Berita Tarakan Terkini

Sejak PTM Diberlakukan, Puskesmas Lakukan Surveilans, Setiap Bulan 13 Sekolah yang Disasar

Sejak PTM dilaksanakan, kegiatan surveilans rutin stiap bulan dilakukan. Hasilnya ada penemuan siswa dan guru terpapar Covid-19 di sekolah.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
SDN 018 Karang Rejo, salah satu sekolah di Tarakan meniadakan pembelajaran tatap muka pasca siswa dan guru terpapar Covid-19. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Sejak pembelajaran tatap muka (PTM) dilaksanakan, kegiatan surveilans juga rutin setiap bulan dilakukan. Hasilnya, salah satunya penemuan siswa dan guru yang terpapar di sekolah.

Dikatakan Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tarakan, selama ini kegiatan tracing kasus sudah tidak terhitung.

Kegiatan survilans dari masing-masing puskesmas saat ini sudah banyak. Berbeda saat angka konfirmasi positif Covid-19 masih satu orang saja.

Baca juga: Tujuh Guru & Delapan Siswa Terpapar Covid-19, SDN 018 Karang Rejo Alihkan Pembelajaran Secara Daring

“Kita melihat kemarin jumlah kasus banyak mencapai 144 orang. Kemudian menambah lagi per Senin sekitar 412 kasus aktif, dan per kemarin bertambah sekitar 30-an orang,” urainya.

Sehingga tak terhitung namun datanya ada masuk oleh Satgas Penanganan Covid-19 di Kota Tarakan. Adapun lanjutnya, survilans selalu dilakukan masing-masing puskesmas dan Dinkes Tarakan. Adapun lanjutnya, surveilans sudah dilakukan sejak PTM secara 50 persen dan full 100 persen mulai dilakukan.

“Sudah dilakukan sejak 2021 bulan Desember kemarin. Kemudian lanjut diikuti Januari dan Februari. Setiap bulan kami lakukan 13 sekolah per bulan,” jelasnya.

Baca juga: Imbas 8 Siswa Positif Covid-19, SDN Utama 1 Tarakan Kembali Berlakukan Pembelajaran Daring

Kemudian lanjutnya, sampelnya sendiri diambil oleh petugas puskesmas di mana sampel tersebut berasal dari sekolah yang masuk dalam wilayah kerja puskesmas.

“Misalnya ada 6 puskesmas, maka 13 sekolah dibagi enam puskesmas dan sekolah yang dijadikan sampel tidak boleh SD semua atau SMP semua. Jadi harus acak dan beda ada SD ada SMP,” jelasnya.

Kemudian yang dilakukan sampling yakni murid, guru dan tenaga kependidikan di sekolah-sekolah yang terpilih dilakukan surveilans tersebut.

SDN 018 Karang Rejo, salah satu sekolah di Tarakan meniadakan pembelajaran tatap muka pasca siswa dan guru terpapar Covid-19.
SDN 018 Karang Rejo, salah satu sekolah di Tarakan meniadakan pembelajaran tatap muka pasca siswa dan guru terpapar Covid-19. (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

“Kalau sampai ada satu yang terkonfirmasi positif Covid-19, maka kita langsung kembangkan melakukan tracing kasus,” jelasnya.

Yang bersangkutan positif Covid-19 akan dikembangkan kepada siapa saja ia pernah melakukan kontak erat. Lalu setelah dilakukan pemeriksaan pertama, hasilnya negatif, bukan berarti terbebas Covid-19. Yang bersangkutan masih harus menunggu hasil pemeriksaan sampel swab test berikutnya.

Baca juga: Guru dan Siswa di Tarakan Terpapar Covid-19, Dinkes Sebut Hanya Koordinasi, Wewenang PTM di Disdik

“Jedanya lima hari kemudian setelah pemeriksaan pertama, dilakukan pemeriksaan kedua. Jadi dia kalau misalnya negatif, maka dia dikeluarkan dalam daftar terduga kontak erat, terduga Covid-19,” jelasnya.

Namun ada juga pada kasus misalnya pertama dia negative. Kemudian lima hari berikutnya, tidak diketahui ternyata penyakit berkembang dan hasilnya positif.

“Maka itu akan memperkecil jarak. Karena dia kan sudah isolasi mandiri. Kontaknya juga sudah tidak ada lagi. Selama lima hari itu berkurang kontak erat, menjaga tidak begitu banyak potensi tertular. Sehingga tidak sampai terjadi penyebaran kasus di mana-mana,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved