Berita Nunukan Terkini
Larangan Mudik Idul Fitri 1442 Hijriah, Buruh Pelabuhan Kapal di Nunukan Memilih Loding Rumput Laut
Larangan mudik Idul Fitri 1442 Hijriah, buruh pelabuhan kapal di Nunukan memilih loding rumput laut.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Larangan mudik Idul Fitri 1442 Hijriah, buruh pelabuhan kapal di Nunukan memilih loding rumput laut.
Kebijakan pemerintah mengeluarkan larangan mudik Idul Fitri 1442 Hijriah, berdampak pada sektor lapangan kerja.
Utamanya, jenis pekerjaan yang berhubungan dengan transportasi angkut penumpang.
Baca juga: Hari Kedua Lebaran Penjual Mainan Bermunculan, Pusat Perbelanjaan di Kabupaten Nunukan Masih Tutup
Baca juga: Prakiraan Cuaca Nunukan Jumat 14 Mei 2021, BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Wilayah Lumbis
Baca juga: Grebek Lokasi Judi Sabung Ayam, Polisi Polres Nunukan Lepaskan Tembakan, Para Pemain Berlarian
Hal itu dialami Pangeran (20), seorang buruh pelabuhan kapal di Nunukan, Kalimantan Utara.
Saat ditemui di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Pangeran mengatakan, saat kebijakan larangan mudik mulai diberlakukan, semua buruh di pelabuhan kapal sontak kehilangan pekerjaan utama.
"Pekerjaan utama kami ya buruh pelabuhan kapal. Selama ada larangan mudik, otomatis kapal angkut penumpang tidak beroperasi.
Kalau nggak beroperasi, jasa kami nggak berfungsi. Jadi nganggur," kata Pangeran kepada TribunKaltara.com, Jumat (14/05/2021), pukul 13.30 Wita.
Untuk bisa survive, bapak 2 anak itu mengaku tetap turun ke pelabuhan meski kapal angkut penumpang sementara berhenti beroperasi.
"Sehari-hari ya begini lah, kalau ada kerjaan bongkaran di pelabuhan saya turun, tapi kalau tidak ada ya mau bagaimana lagi. Saya berharap ada bongkaran barang, karena kapal Pelni tetap beroperasi namun hanya untuk muat logistik saja," ucapnya.
Selain itu, Pangeran yang baru 2 tahun geluti pekerjaan buruh kapal itu menuturkan, memilih meloding rumput laut dari gudang ke truk.
Meski pendapatannya tak seberapa, Pangeran tetap berusaha agar kebutuhan ekonomi keluarganya tetap tercukupi selama larangan mudik berlangsung.
"Kadang dikasi Rp500 ribu sekali loding. Itupun dibagi 10 orang. Karena, rumput laut dalam satu truk itu isinya 80 karung. Jadi harus banyak orang yang loding. Itupun tidak tentu, kadang ada kadang tidak," ujarnya.
Sementara itu, pendapatan yang ia peroleh dari pekerjaan seorang buruh kapal berkisar Rp150-Rp200 ribu dalam satu kali kapal masuk.
"Kapal seminggu bisa 3 kali masuk. Semenjak Malaysia terapkan lockdown, penumpang kapal juga jadi menurun. Dan penumpang rata-rata punya pengurus (calo) apalagi mereka punya langganan buruh. Jadi biasanya saya jadi buruh lepas. Itupun kalau ada, misalnya kalau ada yang mau ke Sebatik, ya kami kasi nyeberang," tuturnya.
Pangeran katakan, dirinya sementara ini tak memikirkan untuk beralih pekerjaan, lantaran sudah merasa nyaman menjadi seorang buruh kapal.
Ditambah, era pandemi Covid-19 ini, semua serba sulit termasuk mendapat pekerjaan.
Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Pendonor Berkurang, Stok Darah di PMI Nunukan Menipis
Baca juga: Selama Lebaran, Puskesmas Nunukan Hanya Layani Gawat Darurat dan Bersalin
Baca juga: Larangan Open House Idul Fitri, Bupati Nunukan Asmin Laura Tak Lupa Silaturahmi ke Orangtua