Wawancara Eksklusif
Cerita Dubes Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Pengusaha Jepang Antusias Sambut Omnibus Law
Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi mengungkapkan, puluhan pengusaha kelas kakap Jepang sangat antusias menyabut Undang-undang Omnibus Law
Jepang juga menunjukkan geliat ekonomi yang cukup besar. Kemarin ada kesukaran rantai pasok terutama di industri mobil yang terkait microchip untuk mobil itu, di mana pasokan dari China, Taiwan dan lain-lain banyak terganggu.
Termasuk dari Malaysia. Tetapi trend ekonomi di Jepang juga sudah mulai naik. Jepang diperkirakan akan tumbuh sekitar satu persen pada triwulan pertama sekarang ini. Itu perkiraan awal.
Omzet atau volume perdagangan Indonesia-Jepang itu memang menurun. Yang sangat drastis menurun justru impor kita (ke Jepang).
Ekspor kita masih lumayan besar, masih sekitar 13 miliar USD. Tetapi impor kita hanya sekitar 9 miliar USD.
Saya tidak serta merta senang, tapi minimnya impor ini juga menandakan bahwa industri kita di dalam negeri lesu. Kondisinya kita masih surplus cukup besar hampir 3 miliar USD.
Tahun 2020 juga tahun yang berat sekali bagi Jepang. Jepang ini mengalami hantaman yang luar biasa, tiga kali dia mendapat hantaman.
Pertama akhir 2019 ada mulai kenaikan pajak penjualan dari 4 persen menjadi 10 persen. Jadi ini sudah mulai memukul ekonominya.
Kedua adanya topan hagibis yang sangat luar biasa, yang memporak-porandakan beberapa tempat. Ini juga mengakibatkan perekonomian Jepang memburuk.
Ditambah dengan Covid-19 yang meledak di Jepang sekitar Februari-Maret 2020. Tiga hal ini jadi pemukul besar untuk Jepang kemudian mengalami resesi.
Covid-19 juga membuat penundaan olimpiade yang diharapkan bisa menjadi rebound perekonomian Jepang, tapi malah mengalami penundaan.
Di tahun ini kemungkinan besar tetap dilaksanakan tetapi tanpa adanya penonton dari luar negeri.
Ini juga agak menghambat perekonomian Jepang karena mereka sangat berharap dari para wisatawan luar negeri untuk datang dan mengembalikan perekonomian mereka.
Penurunan tersebut mengakibatkan ekspor Jepang, tidak hanya ke Indonesia, tapi ke beberapa negara lain, mengalami penurunan yang sangat drastis.
Di satu sisi kita bersyukur kita mengalami surplus perdagangan pada 2020, namun kalau lebih cermat, itu disebabkan adanya penurunan impor yang jauh lebih besar dibandingkan penurunan ekspor Indonesia ke Jepang. Tahun lalu kita surplus hampir sebesar 13 miliar USD.
Jadi 2,99 miliar USD. Disebabkan penurunan impor Indonesia yang lebih besar. Impor Indonesia dari Jepang itu sekitar 10 miliar USD, sedangkan ekspor kita 12,88 miliar USD. Hampir 3 miliar USD nilai surplus kita. (tribun network/lucius genik)