Demam Berdarah di IKN

Kadis Kesehatan PPU Ungkap Pemicu Peningkatan Kasus DBD di IKN, Salah Satunya Kebiasaan Jarang Mandi

Kepala Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara mengungkap pemicu peningkatan kasus DBD di IKN, salah satunya kebiasaan pekerja jarang mandi saat pulang.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
Puluhan pekerja proyek di Ibu Kota Nusantara ( IKN ) berjibaku melawan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Mereka sebagian dirawat di RSUD Kecematan Sepaku, Penajam Paser Utara. 

TRIBUNKALTARA.COM - Kepala Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara mengungkap pemicu peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Ibu Kota Nusantara ( IKN ), salah satunya kebiasaan pekerja proyek jarang mandi saat pulang dari kerja.

Tingginya kasus deman berdarah di Sepaku, Penajam Paser Utara, terutama wilayah IKN tak lepas dari perhatian pemerintah daerah. 

Meski berada di wilayah Ibu Kota Nusantara ( IKN ), tetapi Pemkab Penajam Paser Utara melalui Dinas Kesehatan melakukan upaya antisipasi, agar kasus tidak semakin parah.

Kepala Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara dr Jansje Grace Makisurat mengakui, di Sepaku IKN memang terjadi peningkatan kasus DBD yang signifikan sejak beberapa waktu terakhir.

Hal itu disebabkan semakin banyaknya pendatang, terutama yang menjadi pekerja proyek. "Sepaku penyumbang paling tinggi, karena di sana banyak orang," ungkapnya.

Baca juga: Cegah DBD Serang Pekerja Proyek di IKN, Otorita IKN Tingkatkan Kebijakan Kebersihan Lingkungan HPK

Grace mengatakan ada beberapa upaya yang dilakukan selama ini, mulai pertemuan lintas sektor untuk penguatan kegiatan bersih-bersih lingkungan, dan rutin melakukan fogging di Hunian Pekerja Konstruksi (HPK) di IKN dan desa sekitarnya. 

"Tentu saja kita melakukan berbagi upaya untuk kondisi ini," ungkapnya pada Selasa (5/11).

Grace juga menjelaskan masyarakat juga diminta untuk memberantas sarang nyamuk secara mandiri dengan menerapkan 3M (menguras, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang sampah plastik).

Suasana di kawasan Hunian Pekerja Konstruksi (HPK) di Ibu Kota Nusantara sebelum dilaporkan adanya kasus DBD yang mulai merebak dan menyasar kalangan pekerja konstruksi proyek IKN.
Suasana di kawasan Hunian Pekerja Konstruksi (HPK) di Ibu Kota Nusantara sebelum dilaporkan adanya kasus DBD yang mulai merebak dan menyasar kalangan pekerja konstruksi proyek IKN. (Tribun Kaltim)

Apabila diperlukan masyarakat juga diminta untuk menaburkan pembasmi jentik, pada tempat penampungan airnya.

Sejauh ini, pihaknya juga sudah membagikan abate, terutama di daerah Sepaku, yang cukup tinggi kasus DBD nya. 

"Lebih lanjut kami melakukan penyelidikan epidemiologi pada setiap kasus yang timbul," sambungnya.

Jika pasien terjangkit DBD, Dinas Kesehatan PPU juga langsung melakukan pengobatan, dan memberi rujukan, apabila kasus tersebut terhitung berat. 

Baca juga: Kasus DBD di Kaltim hingga Oktober 2024 Tembus 8.000 Kasus, Tren Peningkatan dari Pekerja IKN Sepaku

Untuk fasilitas kesehatan di PPU, diakui dr Grace masih cukup memadai, terutama pada rumah sakit yang ada yakni RSUD Ratu Aji Putri Botung. 

"Untuk kasus ringan itu cukup memadai," ujarnya.

Apabila membutuhkan rujukan, maka pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit Mayada dan  Hermina di IKN Sepaku

"Keduanya bisa memberikan pelayanan rujukan," katanya. 

Perilaku pekerja 

Sebelumnya, Grace juga menyoroti perilaku sejumlah pekerja proyek di Sepaku

Ada yang membuang sampah sembarangan, sehingga yang dapat menampung air menjadi tempat berkembang biaknya jentik nyamuk.

Di samping itu, ada pola hidup para pekerja yang kurang baik. Mereka notabene bekerja seharian di lingkungan yang kurang bersih, tetapi jarang membersihkan diri. 

Baca juga: Kisah Pekerja IKN Terpapar DBD: 16 Orang Sekamar Tumbang, Pasien di RSKD Sepaku Sudah Dipulangkan

"Mereka itu kan sering pulang malam, tetapi punya kebiasaan kurang bagus, yakni jarang mandi," jelasnya, Senin (4/11). 

Meski demikian, dr Grace menegaskan bahwa lonjakan kasus DBD di IKN, tidak berpengaruh terhadap kasus DBD di tiga kecamatan, yakni Babulu, Penajam dan Waru.

Upaya sosialisasi juga sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan PPU, terhadap para pekerja di IKN atau yang tinggal di Hunian Pekerja Konstruksi (HPK).

Belum lama ini juga, Dinas Kesehatan PPU sudah melakukan fogging, untuk membersihkan jentik nyamuk di area tersebut. 

Meski tinggi tetapi belum ditemui adanya kasus meninggal, karena DBD di Sepaku.

Otorita Siapkan Pemangsa Jentik 

Otorita IKN mengambil langkah cepat untuk mencegah penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di kawasan IKN

Pihak Otorita IKN bekerja sama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) akan melakukan berbagai langkah preventif, seperti menabur ikan pemangsa jentik.  

Upaya penaburan ikan pemangsa jentik nyamuk akan dilakukan di embung dan kolam-kolam wilayah Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). 

Ikan ini diharapkan dapat membantu mengurangi jumlah jentik nyamuk dan mencegah penyebaran DBD lebih lanjut.

Staf Khusus Kepala Otorita IKN bidang komunikasi publik, Troy Harold Yohanes Pantouw, mengungkapkan, selain menabur ikan, Otorita IKN juga akan menggelar penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengobatan gratis bagi para pekerja konstruksi serta masyarakat di sekitar wilayah IKN. 

Baca juga: Wabah DBD Ancam Pekerja Proyek IKN di Kaltim, Inilah Langkah-langkah Khusus Dilakukan Otorita IKN

“Kami ingin memastikan bahwa para pekerja dan masyarakat mendapatkan perlindungan kesehatan yang memadai,” ujar Troy dalam keterangannya yang disampaikan kepada Tribunkaltim.co, Selasa (5/11).

Lebih lanjut dia menuturkan, untuk meningkatkan layanan kesehatan di wilayah KIPP, Otorita IKN telah menyiapkan fasilitas rumah sakit dan klinik. 

Saat ini, terdapat dua rumah sakit dan tiga klinik yang beroperasi untuk melayani kebutuhan kesehatan para pekerja dan penduduk setempat.

Data terbaru yang dihimpun dari Otorita IKN menunjukkan tren penurunan kasus DBD di Kecamatan Sepaku

Berdasarkan laporan RSUD Sepaku, RS Mayapada Nusantara, dan RS Hermina Nusantara, puncak kasus DBD tercatat pada bulan Agustus dengan jumlah pasien mencapai 178 orang.

Namun, angka tersebut menurun pada bulan Oktober dengan jumlah 62 pasien, dan hingga awal November, hanya terdapat dua pasien yang dirawat akibat DBD.

Sejak awal tahun hingga akhir Oktober, total pasien DBD di wilayah ini mencapai 561 orang, dengan jumlah pasien tertinggi berasal dari RSUD Sepaku, yakni 534 pasien. 

Sementara itu, RS Mayapada Nusantara dan RS Hermina Nusantara hanya merawat 27 pasien. 

Mayoritas pekerja konstruksi IKN mendapatkan perawatan di RS Mayapada Nusantara dan RS Hermina Nusantara, dengan hanya sebagian kecil yang dirawat di RSUD Sepaku.

Baca juga: Puluhan Pekerja Proyek IKN Terkena DBD, Angka Kasus Demam Berdarah di PPU Tertinggi Kedua Nasional

Menurutnya, upaya pencegahan ini merupakan langkah serius Otorita IKN dalam menjaga kesehatan pekerja dan masyarakat, sejalan dengan visi pembangunan IKN yang berkelanjutan.

Kolaborasi dengan IAKMI diharapkan dapat menambah efektivitas langkah-langkah yang sudah diambil, sekaligus memberikan edukasi penting bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi wabah di masa mendatang.

Dengan program penaburan ikan, penyuluhan, serta penyediaan layanan kesehatan yang memadai, Otorita IKN menunjukkan komitmen kuat dalam memastikan kesehatan pekerja konstruksi dan warga sekitar tetap terjaga di tengah pembangunan ambisius Ibu Kota Nusantara

Fogging Bukan Solusi

Kepala Bagian Pelayanan Penunjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sepaku dan Tour Plan Dinas Kesehatan PPU, Muhammad Rumhadi menilai bahwa fogging dan larvasida bukan solusi utnuk mengatasi penyebaran DBD.

Ia menyarankan para kontraktor dan para pekerja IKN bisa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan kerja bakti.

"Yang lebih efektif itu adalah kerja bakti. Kalau Saya menyarankan harusnya satu hari atau setengah hari mereka karyawan itu harusnya diberikan dari pekerjaan proyek untuk bersih lingkungan campnya," tegasnya.

Fogging dan larvasida bukan solusi utnuk mengatasi penyebaran DBD. Disarankan para pekerja IKN bisa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan kerja bakti.
Fogging dan larvasida bukan solusi utnuk mengatasi penyebaran DBD. Disarankan para pekerja IKN bisa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan kerja bakti. (HO)

Lebih lanjut Muhammad Rumadi menambahkan fogging hanya dapat memberantas nyamuk yang dewasa bukan tetapi tidak untuk jentik-jentik nyamuk yang akan berkembang 3 hari dan akan terbang menjadi nyamuk dewasa.

"Yang di fogging yang mati nyamuk dewasa, yang jentik-jentik didalam sampah itu dua tiga hari hidup jadi nyamuk dewasa .

Nah yang di fogging di hari pertama itu nyamuk dewasanya mati, tiga hari kemudian jentik nyamuk tadi sudah terbang," ujarnya.

"Yang nyamuk tuanya dilakukan fogging, setiap ada kasus dilakukan fogging, fogging tidak menyelesaikan masalah, Nyamuk kan bisa kebal terhadap obat-obat asap itu," sambungnya.

Ia menyarankan untuk dibuatkan jadwal khusus bagi setiap pekerjaan IKN untuk melakukan pembersihan dilingkungan yang mereka tempati sebagai upaya yang paling mudah untuk terhindar dari DBD. (taa/znl/gre)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved