini sendiri beranggotakan 30 orang. Kelompok besar bernama Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Lestari Gunung Selatan.
Kemudian di bawah Gapoktan terbagi Kelompok Usaha Perhutanan Sosial dengan masing-masing jenis usaha.
"Ada yang Ekowisata, ada yang Silvofishery Rumah Produksi Pembuatan Pakan Ikan Zero Waste, ada yang Waste Management-Silvofishery Budidaya Ikan Silvolestari ada juga agroferestry. Jadi banyak unit usahanya," terangnya.
Terpisah, Muhammad Fauzan Ridwan, CSR Officer PT Pertamina Patra Niaga Fuel Tarakan mengungkapkan bahwa sebenarnya program CSR sudah berjalan di tahun kedua.
Tahun pertama fokus di pembuatan pakan ikan mandiri. Dan terintegrasi dengan pengolahan limbah.
"Dan kemarin pas pembuatan ada permintaan 1 ton KPH. Sebenarnya pakan ikan ini masih tahap uji coba pakan untuk ikan nila karena nila misalnya butuh protein sesuai standar beda dengan pakan ternak," ungkapnya.
Begitu juga untuk pakan lele, sehingga kelompok lainnya untuk budidaya ikan juga sembari dipersiapkan lokasinya.
Dan kolam yang berada kurang lebih 100 meter dari pembuatan pakan ikan menjadi demplot untuk pembibitan pakan ikan dan akan ditebar ke kelompok lain untuk pembesaran.
"Jadi memang kelompok budidaya kesulitan pakan ikan harga pakan tergolong tinggi. Riset sampai angka Rp450 ribu per karung isi 30 kg," ujarnya.
Sehingga ini juga menjadi alasan pakan ikan sudah seharusnya diproduksi sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan limbah perusahaan termasuk bekerja sama dengan UBT, KPH Tarakan.
"Pengolahan limbah jadi solusi bagi kelompok dan bisa menjangkau juga peternak dan petani lokal. Pelet yang dihasilkan bisa untuk peternak babi juga tidak hanya di kalangan petambak," ujarnya.
Ia membenarkan bahan baku limbah dari perusahaan dan produksi binaan batari. Dan dijadikan tepung protein dan pelet dan menjadi pakan ternak.
"Kami baru distribusikan ke budidaya ikan karena ini program utama. Ada ikan nila dan gurame, ini yang paling mudah dibudidaya. Kami masih tahap demploting," tukasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
limbah
Tarakan
Kalimantan Utara
KUPS Agroforestry-Gapoktanhut Lestari
pakan
ikan
ternak
produksi
CSR
PT Pertamina Patra Niaga
masyarakat
Apel Hari Menara Suar ke-11 Berlangsung Sederhana di Tarakan, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran |
![]() |
---|
Selama Sepekan, 10 WNI Asal Nunukan dan Tarakan Ditangkap APMM, Konsulat RI Tawau Turun Tangan |
![]() |
---|
BKPSDM Tarakan akan Analisa Ulang Usulan Honorer R4 Jadi PPPK Paruh Waktu, Keputusan Tetap Wali Kota |
![]() |
---|
Ratusan Honorer Kategori R4 Minta Diusulkan PPPK Paruh Waktu, Harapkan Kebijakan Wali Kota Tarakan |
![]() |
---|
Hadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Islamic Center, Wali Kota Tarakan Pesan Jaga Kerukunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.