Berita Nunukan Terkini

SMP Katolik Nunukan Kaltara Soroti Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis, Kepsek: Kami ini Kecil

Suasana di SMP Katolik Frateran Santo Gabriel Nunukan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) siang itu terlihat tenang. 

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / FELIS
SMP KATOLIK NUNUKAN - Situasi Sekolah SMP Katolik Frateran Santo Gabriel yang terletak di Jalan Fatahillah, RT 10, Kelurahan Nunukan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), Selasa (10/06/2025), siang. 

Meski begitu, pihak sekolah tetap memberikan kelonggaran, termasuk dalam hal pembayaran seragam yang bisa dicicil.

"Tidak ada uang pendaftaran, hanya seragam saja. Biaya satu paket seragam sekira Rp230.000, bisa dicicil, karena kami bukan sekolah bisnis, tapi sekolah pelayanan. Jadi ada seragam olahraga, seragam yayasan, dan seragam nasional. Harganya sesuai harga toko, kalau ada lebih sedikit itu ongkos kirim barang," ujarnya.

Untuk menjaring siswa baru, para guru di SMP Katolik Frateran Santo Gabriel Nunukan bahkan rela turun langsung ke masyarakat, dari rumah ke rumah. 

Cara itu ditempuh karena pihak sekolah sadar bahwa tidak semua keluarga di ibukota Nunukan hingga pelosok mudah mengakses informasi tentang penerimaan peserta didik baru. 

Ditambah lagi persaingan dalam penerimaan siswa baru antara sekolah negeri dan swasta yang cukup ketat.

"Kami sudah buka penerimaan siswa baru sejak Mei 2025. Kalau kami buka pendaftaran sesuai sekolah negeri, sampai selesai penerimaan, tidak ada siswa kami. Sekarang yang daftar sudah 115 siswa, tapi yang ambil formulir baru sekitar 80 anak," ungkap Anselmus.

Sekolah ini memiliki tiga rombongan belajar (Rombel) di tiap jenjang, dari kelas VII hingga IX. Satu kelas rata-rata diisi 20 hingga 30 siswa. 

Meskipun terbatas secara fasilitas, Anselmus menegaskan bahwa sekolahnya berupaya memberikan pendidikan yang inklusif, tanpa memandang latar belakang ekonomi, agama, atau asal-usul siswa.

"Di sini ada guru agama Katolik, Protestan, dan Islam. Kami berusaha hadir untuk semua. Pendidikan itu tentang memanusiakan manusia. Jangan sampai anak-anak kehilangan kesempatan hanya karena sistem tidak berpihak pada yang lemah," imbuhnya.

Ia berharap pemerintah benar-benar mempertimbangkan keberadaan sekolah swasta kecil, terutama di wilayah perbatasan, dalam menyusun Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas).

Baca juga: Aksi Bersih-bersih di Sungai, Bupati Malinau Wempi tak Sengaja Ketemu Teman Sekolah yang Lagi Sakit

"Kalau sekolah swasta besar sih aman, mereka punya banyak sumber. Tapi kami ini kecil, hidup dari semangat pengabdian. Kalau tidak ada dukungan kebijakan yang berpihak, kami bisa mati pelan-pelan," pungkasnya.

Anselmus menambahkan harapan sederhana, yang lahir dari keprihatinan mendalam.

"Kami hanya ingin bisa terus melayani. Kami tidak menolak perubahan, tapi tolong jangan lupakan sekolah kami yang terletak di ujung utara Negara Indonesia," terang Anselmus.

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved