Berita Nunukan Terkini
Terungkap Sudah! Uji Sampel Babi yang Mati Mendadak di Krayan Nunukan Positif Terpapar Penyakit ASF
Terungkap sudah! Uji sampel babi yang mati mendadak di Krayan Nunukan positif terpapar penyakit ASF.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Terungkap sudah! Uji sampel babi yang mati mendadak di Krayan Nunukan positif terpapar penyakit ASF.
Terungkap uji sampel babi yang mati di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan belum lama ini, positif terkena penyakit African Swine Fever (ASF).
Sebelumnya, sebanyak 30 ekor babi di 3 desa wilayah Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), mati tanpa diketahui penyebab pastinya.
Baca juga: 477 Orang Diberhentikan Pemkab Malinau, Perwakilan Pekerja Honorer Mengadu Nasib ke DPRD Kaltara
Baca juga: Sandar di Dermaga Perikanan, 2 Kapal Mengangkut Puluhan Kubik Kayu Illegal Loging Langsung Diamankan
Baca juga: MTQ Kaltara Tiadakan Predikat Juara Umum, Pastikan Keselamatan Semua, Berikut Alasan Kemenag Kanwil
Ketiga desa tersebut yakni Desa Bungayan, Desa Wa Yagung, dan Desa Binuang.
Penyakit ASF yang disebabkan oleh virus Genus Asfivirus dan Family Asfarviridae itu, pertama kali masuk di Indonesia pada awal 2020.
Diketahui penyakit ASF dapat menyebabkan penyakit pada babi, bahkan dengan fatalitas 100 Persen.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nunukan, Alim Bakhrie, mengatakan pihaknya baru mendapat hasil sampel tiga ekor babi pada 18 Juni lalu dari Laboratorium Balai Veteriner Banjar Baru, Kalimantan Selatan.
"Jadi dari hasil sampel 3 ekor babi yang mati di wilayah Krayan Timur itu, positif ASF," kata Alim Bakhrie kepada TribunKaltara.com, Senin (21/06/2021), sore.
Menurut Alim, untuk mencegah matinya babi akibat penyakit ASF itu, pihaknya bekerjasama dengan stakeholder terkait lainnya untuk mengawasi lalu lintas manusia, barang, dan hewan di wilayah perbatasan RI-Malaysia itu.
Ia menjelaskan, pengawasan manusia dapat dilakukan terhadap karyawan dan tamu yang dibatasi.
Lalu, untuk pengawasan barang harus dilakukan disinfeksi mobil pengangkut hewan.
Sementara itu, untuk hewan sendiri diimbau agar dapat mengendalikan hama yang berpotensi menyebabkan virus.
"Misalnya hanya karyawan dan pekerja kandang yang bisa masuk ke area kandang. Untuk membedakan antara pemilik atau tamu, karyawan menggunakan baju khusus yang disediakan oleh peternakan," ucapnya.
Lebih lanjut Alim sampaikan,"Kendaraan pengangkut hewan dan pakan didesinfeksi di dekat pintu masuk dan dibatasi tidak sampai ke kandang. Tidak bertukar menukar alat-alat kandang termasuk sepatu atau sandal kandang. Berikutnya, mengendalikan hewan pengerat (tikus), vektor serangga yang dapat menjadi penyebar mekanik virus ASF," ujarnya.
Selain itu, Alim juga meminta kepada peternak, untuk menjaga dan mengendalikan masuknya caplak, lalat dan burung liar, pada area-area terbuka kandang.