Berita Tarakan Terkini
Pengerjaan Padaw Tujuh Dulung Tahap Finishing, Datu Norbeck Beberkan Makna Warna dan Sejarahnya
Persiapan pelaksanaan Iraw Tengkayu tahun 2022 terus dikebut. Sampai hari ini, progress pengerjaan Padaw Tujuh Dulung sudah mencapai 90 persen.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Persiapan pelaksanaan Iraw Tengkayu tahun 2022 terus dikebut.
Sampai hari ini, progress pengerjaan Padaw Tujuh Dulung mencapai 90 persen dan sudah memasuki tahapan finishing.
Hal ini disampaikan Budayawan asal Tarakan, Datu Norbeck yang menjadi salah satu tim pelaksanaan Iraw Tengkayu 2022.
Pengerjaan Padaw Tujuh Dulung sudah dimulai sejak sebulan lalu. Sebenarnya perahu Padaw Tujuh Dulung ini juga tidak boleh selesai terlalu cepat.
Baca juga: Pekan Kebudayaan Rangkaian Iraw Tengkayu, Ada 30 Stan Kuliner dan Aneka Pementasan di Taman Berlabuh
“Takutnya banyak konsekuensi. Jadi begitu selesai langsung digunakan,” beber Datu Norbeck.
Dilanjutkan Datu Norbeck, untuk bahan dasar Padaw Tujuh Dulung menggunakan kayu dan playwood. Perlengkapannya hanya dekorasi kain kertas.
Menyoal warna lanjut Datu Norbeck, ada warna hijau merah dan kuning. Masing-masing memiliki makan filosfis tersendiri.
Warna kuning, hijau dan merah adalah warna khas yang digunakan dalam dekorasi kebudayaan suku Tidung.
Baca juga: Catat Jadwalnya! Ini Rangkaian Pelaksanaan Iraw Tengkayu, Penjelasan Wali Kota Tarakan dr Khairul
“Memang di balik warna ada filosofisnya. Kuning warna nomor satu dalam budaya orang Tidung. Bermaksud sesuatu ditinggikan dimuliakan.
Dihormati diagungkan jadi diberi warna kuning,” bebernya.
Selanjutnya, warna hijau bermakna kepercayaan atau keyakinan. Itu bila merujuk kepada tata warna ulos dalam Tidung, ulos itu lambang warna strata masyarakat yang digunakan.
Kemudian selanjutnya, warna merah melambangkan ketegasan dan keberanian.
“Jadi ada kemuliaan, kehormatan,kekayaan, keyakinan ada ketegasan warna dari filosopis kuning hijau merah tadi,” ungkap Datu Norbeck.

Selain itu, ada ornament yang ditambahkan untuk memperindah perahu.
Medianya dibantu menggunakan kertas berwarna emas. Bentuk ornament ada segi 8.
“Itu juga ada maknanya. Jadi kegiatan keramaian, punya maksud ada 8 juru angin.
Kalau keramaian itu banyak orang datang dari segala penjuru atau dari 8 penjuru angin.
Orang datang dari mana-mana, simbol keramaian biasa ada bentuk bintang sudut 8,” paparnya.
Baca juga: Diramaikan Pameran Produk UMKM Kaltara, Festival Iraw Tengkayu XI Digelar Oktober 2022
Jika mengulas sejarah Padaw Tujuh Dulung, itu bukan perahu nelayan yang biasa digunakan melainkan perahu kebesaran yang pernah digunakan salah seorang raja Tarakan di masa abad ke-6 dan ke-17.
“ Asalnya, tiruan dari perahu kebesaran Raja Tarakan di masa kejayaan. Konon masa kejayaan di abad 16-17 ada satu perahu kebesaran Raja Tarakan disebut Padaw Tujuh Dulung.
Kemudian karena sudah disentuh banyak imajinasi seni, Padaw Tujuh Dulung jadi hikayat turun-temurun di suku Tidung. Kalau sudah hikayat, jadi lebih indah, lebih bagus.
Jadi apa yang dilakukan tidak lepas dari interest seni nilai seni,” aku Datu Norbeck.
Nantinya Padaw Tujuh Dulung ini akan diarak saat pelaksanaan pawai di tanggal 6 Oktober 2022 bersamaan dengan penampilan berbagai peserta memaerkan kebudayaan daerah masing-masing.
Selanjutnya di acara puncak tanggal 8 Oktober 2022, aka nada pelarungan Padaw Tujuh Dulung, biasanya dilaksanakan di siang hari dan sebelumnya dirangkai dengan tari kolosal ada sekitar 150 orang penari.
Baca juga: Budayawan Asal Tarakan Datu Norbeck Jelaskan Alasan Iraw Tengkayu Dimajukan Jadwalnya
“Jumlahnya berkurang menjadi 150 orang. Menyesuaikan kemampuan anggaran. Tetapi tidak mengurangi makna dan filosfis Iraw.
Iraw ini kan bahasa sederhannya pesta suka ria. Makan minum bernyanyi dan menari. Tengkayu itu kawasan air asin di air laut. Jadi pesta suka ria di laut,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah