Berita Bulungan Terkini
Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak, Romo Sutrimo Beber Makna Pohon Bodhi dan Sala Bagi Umat Buddha
Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak, Romo Sutrimo beber makna pohon Bodhi dan Sala bagi umat Buddha.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Perayaan Hari Raya Trisuci Waisak, Romo Sutrimo beber makna pohon Bodhi dan Sala bagi umat Buddha.
Umat Buddha akan merayakan hari raya Trisuci Waisak 2566 BE pada Senin esok.
Di Tanjung Selor, ibadah perayaan Trisuci Waisak akan berlangsung di Vihara Dharma Cakra.
Baca juga: Besok Umat Budha di Malinau Rayakan Tri Suci Waisak 2022, Simak Jadwal Kegiataan Perayaan

Diperkirakan akan ada ratusan umat Buddha di Tanjung Selor yang ikut merayarkan tiga peristiwa besar bagi umat Buddha.
Sehari sebelum perayaan Trisuci Waisak, Minggu (15/5/2022), pihak Vihara Dharma Cakra melakukan penanaman sepasang pohon sala.
Pandita Vihara Dharma Cakra, Romo Sutrimo, menjelaskan pohon sala memiliki makna penting dalam ajaran Buddha.
"Dia lahir di bawah pohon sala, jadi ceritanya Ratu Mahamaya mau pulang ke rumah orang tua, ketika di perjalanan ada satu taman besar yang cantik namanya Taman Lumbini dan dia ingin bermain di situ," kata Romo Sutrimo.
"Singkat cerita, tanda-tanda mau melahirkan akhirnya dia melahirkan sambil memegang ranting pohon sala, dan Siddharta lahir langsung bisa melangkah, tiap langkahnya muncul teratai jadi itu peristiwa yang pertama," ungkapnya.
Selain peristiwa kelahiran, makna pohon sala juga terkandung dalam peristiwa penting lainnya, yakni kematian Buddha.
Menurut ajaran Buddha, saat Buddha wafat, pohon sala yang ada di dekatnya menggugurkan bunga, bunga-bunga ini membuat harum lokasi di sekitar wafatnya Buddha.
"Peristiwa berikutnya, tempat yang dipilih Buddha untuk meninggal itu ada di Kusinagar, di situ ada di dekat dua pohon sala, beliau ada diantaranya," katanya.
"Ketika Parinibbana, bunga pohon sala itu berguguran, konon ketinggiannya sampai selutut sehingga yang ada bau harum bunga-bungaan, jadi bau bangkai bau sampah tertutup dengan bau bunga itu, jadi di pohon jenis inilah guru kita meninggal," katanya.
Tak hanya pohon sala, pohon bodhi juga memiliki makna penting bagi umat Buddha.
Di bawah pohon bodhi ini, Siddharta Gautama mendapatkan penerangan sempurna dan menjadi Buddha.
Baca juga: Ratusan Umat Buddha di Tanjung Selor Diprediksi Rayakan Waisak di Vihara Dharma Cakra Senin Besok
"Peristiwa lainnya Siddharta memilih jalan untuk menjadi Buddha setelah melihat tiga peristiwa melihat orang tua, orang sakit dan orang mati, gejolak batinnya dia ingin menjadi pertapa, kemudian menyiksa diri menjadi pertapa selama enam tahun," ucapnya.
"Dia kemudian mencari pohon yang tepat dan akhirnya ketemulah pohon bodhi dan malam itu dia mencapai penerangan sempurna," tuturnya.
Dua jenis pohon ini, kini sudah ada dan tertanam di halaman Vihara Dharma Cakra. Jika pohon sala baru saja ditanam pada hari ini, maka lain halnya dengan pohon bodhi yang sudah ada selama belasan tahun di halaman depan vihara.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi