Berita Tarakan Terkini
Pengecer di Tarakan Kaget, Saat Tahu Ada Merek Beras Diduga Tidak Sesuai Takaran dan Dioplos
STB salah satu Pengecer beras di Tarakan kaget saat adanya pemberitaaan 212 merek beras diduga tidak sesuai takaran dan dioplos.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM,TARAKAN-Adanya 212 merek beras diduga tidak sesuai takaran dan dioplos menjadi kualitas premiun yang dirilis Menteri Pertanian Amran Sulaiman, tentunya membuat kaget pengecer beras di Tarakan Kalimantan Utara, salah satunya Sinar Terang Bersaudara (STB),
“Kami kaget juga, karena kita baru tahu ternyata separah itu. Saya baru tahu setelah ada berita di Tiktok di Instagram, saya pikir berasnya itu ada apa,” ucap Hernawan Riandi, Manager di PT STB Boompanjang yang ditemui awak media siang tadi, Rabu (16/7/2025).
Hernawan Riandi mengungkapkan, setelah adanya pemberitan tersebut, tidak lama kemudian dari Satgas Pangan dan kepolisian menelpon. Setelah diinformasikan, ia pun baru paham ternyata ada muncul masalah di beras.
“Pantas saja selama ini agak berkurang. Rupanya dari distributor menyadari ada yang gak beres. Selama ini kami tidak tahu kalau ternyata sampai dikurangi,” bebernya.n.
Baca juga: Isu Beras Plastik Menyebar, Warga Balikpapan Katim Marah dan Takut, Minta Pemerintah Turun Tangan
Sebagai pengecer pihaknya tidak menampik pemberitaan ini cukup mengganggu aktivitas penjuala. Oleh karena itu STB selektif menjual beras. Namun ia juga tak menampik kemungkinan ada juga yang dijual masuk dalam list nama merek tersebut.
Hernawan Riandi sangat menyayangkan hal itu karena kerugian tentulah dialami konsumen. Pengecer dalam hal ini siap mengembalikan atau retur barang jika sudah ada informasi rilis resmi 212 merek yang dimaksud. “Kalau memang tidak benar kami akan retur,” katanya.
Ditanya adanya pemberitaan ini apakah berdampak pada penjualan, Hernawan Riandi mengaku, sejauh ini untuk beras semua jenis masih normal pembeliannya karena beras adalah kebutuhan pokok.
“Harus dimakan. Jadi pembeli normal saja. Mungkin hati-hati kalau ada berapa merek. Ini juga pertama kali pengalaman ada kasus begini, saya terkaget-kaget juga, heran. Hebatnya pemerintah bisa sampai seteliti itu,” terangnya.
Meskipun begitu, ia tidak menampik pihaknya sendiri tidak sampai mengecek sedetail itu perbedaan beras dioplos begitu juga dengan perbedaan berat.
Baca juga: Isu Beras Oplosan Merebak, DKUPP Pastikan tak Ada di Nunukan, Sudah Diperiksa Reskrim Satgas Pangan
“Karena saking percayanya. Bukan masalah oplosannya saja tapi takarangnya juga ternyata separah itu. Tapi kan tidak semua beras,” ujarnya.
Dikatakan Hernawan Riandi selama ini status pihaknya sebagai pengecer dan bukan distributor. Jika di distributor lanjutnya semisal ada bermasalah maka biasanya pihaknya menyetop dulu pasokan.
“Nanti kalau tidak bermasalah baru kita ambil. Kita pilih-pilih beras yang tidak bermasalah,” bebernya.
Namun ia tidak menampik di antara nama perusahaan yang disebutkan Menteri Pertanian, ada produk yang dipasok pihaknya atau diecer pihaknya dari distributor.
Di antaranya dulu sempat menyetok Sania dan Fortune. Namun untuk Fortune dalam beberapa bulan terakhir sudah tidak memasok lagi karena dari distributor juga sudah menghentikan pemasokan tanpa diketahui alasannya.
Terpantau untuk produksi Wilmar Gruoup ada dari produsen PT Wilmar Padi Indonesia dengan nama merek Sawah Jingga. Harga jualnya Rp 164 ribu ukuran 10 kg. Meski demikian merek Sawah Jingga juga masih belum dipastikan apakah masuk dalam 212 merek beras yang diduga menyalahi aturan dari produsen tersebut.
Lebih lanjut ia menjelaskan untuk produk Wilmar lainnya seperti beras merek Sania 10 kg dulunya dijual sekitar Rp162.000 dan Fortune 10 kg Rp160 ribu. Lalu untuk Sania 5 kg sebesar Rp 81.000 dan juga Fortune 5 kg sebesar Rp 81.000. Namun hasil pantauan sejauh ini stoknya sudah tidak ada dijual.
Ia mengatakan, jika ada persoalan biasanya dari pihaknya menyetop namun jauh sebelumnya dari distributor juga biasanya juga menyetop sendiri pasokannya.
“Karena mereka baru tahu. Dan mereka juga ga akan kirim barang ke kita. Pasokan saat ini adanya sedikit, kami ambil kebutuhan waktu seminggu saja,” bebernya.
Pasca isu ini merebak, pihaknya membatasi dan memilah memasok beras. Dulu cukup banyak semua merek beras bisa masuk. Saat ini, kejadian muncul maka pihaknya selektif.
Seperti diketahui, Menteri Pertanian Amran Sulaiman merilis 212 merek beras yang diduga tidak sesuai takaran dan dioplos menjadi kualitas premium yang dilakukan empat perusahaan. Yakni Wilmar Group, dengan produk Sania, Sovia dan Fortune.
PT Food Station Tjipinang Jaya dengan produk FS Japonica, FS Setra Ramos, FS Beras Sego Pulen, FS Sentra Wangi, Alfamart Sentra Pulen, dan Indomaret Beras Pulen Wangi.
PT Belitang Panen Raya, dengan merekseperti Raja Ultima, Raja Platinum, RajaKita, dan kualitas ekonomi ada merek RAJA dan Japfa Group dengan merek Ayana.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
| Wakil Wali Kota Tarakan Tutup MTQ XXI Tingkat Kecamatan Tarakan Tengah, Sebengkok Raih Juara Umum |
|
|---|
| Wakil Wali Kota Tarakan Ibnu Saud Ikut Safari Gotong Royong, Kali Kedua Digelar Sasar Gunung Lingkas |
|
|---|
| Akses Jalan Menuju TPA Hake Babu Dikebut DPUPR Tarakan, Ditarget Akhir Desember 2025 Rampung |
|
|---|
| PT PRI Mulai Produksi Bubur Kertas, Bahan Baku Pasok dari Hutan Tanaman Industri Tersertifikasi |
|
|---|
| Siswa Sekolah Rakyat di Tarakan Jalani Masa Matrikulasi, Awal Masuk Pemalu, Kini Berani Tampil |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.