Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
KNKT Berhasil Unduh Rekaman Sebelum Jatuhnya Sriwijaya Air, Penyebab Kecelakaan Segera Terungkap?
KNKT berhasil unduh rekaman sebelum jatuhnya Sriwijaya Air, penyebab kecelakaan segera terungkap?
TRIBUNKALTARA.COM - Kabar terbaru, KNKT berhasil unduh rekaman sebelum jatuhnya Sriwijaya Air, penyebab kecelakaan segera terungkap?
Proses investigasi terhadap jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu terus dilakukan.
Teranyar, rekaman percakapan selama 2 jam termasuk percakapan saat Sriwijaya Air SJ 182 mengalami kecelakaan berhasil diunduh oleh KNKT.
Rekaman tersebut berasal dari CVR yang ditemukan oleh tim gabungan pada akhir Maret 2021 lalu.
Rekaman suara dari CVR diharapkan bisa segera mengungkap misteri penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 pada (9/1/2021) lalu.
Pesawat nahas itu jatuh saat bertolak dari Jakarta menuju Pontianak.
Baca juga: Ramadan dan Idul Fitri, Lapas Nunukan Larang Warga Binaan Dijenguk, Lewat Video Call Aja
Baca juga: Viral, Video Pengantin Perempuan Hamil 8 Bulan saat Menikah, Ini Fakta di Baliknya
Baca juga: Hukum Sikat Gigi Pakai Odol Saat Berpuasa di Bulan Ramadan, Apakah Membatalkan?
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ) berhasil mengunduh data cockpit voice recorder ( CVR ) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC.
Pesawat nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada (9/1/2021) lalu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan dari hasil pengunduhan didapatkan rekaman percakapan selama 2 jam termasuk percakapan saat mengalami kecelakaan.
CVR pesawat yang ditemukan pada 30 Maret 2021 tersebut berisi empat saluran audio. Termasuk juga rekaman pilot yang membawa pesawat tersebut.
"KNKT berhasil mengunduh seluruh 4 channel dari CVR, akan tetapi channel 4 pada CVR mengalami gangguan," ujar Soerjanto dalam keterangan tertulis, Selasa (13/4).
Berdasarkan rekaman tersebut, kata dia, telah menambah data penting bagi investigasi yang hasilnya akan disampaikan dalam laporan akhir (Final Report).
Soerjanto memaparkan rangkaian investigasi kecelakaan yang alami oleh PT. Sriwijaya Air pada 9 Januari 2021 dalam rute penerbangan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta tujuan Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak tersebut.
Ia menjelaskan tiga hari pasca terjadinya kecelakaan yaitu pada tanggal 12 Januari 2021, Flight Data Recorder (FDR) telah ditemukan dan hasil data yang telah diolah oleh KNKT telah diumumkan kepada publik melalui laporan awal investigasi (preliminary report) pada tanggal 10 Februari 2021.
Sampai dengan berakhirnya proses pencarian para korban SJ-182 yang dipimpin oleh Basarnas pada tanggal 22 Januari 2021, CVR belum ditemukan.
"Untuk itu, KNKT melanjutkan proses pencarian CVR di sekitar area ditemukannya FDR. Tanggal 26 Januari 2021 sampai dengan tanggal 14 Februari 2021, tim KNKT bersama dengan tim penyelam dari Pulau Pari (Kepulauan Seribu) melanjutkan pencarian CVR dengan pembuatan perimeter 50 x 50 meter di bawah air oleh para penyelam," tuturnya.
Proses pencarian CVR, kata Soerjanto, melibatkan metode penyemprotan lumpur di sekitar penemuan FDR oleh para penyelam, namun demikian proses ini tidak mendapatkan hasil.
"Kendala utama dalam proses pencarian CVR ini adalah cuaca dan jarak pandang yang terbatas di bawah air," ujar Soerjanto.

Tanggal 15 sampai dengan 21 Februari 2021, tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air TNI AL (Dislambair TNI AL) bergabung dalam tim penyelam.
Proses pencarian masih dengan menggunakan metode visual. Pencarian ini juga tidak mendapatkan hasil karena kendala cuaca dan jarak pandang di bawah air.
Baca juga: Penemuan CVR SJ-182 Memudahkan KNKT Ungkap Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air
Tanggal 22 Februari sampai dengan tanggal 12 Maret 2021, tim KNKT berkoordinasi dengan pihak PT. Sriwijaya Air untuk penggunaan metode penyedotan lumpur atau Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) oleh kapal King Arthur 8 yang saat itu masih berada di Teluk Lamong (Pacitan) Jawa Timur.
Sebelum pelaksanaan penyedotan lumpur, tim penyelam yang dipimpin oleh KNKT melaksanakan penyelaman untuk pembersihan area dengan mengangkat puing-puing pesawat yag terlihat sekaligus melakukan pencarian dengan metode visual.
Tanggal 15 Maret 2021, tim penyelam (termasuk penyelam dari Pulau Pari dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu) melaksanakan pembersihan area.
Baca juga: Dilaporkan ke Polisi, Begini Nasib Terkini Fajar Umbara, Suami Pesinetron Jin dan Jun Yuyun Sukawati
Baca juga: Saat Ramadan, Aksi Balap Liar Meningkat, Satlantas Polres Malinau Awasi Dua Daerah Ini
Baca juga: Hindari Kontak Langsung, BPJS Ketenagakerjaan Sediakan Layanan Lapak Asik
Tanggal 25 Maret 2021, kapal TSHD King Arthur 8 sampai di perarian pulau Lancang Kepulauan Seribu. Mulai tanggal 25 Maret 2021 pencarian CVR dilakukan dengan cara penyedotan lumpur oleh kapal TSHD King Arthur 8 dengan area yang diperbesar yaitu 90 x 90 meter.
Tanggal 30 Maret 2021 jam 20.05 WIB, CVR tersedot dari bawah air dan ditemukan di penampungan serpihan kapal TSHD King Arthur 8. Hingga saat ini, proses investigasi masih terus dilakukan oleh tim KNKT disertai dengan proses penelitian yang mendetail.
"Setelah ditemukannya semua bagian black box ini memberikan titik terang untuk dapat mengusut penyebab terjadinya kecelakaan yang meluluhlantakkan seluruh isi pesawat agar kecelakaan dengan penyebab yang sama tidak kembali terulang di kemudian hari," kata Soerjanto.
Pesawat Sriwijaya SJ 182 rute Jakarta-Pontianak diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu hanya empat menit setelah terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pada 9 Januari lalu.
Pesawat itu membawa total 62 penumpang dengan rincian, enam awak pesawat aktif. Kemudian 56 penumpang, terdiri dari 40 dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga balita.
Komponen CVR black box ditemukan, apa penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu ?
Sebelumnya diberitakan, setelah dilakukan pencarian hampir tiga bulan, CVR black box Sriwijaya Air SJ 182 akhirnya ditemukan.
CVR diketahui merupakan komponen penting black box, untuk mengungkap jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada 9 Januari 2021 lalu.
Sebelumnya diketahui, FDR yang juga merupakan komponen black box Sriwijaya Air SJ 182 telah ditemukan oleh tim SAR gabungan di perairan Kepulauan Seribu.
Rencananya, siang ini bakal dilakukan press conference penemuan CVR black box Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.
Baca juga: DVI Polri Resmi Hentikan Identifikasi Korban Sriwijaya Air, Ini Daftar 59 Nama yang Sudah Dikenali
Baca juga: Hampir Senasib dengan Sriwijaya Air, Bagian Pesawat Boeing 777 Bawa 231 Penumpang Meledak di Udara
Baca juga: TERJAWAB! Data Kotak Hitam Dibeber KNKT, Komunikasi Capt Afwan ke ATC Sebelum Sriwijaya Air Jatuh
Kabar itu disampaikan Adita Irawati, juru bicara Kementerian Perhubungan RI saat dikonfirmasi Tribunnews pagi ini, Rabu (31/3/2021).
"Iya sudah ditemukan, nanti jam 11 diumumkan," ungkap Adita.
Black box yang ditemukan ini berisi berisi cockpit voice recorder ( CVR ) atau rekaman percakapan pilot pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Adita belum bersedia membeber lebih jauh ihwal detil penemuan black box pesawat Sriwijaya Air SJ182 tersebut.
"Nanti akan diumumkan," ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 34 penyelamnya dalam pencarian lanjutan cockpit voice recorder ( CVR ) Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh beberapa waktu lalu.
Hal tersebut, kata Wahyudin, dilakukan dalam rangka mendukung upaya Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam proses investigasi jatuhnya pesawat tersebut.
"Dislambair sudah menyiapkan 34 Orang personel yang akan melakukan upaya melanjutkan pencarian CVR dalam mendukung operasi pencarian yang digelar oleh KNKT," kata Wahyudin dalam keterangan resmi Dinas Penerangan Koarmada I pada Senin (15/2/2021).
Wayudin mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan perencanaan dengan KNKT terkait melakukan penyelaman tersebut.
Ia berharap pencarian dapat dilakukan dengan seefektif mungkin.
"Kita sudah melakukan perencanaan dengan KNKT termasuk teknis penyelaman yang akan dilaksanakan sehingga diharapkan pencarian dapat dilakukan seefektif mungkin dengan mempertimbangkan cuaca dan keselamatan para personel di lapangan," kata Wahyudin.
Sementara itu Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) Laksda TNI Abdul Rasyid K selaku penanggungjawab Tim SAR Gabungan TNI AL menegaskan TNI AL siap mendukung operasi pencarian yang dilakukan oleh KNKT sesuai perintah Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono.
Ia berharap proses pencarian berjalan dengan lancar dan bisa segera mendapatkan hasil yang sesuai harapan.
"Tim Penyelam dari Dislambair Koarmada I saat ini sudah mendirikan Posko di Pos TNI AL Tanjung Kait, Teluk Naga Tangerang. Selain Personel Penyelam, TNI AL sudah menyiapkan perangkat pendukung keselamatan berupa mobil ambulance dan Mobile Diving Chamber (MDC) yang standby disana," kata Rasyid.
Rasyid menjelaskan MDC merupakan sarana penanganan cepat kepada para penyelam yang mengalami masalah dekompresi pada golden momentum.
Sarana MDC, kata dia, semacam kapsul yang diletakkan di dalam truk, sehingga bisa disiapsiagakan dengan mudah.
Penggunannya pun, kata Rasyid, akan diawasi oleh dokter spesialis hiperbarik.
"Mobile Diving Chamber (MDC) ini mendampingi para personel tim selam TNI AL sebagai life support. Jadi penyelam secara psikologis lebih tenang, kalau terjadi permasalahan mereka bisa ditangani secara cepat," kata Rasyid.
Sebelumnya pada Operasi SAR Gabungan Sriwijaya Air SJ 182 Januari lalu, penyelam Dislambair tercatat telah berhasil mengevakuasi objek pencarian berupa body part (potongan jenazah), serpihan pesawat dan mengevakuasi objek pencarian yang dianggap penting yakni Flight Data Recorder (FDR) atau bagian kotak hitam pesawat Sriwijaya SJ 182.
Baca juga: Kronologi Lengkap Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, KNKT Bongkar Permintaan Terakhir Captain Afwan
Baca juga: Sebulan Pasca Jatuhnya Sriwijaya Air, Tim DVI Jajaran Listyo Sigit Masih Lakukan Identifikasi Korban
Baca juga: Terkuak Fakta Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Tidak Meledak di Udara, KNKT Beberkan Temuan
Tak Lewati Area Awan Hujan
KNKT dalam paparannya juga menyebutkan, pesawat Sriwijaya Air SJ 182, tidak melewati area awan hujan ketika terbang.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, berdasarkan data cuaca yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pesawat SJ 182 tidak melalui area awan hujan.
Selain itu ia juga menjelaskan, pesawat SJ 182 sebelum mengalami kecelakaan juga tidak berada dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan saat terbang.
"Pergerakan pesawat setelah lepas landas, dan jalur yang dilalui tidak menunjukkan adanya awan signifikan," kata Nurcahyo dalam konferensi virtual, Rabu (10/2/2021).
Dalam penjelasan awal terkait penyebab jatuhnya SJ 182 ini, KNKT menyebutkan pesawat ini telah terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kemudian berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR) bahwa sistem autopilot pesawat tersebut aktif di ketinggian 1.980 kaki.
Nurcahyo Utomo menjelaskan, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 setelah lepas landas dan melewati ketinggian 8.150 kaki tuas pengatur tenaga mesin atau Throttle sebelah kiri bergerak mundur sehingga tenaga berkurang.

"Sementara itu tuas pengatur tenaga mesin sebelah kanan tetap. Kemudian saat melewati ketinggian 10.600 kaki, pesawat berada di posisi 46 derajat lalu mulai berbelok ke arah kiri," ucap Nur Cahyo.
Nurcahyo menjelaskan, sebelumnya pilot pesawat Sriwijaya Air SJ 182 meminta kepada petugas Air Traffic Controller (ATC) untuk berbelok ke 75 derajat dan diizinkan.
ATC pun memprediksi perubahan arah ini akan membuat Sriwijaya Air SJ 182 bertemu dengan pesawat lain dengan tujuan yang sama. Maka pesawat ini pun diminta untuk mempertahankan ketinggian di 11 ribu kaki.
"Pada ketinggian 10.900 kaki, menurut data FDR sistem autopilot tidak aktif dan tuas Throttle sebelah kiri kembali turun dan tenaga semakin berkurang sedangkan tuas Throttle sebelah kanan tidak bergerak," ucap Nurcahyo.
Kemudian pada ketinggian tersebut, pesawat kemudian mulai turun dan sistem autopilot tidak aktif atau disengage.
Sikap pesawat pun menurut data FDR pada posisi naik atau pitch up, dan pesawat miring ke kiri. Kemudian tuas mesin Throttle sebelah kiri kembali berkurang.
Melihat anomali tersebut, lanjut Nurcahyo, ATC meminta pesawat SJ 182 untuk menaikan ketinggian ke 13 ribu kaki dan dijawab oleh pilot.
"Ini komunikasi terakhir ATC dengan pesawat SJ 182, dan FDR sudah tidak merekam data penerabngan selama 20 detik," ujar Nurcahyo.
Baca juga: Sisakan 4 Korban Sriwijaya Air Belum Teridentifikasi, Termasuk Bayi Berusia 7 Bulan, DVI Belum Stop!
Baca juga: Jenazah Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Teridentifikasi, Captain Afwan Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Baca juga: Pramugari Sriwijaya Air Kenang Captain Afwan, Sosok Pilot yang Baik dan Selalu Mengingatkan Salat
Investigasi Belum
KNKT meminta agar masyarakat tidak berasumsi, terkait penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di wilayah perairan Kepulauan Seribu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, hingga saat ini investigasi jatuhnya pesawat SJ 182 masih berlangsung dan pihaknya meminta agar masyarakat tidak berasumsi.
Terkait penyebab jatuhnya pesawat SJ 182, lanjut Soerjanto, saat ini belum ada kesimpulan karena masih membutuhkan data yang lebih lengkap lagi.
"Kami tentunya berharap, tidak ada asumsi atau perkiraan terkait penyebab kecelakaan SJ 182 karena data yang diperoleh untuk menyimpulkan masih kurang." ucap Soerjanto dalam konferensi virtual, Rabu (10/2/2021).

Soerjanto juga menjelaskan, saat ini KNKT masih terus berupaya untuk menemukan Cockpit Voice Recorder ( CVR ) pesawat SJ 182 yang menjadi bagian penting untuk mengetahui penyebab kecelakaan.
"CVR ini dibutuhkan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai penyebab jatuhnya pesawat SJ 182," ujar Soerjanto.
Ia juga mengungkapkan, saat ini untuk melakukan investigasi KNKT menggunakan data dari Flight Data Recorder (FDR) dan sejumlah komponen pesawat yang ditemukan.
"Kami masih membutuhkan waktu untuk mengungkap kenapa terjadi kecelakaan ini, kita tidak bisa menjawab dengan lengkap dengan data saat ini karena masih kurang," ucap Soerjanto.
Baca juga: Tak Terima Dituding Rebut Billy dari Amanda Manopo, Memes Prameswari: Terserah Teman-teman Saja
Baca juga: Info BMKG Rabu 31 Maret 2021, Waspada Cuaca Ekstrem pada 4 Wilayah di Nunukan Hari Ini
Baca juga: Saling Jegal Persija vs Bhayangkara FC di Piala Menpora, Kemenangan Harga Mati Bagi Macan Kemayoran
(*)
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official