Opini
Ramadhan dan Pembentukan Karakter
Ramadhan tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar, tetapi dapat dijadikan sebagai sarana untuk edukasi, berbagi, dan introspeksi diri
Oleh : Rapiah, S.Pd.I, Guru SMP Negeri 3 Tanjung Selor
TRIBUNKALTARA.COM- Bukan tanpa alasan banyak yang merindukan datangnya bulan Ramadhan.
Hal ini tentulah karena keberkahan dan kemuliaan yang ada di dalamnya, serta ganjaran pahala yang berlipat ganda dalam ibadah dan amalan kebaikan lainnya.
Maka tidak heran ketika Ramadhan tiba, Masjid, Mushola dan Majlis taklim menjadi lebih ramai.
Umat Islam menjadi lebih semangat beribadah. Pun dalam kegiatan sosial, banyak yang membuka pos-pos untuk berbagi, mulai dari berbagi takjil gratis dan pakaian gratis, serta berbagi hampers untuk saling berbagi kebahagiaan dengan sesamanya.
Bulan Ramadhan juga memberikan dampak yang signifikan dalam aspek perekonomian, khususnya bagi pelaku bisnis perdagangan dan jasa.
Bisnis kuliner berlomba-lomba berkreasi untuk menyajikan menu yang bervariasi, Bisnis pakaian pun tidak kalah sibuk menyediakan perlengkapan muslim mulai dari perlengkapan ibadah maupun outfit untuk lebaran.
Tidak ketinggalan juga bisnis perabot dan pelayanan jasa juga tidak kalah sibuk melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang ingin mempersiapkan kebutuhan selama bulan Ramadhan dan persiapan lebaran.
Hal ini lumrah terjadi, karena masing-masing pribadi punya cara sendiri dalam memaknai dan menyemarakan Ramadhan.
Terlepas dari itu semua, kembali harus dipahami bahwa esensi puasa di Bulan Ramadhan tidak hanya sekadar menahan haus dan lapar, tetapi Ramadhan dapat dijadikan sebagai sarana untuk edukasi, berbagi, introspeksi dan juga untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah SWT.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)
Ramadhan sejatinya bisa dijadikan sebagai bulan edukasi untuk mendidik karakter seseorang.
Jutaan hikmah yang terkandung di dalam bulan Ramadhan bisa menjadi motivasi untuk melakukan hal-hal baik dan meningkatkan kwalitas keimanan serta ketakwaan.
Hal-hal baik yang sudah dilakukan sebulan penuh selama Ramadhan, diharapkan bisa berlanjut menjadi kebiasaan di bulan-bulan berikutnya.
Hanya saja, nilai keistimewaan puasa baru bisa kita dapatkan jika kita menempatkan puasa ini sebagai inspirasi dan momentum untuk mengubah pola pikir dan perilaku kita.
Dari banyaknya hikmah yang terkandung dalam bulan Ramadhan, salah satunya adalah menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama. Seharian penuh menahan haus dan lapar, mendidik kita untuk bisa merasakan bagaimana saudara-saudara kita yang dalam kondisi kekurangan.
Hal ini ini diharapkan bisa menumbuhkan empati lalu menghadirkan keringanan hati untuk berbagi.
Dalam kondisi kekurangan, kita juga akan didik untuk tidak berlebihan, dapat mengelola keuangan dengan lebih bijak sebagai bentuk empati dan juga antisipasi kebutuhan-kebutuhan lain di masa mendatang.
Hikmah lain dari puasa Ramadhan adalah membentuk karakter disiplin. Selama Ramadhan, setidaknya ada tiga kedisiplinan yang bisa dibangun.
Disiplin beribadah, disiplin menyemai benih kebikan dan disiplin dalam pengelolaan waktu
Pertama disiplin beribadah.
Dalam menjalankan ibadah puasa, dimulai dari niat berpuasa yang tidak boleh melewati waktu terbitnya fajar, dan berbuka puasa harus setelah terbenamnya matahari.
Begitu juga dalam menjalankan ibadah lainnya. Umumnya pada saat Ramadhan, umat muslim selalu berusaha melaksanakan sholat tepat waktu.
Menghidupkan malam Ramadhan dengan sholat tarawih, tahajud dan tadarus Alquran.
Kebiasaan-kebiasaan seperti ini, tanpa disadari akan membentuk kedisiplinan diri dalam beribadah yang akan berlanjut setelah Ramadhan usai.
Kedua, disiplin dalam menyemai benih kebaikan.
Memberi makan atau minum untuk orang yang berbuka puasa memiliki nilai yang sangat istimewa.
Maka tidak heran ketika Ramadhan tiba, banyak kegiatan berbagi dilakukan, baik oleh perseorangan, komunitas ataupun lembaga pemerintahan.
Aktifitas berbagi inipun tidak terbatas hanya pada makanan saja, lebih luas banyak yang membagikan paket sembako, pakaian dan juga perlengkapan ibadah.
Ketika berbagi, baik yang memberi maupun yang diberi sama-sama akan merasakan kebahagiaan.
Semangat menabur kebaikan selama bulan Ramdahan dapat membangun kedisplinan dalam diri kita untuk berbagi dan menebar kebaikan dengan sesama.
Baca juga: Puasa yang Sebenar-sebenarnya di Bulan Suci Ramadhan
Karena rasa bahagia dalam diri seperti candu yang akan memanggil jiwa kita saat berbagi.
Ketiga, disiplin dalam pengelolaan waktu.
Semangat Ramadhan jika dihayati dengan benar akan menghindarkan kita dari sifat bermalas-malasan ataupun kebiasaan menunda pekerjaan.
Ganjaran pahala berlipat ganda yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa seharusnya benar-benar menjadi penyemangat untuk beribadah dan berbuat kebaikan.
Melaksanakan sholat tepat waktu, mempunyai target tilawah, target hafalan, dan target-target kebaikan lainnya akan mendorong kita untuk bisa mengelola waktu dengan baik.
Melakukan pekerjaan harian di rumah ataupun di lingkungan kerja juga lebih semangat karena semua hal-hal baik tentunya akan diberikan ganjaran yang berlipat oleh Allah SWT.
Baca juga: Mensyukuri Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan
Maka bukanlah hal yang tepat menjadikan puasa sebagai alasan untuk manja dan bermalas-malasan.
Karena jika sepanjang hari bulan Ramadhan kita habiskan dengan tidur-tiduran atau bermalas-malasan, kita akan kehilangan banyak kesempatan untuk berburu pahala dan keberkahan Ramadhan.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah Ramadhan dan menjadikan Ramadhan kali ini sebagai momentum menuju perbaikan diri.
Baik peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Alah SWT, peningkatan kwalitas diri dan hubungan baik dengan sesama.
(*)
Likuiditas Perekonomian Indonesia: Pertumbuhan M2 yang Menggembirakan |
![]() |
---|
Sekolah: Harapan Terakhir atau Sumber Masalah dalam Pemberantasan Korupsi? |
![]() |
---|
Persepsi Negatif terhadap Organisasi Kemasyarakatan |
![]() |
---|
Menciptakan Ruang Aman dari Kekerasan dan Pelecehan Seksual di Lingkungan Kampus, Suatu Refleksi |
![]() |
---|
Kepala Daerah itu Bukan Pejabat Partai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.