Burung Kuau Raja Miliki Ratusan Mata dan Panjang Bulu hingga Dua Meter, Terekam di TNKM Malinau

TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU – Kemunculan Burung Kuau Raja atau Argusianus argus di hutan Kalimantan Utara kembali terekam kamera trap Balai Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) Malinau.

Satwa eksotik yang dijuluki Burung Ratusan Mata ini terdokumentasi melalui kamera trap Polisi Hutan TNKM, Ashari Wicaksono, di Long Alango, Malinau dan Long Bawan, Nunukan.

Spesies ini masuk kategori rentan menurut IUCN Red List. Status Perlindungan juga tercatat dalam regulasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Berdasarkan catatan Balai TNKM, Kuau Raja termasuk burung hutan yang sulit dijumpai langsung. Persebarannya terbatas di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia.

Baca juga: Dua Kali Kucing Merah Kalimantan Terlihat di Kawasan TNKM Malinau, Begini Penjelasan Seno Pramudito

Burung jantan memiliki bulu memanjang hingga dua meter. Pola unik bulu tersebut menampilkan ilusi ratusan mata saat musim kawin.

Burung betina berukuran lebih kecil sekitar 75 cm. Warna bulu lebih coklat dengan jumlah oceli lebih sedikit.

Kepala Balai TNKM, Seno Pramudito menyebut keberadaan Kuau Raja menjadi indikator kekayaan habitat hutan Kalimantan Utara.

“Kami terus melakukan pendataan dan penelitian potensi sumber daya alam di kawasan TNKM,” ujar Seno Pramudito, Senin (17/11/2025).

Seno menekankan pentingnya kolaborasi untuk menjaga kelestarian ekosistem. Dukungan berbagai pihak diperlukan dalam pelestarian kawasan.

Perilaku burung ini turut memengaruhi nilai budaya masyarakat adat. Tingkah lakunya menjadi simbol penting dalam tradisi setempat.

“Perilaku bersih dan gagah burung kuau menjadi inspirasi budaya masyarakat di kawasan penyangga TNKM,” kata Seno.

Masyarakat adat menyebut burung ini sebagai burung Kuwai. Suara panggilan khas menjadikannya mudah dikenali dari jarak jauh.

Nama ilmiah Argusianus argus merujuk pada pola menyerupai ratusan mata yang menghiasi bulu jantan.

Balai TNKM mencatat Temuan ini sebagai upaya pentingnya riset berkelanjutan. Ekosistem Kayan Mentarang menyimpan potensi yang perlu terus diteliti.

Upaya konservasi membutuhkan kepedulian publik. Masyarakat dapat berpartisipasi melalui pelestarian habitat dan pengawasan aktivitas merusak lingkungan.

(*)

Penulis: Mohammad Supri