Bisnis Pakaian Impor Bekas

Kisah Pedagang Pakaian Bekas Malaysia di Nunukan, Bisa Kuliahkan Anak hingga Jadi Polisi 

Berjualan pakaian Malaysia ternyata menguntungkan salah satu pedagang bernama Misiti. Dengan jualan pakaian bekas anaknya bisa sarjana dan polisi.

|
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
Pakaian bekas impor yang dijual sejumlah pedagang di Nunukan, Kalimantan Utara masih menjadi incaran warga. 

"Ya mau gimana lagi kalau dilarang pemerintah. Pakaian bekas yang saya dan istri saya jual, kami dapatkan dari Sebatik Timur. Setelah pandemi memang barangnya tidak selancar dulu, kadang nunggu sampai tiga bulan baru ada barang masuk," tutur Mada.

Bapak dua anak itu menyebut sekali pakaian bekas datang dari Tawau, ia hanya mampu membeli satu bal dengan harga sekira Rp7.000.000.

"Harga satu balnya mulai naik setelah pandemi. Dulu hanya Rp4.000.000. Saya jual pakaian bekas untuk anak-anak, remaja, hingga dewasa. Harganya bervariasi mulai Rp25.000-Rp100.000," ungkapnya.

Baca juga: Supplier Ballpress di Nunukan Ditangkap Polisi, Kapolres Tegaskan tak Ada Lagi Impor Barang Bekas

Dari hasil jualan pakaian bekas sejak 2011, kata Mada cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarga termasuk menyekolahkan anaknya hingga menjadi seorang anggota Polisi.

"Dulu istri saya jualan sayur dan saya senso kayu di Malaysia. Setelah itu istri saya buka lapak untuk jualan pakaian bekas dan saya kembali ke Nunukan. Soalnya anak saya yang Polisi tidak mau saya kembali kerja ke Malaysia," imbuhnya.

Mada membantu sang istri berjualan pakaian bekas di sebuah lapak kawasan Pasar Baru Nunukan, berukuran 5×5 meter persegi.

"Lapak ini ada penarikan retribusinya. Saya bayar Rp6.000 per tiga hari, karena lapak saya ada dua," pungkasnya.

(*)

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved