Berita Daerah Terkini

Wilayah IKN di PPU Dilaporkan Berpotensi jadi Penyebaran Malaria Tertinggi, Dinkes Kaltim Sebut ini

Kabupaten Penajam Paser Utara masih jadi daerah potensi tertinggi penyebaran malaria di Provinsi Kalimantan Timur. Dinas Kesehatan Kaltim ungkap ini.

TRIBUNKALTARA.COM / DWI ARDIANTO
Ilustrasi - Pembangunan di wilayah IKN, di Kabupaten Panajam Paser Utara. 

TRIBUNKALTARA.COM, SAMARINDA - Kabupaten Penajam Paser Utara masih jadi daerah potensi tertinggi penyebaran malaria di Provinsi Kalimantan Timur.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin menerangkan alasan tingginya potensi sebaran malaria di Kabupaten yang kini sudah ditetapkan Ibu Kota Negara (IKN) baru Indonesia ini.

Penajam Paser Utara masih menjadi daerah tertinggi potensi malaria jika dilihat dari Annual Parasite Incidence (API).

"PPU masih jadi yang tertinggi untuk angka kesakitan malaria (API), tepatnya 6,44 poin," sebut dr Jaya, Jumat (10/2/2023).

Baca juga: Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko Tinjau IKN Nusantara, 3 Bulan Progres Pembangunan Capai 15

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasomodium.

Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel darah merah.

"Nyamuk ini (penyebab malaria) ada di hutan bukan di Kota, kalau nyamuk Kota Aedes Aegypti atau nyamuk DBD," sambung dr Jaya.

Faktor cuaca turut menjadi salah satu penyebab utama merebaknya malaria.

Sehingga membuat tubuh masyarakat lebih rentan terkena malaria. Dinkes Kaltim mengimbau masyarakat bisa tetap waspada terhadap penularan penyakit malaria

Jika melihat dari data Dinkes Kaltim sendiri bulan pertama di tahun 2023, ada 61 kasus positif malaria ditemukan di Benua Etam.

dr Jaya menerangkan lebih lanjut, sebaran kasus positif malaria terbesar berada di Kutai Timur 38 kasus, Balikpapan 16 kasus, Kutai Barat 3 kasus, dan Penajam Paser Utara 2 kasus.

Lokasi berkembangbiaknya nyamuk malaria yang dikatakan dalam kawasan hutan disebabkan adanya eksploitasi kayunya oleh masyarakat.

Menurut Jaya lagi, hambatan dan tantangan yang dihadapi mengatasi masalah Malaria di 10 Kabupaten/Kota di Kaltim, yakni SDM terbatas, pendanaan minim (malaria bukan prioritas), koordinasi lintas sektoral belum optimal.

“Pekerja hutan ilegal tidak terdata dengan baik," tandas dr Jaya.

Kemudian, kasus Malaria lintas wilayah tidak terselesaikan baik, belum ada task force khusus dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait Malaria elum optimal.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved