TRIBUNKALTARA.COM – Pihak Otorita IKN menyatakan, hasil kajian sejumlah lembaga menunjukkan masih ada potensi bahaya geologi berupa gempa bumi di wilayah Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara.
Meski dimikian, potensi gempa di wilayah Kalimantan Timur sebagai lokasi IKN Nusantara tersebut tergolong rendah.
Beberapa catatan juga menunjukkan pusat gempa di Kalimantan Timur puluhan tahun lalu terjadi di luar kawasan IKN Nusantara.
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, Mohammed Ali Berawi seperti dikutip dari Kompas.com mengemukakan, wilayah IKN Nusantara memiliki risiko bahaya gempa bumi dominan rendah.
Hal ini ini sesuai dengan kajian risiko bencana yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2020.
Salah satu kajian risiko bencana dari BNPB ini merupakan analisis dari peta bahaya gempa bumi di kawasan IKN Nusantara.
Baca juga: IKN Nusantara Pindah ke Kaltim Belum Bebas dari Gempa, Ada Patahan Sesar Maratua dan Mangkalihat
Analisis ini dibuat berdasarkan data hasil pemetaan mikrozonasi gempa bumi di Penajam Paser Utara, Balikpapan, dan sebagian wilayah Kutai Kartanegara yang dilakukan Badan Geologi.
”Meskipun sesar aktif terdapat di barat laut IKN Nusantara dan berpotensi mengakibatkan gempa bumi, diperkirakan potensi gempa bumi yang dihasilkan relatif kecil.
Hal ini karena sesar aktif tersebut tergolong sesar minor,” ujarnya ketika dihubungi Kompas, Minggu (9/7/2023).
Menurut Ali, selain sesar minor, potensi gempa bumi tektonik di IKN Nusantara yang rendah juga diakibatkan oleh dampak pejalaran dari sesar mayor, seperti pejalaran dari sesar Palu Koro di Sulawesi.
Kemudian sesar Sangkulirang, yakni patahan sesar Maratua dan Mangkalihat, serta sesar Adang atau Pasternoter tercatat sudah lama tidak aktif.
Merujuk peta kawasan rawan bencana (KRB) gempa bumi dan mikrozonasi gempa berdasarkan mikrotremor pada kawasan inti IKN Nusantara.
Terlihat bahwa KRB gempa pada kawasan IKN Nusantara terdiri atas KRB gempa rendah.
Adapun percepatan tanah maksimum (peak ground accelaration/PGA) mencapai 0,1 g (satuan percepatan gempa di permukaan) pada batuan dasarnya.
Meskipun sesar aktif terdapat di barat laut IKN Nusantara dan berpotensi mengakibatkan gempa bumi, diperkirakan potensi gempa bumi yang dihasilkan relatif kecil.